BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pemeriksaan formalin pada tahu putih secara kualitatif di pasar Sukaramai dapat disimpulkan bahwa tahu putih yang diperiksa positif
mengandung formalin. Hal ini dapat ditandai dengan adanya perubahan warna merah keunguan pada reaksi asam kromatropat dalam tahu putih yang
mengandung formalin.
5.2 Saran
1. Disarankan kepada masyarakat agar lebih teliti dan berhati-hati dalam
memilih dan mengkonsumsi tahu putih yang beredar. 2.
Disarankan kepada pemerintah yang berwenang agar lebih memperketat pengawasan terhadap makanan yang mengandung formalin.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan BTP biasa disebut dengan zat aditif makanan, food additive
, bahan kimia makanan, atau bahan tambahan makanan. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722MenKesPerIX88 dijelaskan, bahwa
BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredientatau komposisi, khas makanan, punya atau tidak
punya nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas makanan tersebut Murdiati dan Amaliah, 2013. Bahan Tambahan Makanan BTMadalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan atau masa
penyimpanan. Selain itu, bahan tambahan pangan juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Jenis-jenis bahan tambahan makanan
yang sering diguna kan atau sering dipakai adalah bahan pengawet, pewarna, pemanis, antioksidan, pengikat logam, pemutih, pengental, pengenyal, zat gizi dan
sebagainya. Bahan tambahan makanan yang digunakan dapat berupa bahan alami ataupun sintetik bahan kimia atau buatan yang diijinkan karena tidak berbahaya
Universitas Sumatera Utara
atau aman bagi kesehatan sesuai Undang-Undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan Widyaningsih dan Murtini, 2006.
Menurut Yuliarti 2007, beberapa kategori Bahan Tambahan Makanan BTM yaitu:
1. Bahan Tambahan Makanan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak
dibatasi, misalnya pati. 2.
Bahan Tambahan Makanan yang digunakan dengan dosis tertentu, dan dengan demikian dosis maksimum penggunaannya juga telah ditetapkan.
3. Bahan Tambahan Makanan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta
telah mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang, misalnya zat pewarna yang sudah dilengkapi sertifikat aman.
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2, yaitu GRAS Generally
Recognized as Safe , zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula
glukosa. Sedangkan jenis lainnya, yaitu ADI Acceptable Daily Intake, jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya demi menjagamelindungi
kesehatan konsumen Cahyadi, 2008. Menurut Yuliarti 2007, memilih Bahan Tambahan Makanan BTM
yang digunakan, ada baiknya kita mengenal beberapa Bahan Tambahan Makanan BTM yang aman digunakan dan tidak berbahaya, yakni yang telah diizinkan
oleh BPOM, di antaranya: 1.
Pengawet: asam benzoat, asam propionat, natrium benzoat dan nisin 2.
Pewarna: tartrazine 3.
Pemanis: aspartam, sakarin dan siklamat
Universitas Sumatera Utara
4. Penyedap rasa dan aroma: monosodium glutamat
5. Antikempal: aluminium silikat, magnesium karbonat dan trikalsium fosfat
6. Antioksidan: asam askorbat, alpa tokoferol
7. Pengemulsi, pemantap dan pengental: lesitin, potasium laktat.
Menurut Cahyadi 2008, Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan dan yang dilarang oleh Departemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722MenKesPerIX88, terdiri dari golongan BTP yang diizinkan di antaranya sebagai berikut:
1. Antioksidan antioxidant
2. Antikempal anticaking regulator
3. Pengatur keasaman acidity regulator
4. Pemanis buatan artificial sweeterner
5. Pemutih dan pematang telur flour treatment agent
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental emulsifier, stabilizer, thickener
7. Pengawet preservative
8. Pengeras firming agent
9. Pewarna colour
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa flavour, flavour enhancer
11. Sekuestran sequestrant.
Menurut Cahyadi 2008, beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, diatur Permenkes RI No. 722MenkesPerIX88 dan
No. 1168MenkesPERX1999 sebagai berikut: 1.
Natrium tetraborat boraks 2.
Formalin formaldehyd
Universitas Sumatera Utara
3. Minyak nabati yang dibrominasi brominanted vegetable oils
4. Kloramfenikol chlorampenicol
5. Kalium klorat pottasium chlorate
6. Dietilpirokarbonat diethylpyrocarbonate, DEPC
7. Nitrofuranzon nitrofuranzone
8. P-Phenetilkarbamida p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea
9. Asam Salisilat dan garamnya salicylic acid and its salt.
Sedangkan menurut Permenkes RI No. 1168MenkesPERX1999, selain bahan tambahan di atas masih ada tambahan kimia yang dilarang, seperti
rhodamin B pewarna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dulsin pemanis sintetis dan potasium bromat pengeras.
2.2 Bahan Pengawet