3. Minyak nabati yang dibrominasi brominanted vegetable oils
4. Kloramfenikol chlorampenicol
5. Kalium klorat pottasium chlorate
6. Dietilpirokarbonat diethylpyrocarbonate, DEPC
7. Nitrofuranzon nitrofuranzone
8. P-Phenetilkarbamida p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea
9. Asam Salisilat dan garamnya salicylic acid and its salt.
Sedangkan menurut Permenkes RI No. 1168MenkesPERX1999, selain bahan tambahan di atas masih ada tambahan kimia yang dilarang, seperti
rhodamin B pewarna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dulsin pemanis sintetis dan potasium bromat pengeras.
2.2 Bahan Pengawet
Penggunaan berbagai macam bahan-bahan pengawet pada makanan oleh masyarakat sudah sangat mengkhawatirkan. Bahan kimia seperti formalin yang
bukan merupakan bahan tambahan pangan yang digunakan masyarakat untuk memperpanjang masa simpan dan meningkatkan kualitas bahan pangan Rauf,
2015. Bahan pengawet makanan adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteri dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteri dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan
termasuk botulism yang membahayakan kehidupan manusia Afrianti, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan adanya bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba,
baik yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobial yang nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan pangan, misalnya pembusukan. Namun dari sisi lain, pemakaian bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan
asing yang masuk ke dalam tubuh bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Cahyadi, 2008.
Menurut Cahyadi 2008, secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:
1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang
bersifat patogen maupun yang tidak patogen 2.
Memperpanjang umur simpan pangan 3.
Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan yang diawetkan
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak melanggar PerMenKes yang telah diatur.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Menurut Mudiarti dan Amaliah 2013, pengawetan bahan pangan dapat dilakukan secara alami yaitu dengan cara makanan tersebut ditambahkan bahan-
bahan alami maupun dengan cara pemasakan bahan pangan tersebut. Bahan alami
Universitas Sumatera Utara
yang biasa digunakan antara lain gula, garamdan cuka. Cara pengawetan alami dengan pemasakan yaitu:
a. Pengeringan, dapat dilakukan dengan penjemuran, pemanasan, ataupun
pengasapan. Pengeringan berarti menghilangkan air. Contoh: dendeng, ikan kering, sale pisang.
b. Pembekuan, pembekuan menyebabkan air membeku sehingga bakteri
tidak dapat berkembang dan pertumbuhannya terhambat. Contoh: nugget, ikan beku, daging.
c. Pengalengan, bahan makanan dikemas rapat dalam kaleng yang
kondisinya telah steril kemudian dipanaskan dan disterilkan. Contoh: berbagai buah kaleng dan ikan kaleng.
d. Penyinaran, menghambatmematikan pertumbuhan bakteri dengan
menyinarinya memakai sinar ultraviolet dan sinar gamma. Tidak menyebabkan kerusakan makanan. Contoh: kentang dan udang.
2.3 Formalin