Staphylococcus epidermidis Streptococcus viridans Streptococcus hemolitik-alfa Streptococcus pyogenes Streptococcus Beta Hemolitycus Group A

 Kontak langsung dengan peradangan pada kulit dan kuku seseorang. Penularan bisa terjadi apabila kulit yang meradang tersebut tidak intak, misalnya lesi.  Penularan melalui udara airborne.

a. Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan penduduk paling banyak di kulit dan pada beberapa tempat dapat menjadi flora aerobik residen lebih dari 90 Baron S, 1996. Untuk koloni bakteri ini biasanya berwarna abu-abu hingga putih terutama pada isolasi primer, beberapa koloni menghasilkan pigmen hanya pada inkubasi yang diperpanjang dan tidak ada pigmen yang dihasilkan secara anaerobik atau pada media cair Brooks, Butel, dan Morse, 2005. Bakteri ini tidak memproduksi koagulase dan cenderung menjadi non hemolitik sehingga jarang menyebabkan supuratif tapi dapat menginfeksi prostesa di bidang ortopedi atau kardiovaskular atau juga dapat menyebabkan penyakit pada orang dengan daya tahan tubuh menurun Brooks, Butel, dan Morse, 2005.

b. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah gram positif, kokus koagulase positif pada famili Staphylococcaceae The Center for Food Security Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014 dan berdiameter 1-1,3 µm serta menghasilkan enterotoksin Food Doctors, 2008. Bakteri ini membentuk koloni abu-abu sampai kuning emas Brooks, Butel, dan Morse, 2005. Organisme ini dapat tumbuh dengan dan atau tanpa oksigen anaerobik fakultatif dan bersifat oksidase negatif Food Doctors, 2008. Bakteri ini oportunistik patogen sering pembawa asimtomatis pada tubuh manusia The Center for Food Security Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014. Staphylococcus aureus dapat dibedakan dari Staphylococcus epidermidis, dari produksi enzim koagulase dan thermonuclease. Tidak hanya menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan ketika dicerna, organisme ini Universitas Sumatera Utara juga menyebabkan sejumlah penyakit lain, seperti luka infeksi dan keracunan darah sepsis, toxic shock, dan lain-lain. Staphylococcus sp. ini dapat mengkontaminasi makanan melalui kontak dengan tangan yang terkontaminasi, bahan-bahan dan permukaan-permukaan, dan bisa juga melalui udara, contohnya seperti batuk Food Doctors, 2008. Rantai Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA telah memiliki gen yang membuat mereka resisten terhadap semua antibiotik beta laktam The Center for Food Security Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014. Tabel 2.2. Batas pertumbuhan Staphylococcus aureus No. PARAMETER NILAI LAPORAN 1. Temperatur Minimum temperature 8°C Optimum temperature 35°C-37°C Maksimum temperature 45°C 2. Water activity a w Minimum a w 0,86-0,84 3. pH Minimum pH 4,5 Optimum pH 7,0-7,5 Maksimum pH 9,3 Sumber: Food Doctors, 2008 Masa infeksi Staphylococcus aureus pada manusia sangat bervariasi. Pada pasien rentan, kasus-kasus klinis dapat menjadi jelas 4 sampai 10 hari setelah terpapar. Namun infeksi oportunistik juga dapat tejadi setelah waktu yang tidak terbatas pada orang karier yang asimtomatik. Infeksi bakteri ini pada manusia dapat didiagnosa dengan cara dikultur The Center for Food Security Public Health and Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2014. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Staphylococcus aureus pada mikroskop elektron Sumber: Food Doctors, 2008 Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri ini dapat berasal dari kontaminasi langsung dari luka, misalnya pascaoperasi infeksi Staphylococcus sp. atau infeksi yang menyertai trauma osteomielitis kronik setelah patah tulang terbuka, meningitis yang menyertai patah tulang tengkorak. Sedangkan jika bakteri ini menyebar dan terjadi bakterimia maka bisa terjadi endokarditis, osteomielitis hematogenus akut meningitis atau infeksi paru-paru Brooks, Butel, dan Morse, 2005. Selain itu menurut Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih 2003 bentuk klinis lainnya yang tergantung dari bagian tubuh yang terkena infeksi yaitu:  Kulit: furunkel, karbunkel, impetigo, scalded skin syndrome, dan lain-lain.  Kuku: paronikia  Tulang: osteomielitis  Sistem pernapasan: tonsillitis, bronkhitis, dan pneumonitis.  Otak: meningitis dan ensefalomielitis  Traktus urogenitalis: sistitis dan pielitis Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Micrococcus sp.

FAMILI : Micrococcaceae GENUS : Micrococcus Micrococcus sp. tidak sebanyak Staphylococcus sp. dan Diphtheroid sp.. Bagaimanapun frekuensi Micrococcus sp. ada pada kulit normal. Micococcus luteus adalah spesies predominan, biasanya jumlahnya 20 sampai 80 persen dari isolasi Micrococcus sp. kulit Baron S, 1996. Adapun menurut Holt et al. 1994; Buchanan dan Gibbons 1974 dalam Thoyib, Setyaningsih, dan Suranto 2007, bentuk dari Micrococcus sp. adalah bulat, ukurannya 0,5-2,0 µm, koloninya berwarna kuning atau merah. Bakteri ini merupakan bakteri aerob, katalase positif, ada juga negatif, dan suhu untuk pertumbuhannya 25-37°C. Menurut Holt et al. 1994; Buchanan dan Gibbons 1974 dalam Thoyib, Setyaningsih, dan Suranto 2007, Micrococcus luteus adalah bakteri gram positif, ukurannya 2-3 mm, nonmotil, tidak membentuk asam dari glukosa, xilosa, dan laktosa. Bakteri ini dapat menghidrolisis gelatin, uji oksidase positif, tumbuh pada suhu 37°C, koloninya berbentuk bundar, tepian berombak, dan warna kuning.

2.4.3. Diphtheroid sp. Coryneform

Bakteri ini adalah bakteri gram-positif dan berbentuk batang Kosuge, Teare, dan MacDowell, 2010. Menurut Brooks, Butel, dan Morse 2005 bakteri ini tumbuh secara aerob pada media laboratorium biasa dan bisa tumbuh lebih mudah pada medium serum Loeffler. Selain itu bakteri ini nonmotil dan tidak berkapsul Zakikhany dan Efstratiou, 2012. Untuk ukurannya menurut Syahrurachman et al. 1994 1,5- 5um x 0,5-1 um dan biasanya salah satu ujungnya menggembung sehingga berbentuk gada, tidak berspora, dan tidak tahan asam. Dalam preparat sering tampak membentuk susunan huruf-huruf V, L, Y, tulisan cina atau anyaman pagar palisade. Granula metakhromatik Babes-Ernst dapat dilihat dengan pewarnaan Neisser atau biru metilen Loeffler. Namun pemeriksaan granula metakhromatik ini tidak spesifik. Menurut Yandepitte, Yerhaegen, Engbaek, Rohne, Piot, dan Heuck 2005 pada agar darah telurit yang selektif menghasilkan koloni berwarna keabu-abuan Universitas Sumatera Utara sampai hitam. Selain itu menurut Brooks, Butel, dan Morse 2005 pada media agar darah, koloni bakteri ini kecil, granuler, dan berwarna abu-abu dengan tepi yang tidak teratur serta ditemukan adanya zona hemolisis yang sempit. Bakteri ini menghasilkan eksotoksin sehingga menyebabkan difteria pada manusia. Sejumlah kecil toksin yang diabsorbsi dari infeksi kulit dapat memicu timbulnya antibodi antitoksin dan bakteri ini tidak harus bersifat toksigenik untuk menimbulkan infeksi lokal Brooks, Butel, dan Morse 2005.

2.4.4. Streptococcus sp.

FAMILI : Streptococcaceae GENUS : Streptococcus Streptococcus sp. merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat, mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya dan membelah diri dengan arah memanjang pada sumbu dari rangkaian tersebut. Pada umur biakan tertentu dan bila bakteri ini mati, mereka akan kehilangan sifat gram-positif dan kemudian berubah menjadi gram negatif, hal ini dapat terjadi setelah dilakukan inkubasi selama semalam Brooks, Butel, dan Morse, 2005. Pada agar darah spesies ini menunjukkan derajat yang bervariasi untuk hemolisis, hemolisis diproduksi oleh koloni pada agar darah Public Health England, 2014. Selain itu bakteri ini dieramkan 18-24 jam pada agar darah, koloninya tampak kecil-kecil dengan ukuran kurang dari 1mm, bentuk koloninya bulat seperti bintik-bintik kecil, dan warnanya bening sampai opaque Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih 2003. Streptococcus sp. adalah anaerobik fakultatif dan tidak menghasilkan katalase Public Health England, 2014. Bakteri ini merupakan kelompok bakteri yang heterogen sehingga begitu banyak klasifikasinya, tapi menurut Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih 2003 klasifikasi bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan tipe hemolisis pada agar darah, yaitu:  Streptococcus hemolitik-alfa Partial hemolytic Streptococcus  Streptococcus hemolitik-beta Total hemolytic Streptococcus  Streptococcus hemolitik-gama Non hemolytic Streptococcus Universitas Sumatera Utara

a. Streptococcus viridans Streptococcus hemolitik-alfa

Bakteri ini merupakan flora normal pada saluran pernafasan atas dan berperan penting untuk menjaga kesehatan membran mukosa disana Brooks, Butel, dan Morse, 2005. Menurut Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih 2003 koloni bakteri ini pada agar darah terlihat zona hemolisis yang sempit, artinya sel darah merah pada inner zone dari agar darah tidak terjadi hemolisis, sedangkan pada outer zone terjadi hemolisis komplit. Sering terdapat warna kehijauan pada daerah sekitar koloni karena adanya pembentukan unidentified reductants of haemoglobin.

b. Streptococcus pyogenes Streptococcus Beta Hemolitycus Group A

Menurut Syahrurachman et al. 1994 bakteri ini berdiameter 0,5-1 µm, tumbuh baik pada pH 7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan 37°C, dan pertumbuhannya cepat berkurang pada 40°C. Pembenihannya pada agar darah, tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Selain itu menurut Dzen, Roekistiningsih, Santoso, dan Winarsih 2003 bakteri ini menyebabkan zona hemolisis yang luas dan terang di sekitar koloninya pada agar darah, itu disebabkan karena adanya streptolisin yang dihasilkan bakteri ini sendiri. Selain itu penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri ini menurut Syahrurachman et al. 1994 adalah:  Erisipelas  Sepsis puerpuralis  Sepsis  Radang tenggorok  Impetigo  Endokarditis bakterialis

c. Streptococcus hemolitik-gama Non-hemolytic Streptococcus