11
posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap.
Sedangkan bentuk kemiskinan secara konseptual menurut Badan Pusat Statistik 2014 dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Kemiskinan relative merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan mesyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar
penilaian relative merupakan standar kehidupan yang ditentukan dan ditetapkan secara subjektif oleh masyarakat setempat dan bersifat local
serta mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relative.
b. Kemiskinan absolute ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bias hidup
dan bekerja. Standar penilaian kemiskinan secara absolute merupakan standar kehidupan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan.
2.2 Rumah Tangga Miskin
Rumah tangga miskin didefenisikan sebagai rumah tangga yang pendapatannya didekati dengan pengeluaran lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan untuk
hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya. Kebutuhan hidup layak diartikan sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan
setara dengan 2100 kalori sehari, perumahan, pakaian, kesehatan dan pendidikan BPS, 2009.
Ukuran kemiskinan pada tingkat makro dapat memberikan gambaran kemiskinan rumah tangga menurut wilayah regional, provinsi, dan kota-desa.
Namun untuk menetapkan rumah tangga sebagai kelompok sasaran program seperti intevensi dalam mengurangi dampak krisis, kriteria-kriteria lain sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
12
diperhatikan. Barbagai faktor seperti perbedaan ketersediaan infrastruktur, pelayanan pemerintah dan fasilitas umum lainnya menurut karakteristik wilayah
dan rumah tangga sangat penting untuk diperhatikan. Beberapa indicator untuk mengidentifikasi rumah tangga miskin dapat dikembangkan berdasarkan
karakteristik rumah tangga, termasuk indicator demografi, social, ekonomi dan indicator lainnya. Indicator-indikator ini pada umumnya cocok untuk digunakan
tetapi beberapa diamtaranya hanya sesuai untuk kota atau desa. Pada tahun 2000 BPS melakukan Studi Penentuan Kriteria Penduduk
Miskin SPKM 2000 sebagai penyempurnaan untuk mengukur jumlah rumah tangga miskin. Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik-karakteristik
rumah tangga yang mencirikan kemiskinan secara konseptual pendekatan dasar garis kemiskinan. Hal ini menjadi sangat penting karena pengukuran makro
pendekatan Basic needs tidak cocok digunakan untik mengidentifikasi rumah tangga penduduk miskin di lapangan. Cakupan wilayah studi meliputi 7 provinsi,
yaitu Sumatera Selatan, DKI Jakarta, DIY Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat serta Sulawesi Selatan. Berdasarkan Studi
tersebut diperoleh 8 variabel yang digunakan dalam penentuan kriteria penduduk rumah tangga miskin yaitu:
1. Luas lantai perkapita
2. Jenis lantai
3. Fasilitas air minum air bersih
4. Fasilitas jambanWC
5. Kepemilikan asset produktif maupun non produktif
6. Variasi dalam mengkonsumsi lauk pauk dalam seminggu
7. Pengeluaran total perbulan
8. Persentase pengeluaran untuk makanan
Karakteristik rumah tangga lain yang berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan adalah jumlah anggota rumah tangga. Makin besar jumlah anggota
rumah tangga akan makin besarpula resiko untuk menjadi iskin apabila pendapatannya tidak meningkat.
Universitas Sumatera Utara
13
Dalam buku Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia BPS, 2014 diuraikan karakteristik rumah tangga dan individu yang berkaitan
dengan kemiskinan yang digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu: 1.
Karakteristik Demografi Karakteristik sosial demografi berkaitan dengan jumlah anggota rumah
tangga. Rumah tangga miskin cenderung mempunyai anggota rumah tangga yang lebih banyak. Tingkat kematian anak pada rumah tangga
miskin juga relative tinggi akibat pendapatan yang rendah dan akses terhadap sarana-prasarana kesehatan yang masih terbatas. Salah satu
dampak jumlah anggota rumah tangga yang besar adalah terhambatnya peningkatan sumber daya manusia masa depan. Rata-
rata jumlah anggota rumah tangga miskin lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga tidak miskin.
2. Karakteristik Pendidikan
Tingkat pendidikan juga berperan dalam mempengaruhi angka kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih baik biasanya akan
mempunyai peluang lebih rendah menjadi miskin. Karakteristik pendidikan yang diuraikan disini adalah kepala rumah tangga yang
pendidikannya ≤ SD. 3.
Karakteristik Ketenagakerjaan Sumber penghasilan rumah tangga menjadi salah satu indikator tingkat
kesejahteraan yang diharapkan dapat mencerminkan kondisi social ekonomi suatu rumah tangga. Karakteristik ketenagakerjaan yang
dapat menggambarkan adanya perbedaan antara rumah tangga miskin dan tidak miskin adalah lapangan usaha atau sektor yang menjadi
sumber penghasilan utama rumah tangga. Profil orang miskin seringkali melekat dengan mereka yang bekerja disektor pertanian,
seperti petani gurem, nelayan, buruh tani dan perkebunan. 4.
Karakteristik Tempat Tinggal a.
Luas Lantai
Universitas Sumatera Utara
14
Salah satu indikator perumahan yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga adalah
keleluasaan pribadi Privacy dalam tempat tinggal. Keleluasaan pribadi tercermin dari luas lantai rumah perkapita m
2
. Menurut kementrian kesehatan salah satu syarat rumah dikatakan sehat
adalah luas lantai rumah perkapitanya minimal 20m
2
BPS, 2001. b.
Jenis lantai Rumah tangga dengan jenis lantai rumahnya tanah cenderung lebih
miskin dibandingkan dengan rumah yang jenis lantainya bukan tanah.
c. Jenis Atap
Salah satu profil rumah tangga miskin adalah jenis atap rumahnya ijukrumbia.
d. Jenis Dinding
Rumah tangga miskin umumnya menggunakan kayu bambu sebagai dinding rumahnya.
e. Jenis Penerangan
Indikator perumahan lainnya adalah jenis penerangan rumah yang dibedakan atas listrik dan bukan listrik. Rumah tangga miskin
umumnya menggunakan sumber penerangan bukan listrik seperti petromak aladin, pelitasentirobor dan lainnya.
f. Sumber Air
Ketersediaan fasilitas air bersih sebagai sumber air minum untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga merupakan indikator
perumahan yang juga dapat mencirikan sehat atau tidaknya suatu rumah. Ketidaktersediaan air bersih dirumah tangga adalah salah
satu indikasi dari kemiskinan. g.
Fasilitas Jamban Ketersediaan jamban menjadi salah satu fasilitas rumah sehat yang
sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat. Disamping ada tidaknya jamban, indikator penggunaan fasilitas jamban juga
penting yang dibedakan atas jamban sendiri, jamban bersama dan
Universitas Sumatera Utara
15
jamban umumtidak ada. Rumah tangga miskin memiliki keterbatasan dalam penyediaan fasilitas jamban sendiri sebagai
salah satu fasilitas penting untuk dapat dikategorikan sebagai rumah sehat.
h. Status Pemilikan Rumah Tempat Tinggal
Status pemilikan rumah tempat tinggal akan dibedakan atas tiga kelompok, yaitu rumah sendiri, kontraksewa dan lainnya rumah
dinas, family, bebas sewa, dan lain-lain. Rumah tangga miskin umumnya status pemilikan rumahnya adalah kontraksewa karena
rendahnya kemampuan ekonominya. i.
Pendapatan perkapita Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata
penduduk disuatu daerah. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan total suatu daerah dibagi dengan
jumlah penduduk daerah tersebut. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah maka semakin rendah angka kemiskinan
dan sebaliknya semakin rendah pendapatan perkapita suatu daerah maka semakin tinggi angka kemiskinan daerah tersebut. Hal inilah
yang menjadikan pendapatan perkapita dimasukkan sebagai salah satu karakteristik rumah tangga miskin pada penelitian ini.
2.3 Matriks 2.3.1 Defenisi Matriks