27
2.10 Jenis-jenis pintu air
Pada daerah datar, khususnya daerah pantai, kita sering menghadapi kondisi saluran drainase mempunyai buangan outlet di badan air yang muka
airnya berfluktuasi. Saluran drainase yang membuang langsung ke laut dipengaruhi oleh pasang surut, sedangkan drainase yang membuang ke banjir
kanal dipengaruhi oleh tinggi banjir. Pada kondisi air di hilir tinggi, baik akibat air pasang maupun air banjir, maka air dari drainase tidak dapat mengalir ke
pembuangan , bahkan dimungkinkan terjadi aliran balik. Pada ujung saluran drainase perlu dilengkapi dengan bangunan pengatur berpa pintu pengatur untuk
menghindari terjadinya aliran balik.
2.10.1 Pintu Otomatis
Gerakan membuka dan menutup pintu mekanis mengandalkan keseimbangan momen yang ditimbulkan oleh pemberat pintu danatau pelampung
dan tekanan air dibantu oleh momen dari pemberat pintu. Pada saat air di hilir naik akibat pasang surut atau banjir, maka tekanan air di hilir lebih tinggi dari
tekanan air di hulu, sehingga mendorong pintu untuk menutup. Pintu klep apung terbuka karena momen yang ditimbulkan oleh berat
sendiri pelampung yang terjadi pada saat air di hilir rendah. Pada saat air di hilir tinggi, pelampung akan mengalami daya angkat Archimedes ke atas, sehingga
pintu akan turun pada posisi menutup.
Universitas Sumatera Utara
28
2.10.2 Pintu Manual
Penggunaan pintu manual untuk system drainase atau pengendalian banjir tidak populer, karena banyak kekurangannya sebagai berikut:
1. Air pasang atau banjir dapat terjadi kapan saja dan sering terjadi tengah
malam, pada saat itu operator pintu sering ketiduran. 2.
Pada pintu ukuran besar, pembukaan secara manual sangat memakan waktu dan bisa jadi kalah cepat dengan datangnya banjir Suripin, 2004.
2.10.3 Pintu Sorong
Pintu sorong adalah pintu air yang berfungsi sebagai bangunan pengukur debit pada saluran dan bangunan irigasi. Pintu ini terletak di bawah permukaan
air, yaitu di lantai saluran, terbuat dari pelat tipis yang berfungsi sebagai pembilas dan dapat dibuka dan ditutup melalui stang ulir dari permukaan.
Ditinjau dari bentuk konstruksinya, bangunan pintu sorong ini dibedakan atas penampang bulat dan penampang persegi. Pintu sorong yang sering
digunakan adalah pintu sorong berbentuk persegi. Selanjutnya, jika ditinjau dari jenis aliran di belakang pintu maka jenis
pintu ini dibedakan atas pintu sorong yang terendam dan tidak terendam. Dalam hal bangunan pintu sorong digunakan sebagai bangunan pengukur
debit pada saluran irigas, maka pada bagian atas pelat perlu dibuat celah penampang untuk mengantisipasi overflow,atau membuat elevasi pelat bagian atas
pintu sorong lebih rendah daripada permukaan air maksimum. Tetapi apabila dipakai pada bangunan bagi, umumnya bangunan pintu sorong ini dipergunakan
sebagai bangunan sadap pada sisi saluran irigasi, dan bangunan pengendali muka air yang merangkap bangunan pengukur debit melintang saluran biasanya
Universitas Sumatera Utara
29
digunakan jenis bangunan pelimpah yang juga berfungsi mengakomodasi overflow.
Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu sorong adalah : Q = K.µ.a.b.
√ � 2.16
dimana : Q = debit � s
K = faktor aliran tenggelam Grafik 2.12 μ = koefisien debit Grafik 2.13
a = bukaan pintu m b = lebar pintu rn
g = percepatan gravitasi m s
= kedalaman air di depan pintu di atas ambang m
Lebar standar untuk pintu pembilas bawah undersluice adalah 0,50 m; 0,75 m; 1,00 m; 1,25 m dan 1,50 m. Kedua ukuran yang terakhir memerlukan dua
stang pengangkat.
Gambar 2.12 Grafik koefisien K untuk debit tenggelam
Keuntungan penggunaan pintu sorong : 1.
Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat, 2.
Pintu pembilas kuat dan sederhana, dan 3.
Sedimen yang diangkut oleh saluran hulu dapat melewati pintu. Adapun kerugiannya antara lain :
Universitas Sumatera Utara
30
1. Benda-benda yang hanyut bisa tersangkut di pintu, dan
2. Kecepatan aliran dan permukaan air hulu dapat dikontrol dengan baik jika
aliran modular Makmur Ginting, 2014.
a b
c Gambar 2.13 a Pintu Sorong, b Penampang Pintu Sorong, dan
c Arah Aliran Pada Pintu Sorong
2.10.4 Pintu Radial