Pesan Moral Penolong dalam Novel LySMS

40 tetapi tetap saja sesuatu yang tidak baik akan memberikan beban, baik itu perasaan maupun pikiran.

4.1.4 Pesan Moral Penolong dalam Novel LySMS

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendirian. Sebagai makhluk ciptaan tuhan sudah sewajarnya sebagai manusia yang baik dan bertaqwa memiliki jiwa penolong, karena tidak selamanya hidup berjalan seperti yang kita mau. Tindakan penolong dalam novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja adalah bagaimana Bu Maryam dengan setulus hati untuk merawat bayi yang ditemukannya bersama suaminya di depan rumahnya. Padahal keluarga Bu Maryam hanyalah keluarga sederhana yang hidupnya pas-pasan yang mengandalkan pekerjaan suaminya sebagai nelayan. Selain mau mengangkat Said sebagai anaknya Bu Maryam pun rela menjadi memberikan Asi kepada Said. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan paragraf berikut. Jantung Bu Maryam terasa berdebar ketika memeluk anak itu. Ada rasa hangat kasih sayang memenuhi relung dadanya. Rasa kasihan bercampur rasa iba. Dia memandang bayi itu terlelap setelah puas mendapatkan nutrisi dari seorang Ibu yang sama sekali tidak mempunyai hubungan darah dengannya. LySMS, hal. 13. Untunglah di saat Said dirawat, Ibu Maryam baru saja melahirkan Baso. Ibu Maryam sering menceritakan bagaimana air susunya selalu terasa penuh ketika hendak menyusui Said dan Baso. Mungkin itulah berkah dari Allah kepada hamba-Nya yang berbuat baik. LySMS, hal. 14. Universitas Sumatera Utara 41 Pak Arifin memandang Said dan istrinya bergantian. Said masih asik menetek di pangkuan ibunya. Sementara, Baso tidur lelap dipelukan ayahnya.“Kalau Ibu merasa itu yang terbaik, Bapak akan selalu mendukung. Insya Allah akan ada jalan.” Pak Arifin menjawab mantap tanpa keraguan sedikitpun. LySMS, hal. 15. Adapun sifat penolong lainnya terlihat pada Ustadz Azzam yang selalu membantu semua siswanya seperti memberikan pendidikan gratis bagi murid-muridnya. Ustadz Azzam memberikan perhatian lebih pada Said, karena dia tahu bagaimana penderitaan yang dihadapi Said. Dia yang selalu memberi motivasi dan masukkan agar Said tegar menghadapi hidup. SMP Hidayah Allah merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pesantren Hidayah Allah. Cita-cita mulia dari Ustadz Azzam, pendiri pesantren Hidayah Allah adalah memberikan manfaat yang sebesarnya bagi umat manusia dengan karya nyata. Lelaki ini adalah contoh nyata bagi siswa-siswi SMP Hidayah Allah tentang seorang yang mempunyai intelektualitas tinggi yang mau mengorbankan hidupnya untuk mencerahkan orang lain. Ustadz Azzam memegang teguh prinsip agama yang diyakininya, bahwa sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Untuk itulah dia mengabdikan sebagian besar waktunya untuk memberi manfaat bagi orang lain, baik melalui tulisan- tulisannya, ajaran-ajarannya, dan apa saja yang bermanfaat bagi orang lain. Dia percaya ilmu itu harus dibagikan, karena manusia akan mempertanggungjawabkan ilmu yang kelak dimilikinya kelah di hadapan Allah Sang Maha Pencipta. Universitas Sumatera Utara 42 “Tapi Ustadz, kami tidak secerdas Ustadz. Sebagian dari kami adalah remaja miskin yang tidak mungkin menempuh pendidikan. Kami bersekolah di sini pun karena gratis. Bagaimana bisa kami seperti Ustadz?” LySMS, hal. 70. Bermanfaat bagi orang lain berarti memberikan pertolongan kepada sesama. Ustadz Azzam adalah contoh nyata seorang penolong yang hidupnya didedikasikan untuk membantu orang lain serta menjadi orang yang bermanfaat seperti kutipan diatas. Ustadz Azzam juga yang selalu membantu Said layaknya sang ayah untuknya, dengan selalu ada untuknya saat Said membutuhkan pertolongan. Adapun hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penggalan paragraf berikut ini. Ustadz Azzam terbayang akan wajah Said ketika ia menjawab pertanyaan yang diajukannya. Ada derita yang terpancar di wajah anak muridnya itu. Derita yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dia bertekad akan membantu anak itu melewati masa sulitnya. Mudahkanlah hidupnya, ya Allah. Doanya dalam hati. Dia merasa harus berbuat sesuatu. LySMS, hal.68. “Said, kemari” perintah Usyadz Azzam kepada Said. “Iya Ustadz.” Said berjalan pelan ke arah gurunya. “Said aku ingin mengikutkanmu dalam perlombaan pidato bahasa Inggris di Makassar. Temanya tentang pemuda dan masa depan bangsa. LySMS, hal.75. “Tapi aku berharap Ustadz yang langsung membimbing saya.” Said berterus terang keinginan hatinya. Dia tidak ingin berbuat setengah-setengah. Dia ingin dibimbing langsung oleh pembimbing terbaik di sekolah tersebut.”Mulai besok Said berlatih bersama Ustadz,” sahut Ustadz Azzam. LySMS, hal.76. Adapun pertolongan lainnya lain yang dilakukan oleh Ustadz Azzam kepada Said yaitu dengan membimbing Said menemukan bakatnya, memberikan fasilitas buat Said, serta membimbingnya menjadi seorang penulis yang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa penggalan paragraf berikut. Universitas Sumatera Utara 43 “Begini Said. Ustadz telah berrpikir tentang potensi yang mungkin kamu miliki. Menurut kamu , apa potensi yang kamu miliki sehingga kamu bisa mandiri?” Ustadz Azzam mencoba mengetahui dulu pendapat Said. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Diskusi ini bagaikan rangkaian jawaban dari segala dari doa-doa dan harapan Said. Said tidak bisa melupakan keinginannya menjadi seorang penulis seperti Ustadz Azzam. Sepertinya, ini kesempatan bagus untuk mengutarakan keinginannya itu. Bola mata Said membesar karena semangat yang timbul dari dalam jiwanya.“Ustadz, saya ingin menjadi seorang penulis seperti Ustadz Azzam. Kalimat Said tegas dan pasti keluar dari lidahnya.“Alasannya?”“Karena saya rasa itu lebih mudah bagi saya untuk belajar menulis saat ini. Ustadz Azzam kan menulis dalam buku Life is a Huge struggle, bahwa kalau kita ingin sukses maka kita harus mencari seseorang yang dapat dijadikan contoh, motivator, dan kalau bisa dia membimbing sehinnga kita bisa mempelajari dan mempraktikkan pengalaman-pengalamannya dalam menggapai kesuksesan.” Ustadz Azzam tersenyum. Dia sangat senang Said telah membaca salah satu buku karyanya. LySMS, hal. 220. Ustadz Azzam tidak ingin membantu setengah-setengah, untuk membantu Said menjadi seorang penulis ia pun tidak lupa memberikannya alat yang dapat mempermudah Said untuk menulis novel. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan-kutipan di bawah ini. “Sebagai senjata kamu, Ustadz akan meminjamkan sesuatu,” sambung Ustadz Azzam. Dia mengambil sebuah tas dari lemari dan menyerahkannya kepada Said. “Ambillah.” “Apa ini, Ustadz?” “Lihatlah isinya.” Said lalu membuka tersebut dan melihat isinya. Sebuah laptop. Ternyata Ustadz Azzam meminjami sebuah laptop. Sebuah barang yang sangat penting bagi Said, karena dia memang memerlukannya untuk menulis. LySMS, hal.250. “Laptop itu Said pergunakan untuk menulis. Sekarang Ustadz akan menantang kamu membuat novel. Dan novel tersebut harus selesai dalam jangka waktu dua bulan.” LySMS, hal.251. Universitas Sumatera Utara 44 Segala pertolongan Ustadz Azzam tidak sia-sia. Apa yang ditanamkannya pada Said akhirnya berbuah manis, Kepercayaannya, bimbingannya, serta motivasi yang diberikannya membawa Said menggapai keinginannya. Said mendapatkan hasil yang baik yakni dari perlombaan yang diikutinya. novelnya menjadi best seller yang akhirnya membawanya bertemu orang tuanya. Hal tersebut dapat terlihat dari kutipan di bawah ini. “Berikutnya kita akan mengumumkan juara kedua. Juara kedua berhak mendapatkan tropi dan uang tunai senilai tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. Dan pemenangnya adalah...” “Said Abdullah dari SMP Hidayah Allah Parepare.” Said yang berdoa sedari tadi menunggu pengumuman juara tersenyum mendengar pengumuman itu. Walaupun dia tidak mendapatkan juara kesatu, namun dia telah berusaha dengan maksimal.LySMS, hal.90. Keberhasilan lainnya yang diperoleh Said dari usaha kerasnya dan pertolongan Ustadz Azzam yakni novelnya diterbitkan dan menjadi best seller yang kelak akan membawanya bertemu orang tuanya. Hal tersebut dapat terlihat dari penggalan beberapa paragraf berikut. “Terima kasih, Ustadz, atas bimbingannya. Alhamdulillah. Semoga saya dapat terus berkarya, Ustadz .” Dengan mata yang berkaca-kaca, Said mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Azzam. Dia merasa sangat bersyukur memilki seorang guru seperti Ustadz Azzam yang mampu membimbing dirinya menemukan potensinya yang dulu tersembunyi. “Sama-sama, Said. Ustadz bangga mempunyai murid sepertimu yang tak berhenti berjuang mencapai cita- citanya.” Mata Ustadz Azzam juga sedikit berkaca-kaca memandang keharuan anak didiknya. LySMS, hal.307. Namun Said tidak dapat terus mengelak dari publisitas. Karena karyanya telah menjadi best seller. Masyarakat penasaran dengan karyanya, karena beberapa penulis terkenal memujinya sebagai penulis muda yang penuh bakat. LySMS, hal.317. Keberhasilan Said sungguh membuatnya bahagia baik dirinya maupun keluarganya. Dan akhirnya saat yang ditunggu pun tiba, ketika suatu acara televisi mengundangnya untuk hadir sebagai bintang tamu dalam acara tersebut di karenakan Universitas Sumatera Utara 45 prestasi nya menjadi penulis muda yang terkenal. Disanalah Said dipertemukan dengan ibu kandungnya serta saudara kembarnya. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa penggalan paragraf berikut. “Kabar spesial? Kabar spesial bagaimana maksudnya, Ustadz? Insya Allah kalau Ustadz gembira dengan kabar tersebut, Said juga akan gembira dengan kabar tersebut.’“Begini, Said. Ustadz tadi mendapat kabar dari penerbit bahwa kamu diundang oleh Rudy Ariadi untuk menjadi bintang tamu dalam acaranya, Spirit of Rudy.” LySMS, hal. 320. “Said Ali sangat ingin bertemu dengan Said Abdullah. Katanya dia sangat mengagumi karya Said Abdullah. Begitu pula Ibu Khadijah, ibu Said Ali.” Perkataan Rudy terhenti. Dia mendengarkan suara isak tangis yang pelan-pelan terdengar. “Nak Said, apakah anak tidak mengenal ibu?” Ibu Khadijah berkata pelan dengan nada terisak-isak. Dia memandang Said Abdullah. LySMS, hal. 338. “Apakah ibu Senja yang mengalir di hati saya selama ini? Apakah ibu adalah ibu saya?” Said menangis memandang wajah teduh itu. Wanita yang ada di hadapannya. Said tergopoh memeluk wanita setengah baya itu. Air matanya mengalir deras. Sementara di sana, seorang ibu setengah baya yang telah merawat Said selama ini mengucapkan pujian kepada Allah. Alhamdulilah.” Hari ini Said Abdullah akan melihat sebuah senja yang lebih indah. LySMS, hal. 339. Penggalan-penggalan paragraf dia atas menggambarkan perilaku yang perlu diteladani. Sifat berjiwa sosial atau penolong terhadap manusia ditunjukkan oleh Bu Maryam serta Ustadz Azzam. Mereka menolong dengan ikhlas dan setulus hati agar Said mendapatkan kebahagiaan. Moral baik itulah yang harusnya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan menolong orang yang kesusahan semampunya. Universitas Sumatera Utara 46

4.1.5 Rajin Belajar