Kesabaran Pesan Moral dalam Novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja

34

4.1.2 Kesabaran

Kesabaran merupakan ketenangan hati dalam menghadapi cobaan. Tanpa kesabaran sedikit kesulitan akan membuat sesorang emosional, gegabah, dan melakukan kesalahan. Sedikit kegagalan membuat kita frustasi, sepatah kata hinaan membuat diri sakit hati, balas dendam, akibatnya hidup memiliki banyak musuh. Kesabaran dapat membantu seseorang untuk bertumbuh dewasa serta tegar dalam menyikapi kehidupan juga menghadapi segala cobaan hidup. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa paragraf dibawah ini. Semenjak ditinggal mati oleh suaminya karena kecelakaan ketika melaut jauh ke pantai lepas, Ibu Maryam harus berjuang mempertahankan hidup membesarkan kedua anak kandungnya, Baso dan Fatimah. Dan tentu saja Said Abdullah. Bu dan ketiga anaknya bagai kehilangan arah hidup. Berhari-hari Bu Maryam menangis mengingat anak-anaknya yang masih kecil. Siapa lagi yang akan menanggung biaya hidup mereka. Pak Arifin tidak meninggalkan banyak harta, selain sikap optimis yang selalu diajarkannya semasa hidup. Dia mengajarkan arti percaya kepada kuasa Sang Maha Pencipta. Dia selalu memberi contoh bagaimana dia selalu bersikap tegar ketika masalah itu datang. “Ingat Bu, terkadang manusia mengaku dia beriman ketika badannya sehat dan hartanya banyak. Tapi sesungguhnya, iman itu teruji ketika kita mendapatkan masalah dari Allah, apakah kita akan menyerah dan berkeluh kesah, ataukah bersabar dan terus berikhtiar mendapatkan yang terbaik dalam hidup kita.” Itulah pesan Pak Arifin ketika dia masih hidup. Ibu Maryam tidak mau larut dalam sedihnya. Ditepisnya sikap pesimis dalam hidupnya. dia selalu yakin bahwa Allah tak akan meninggalkan hamba-Nya yang berbuat baik. Dia sering berdoa agar Allah memberikan kemudahan dalam hidupnya sehingga bisa melewati beban hidup ini. Diambil alihnya tugas dan tanggung jawab menghidupi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Dia pun memutuskan berjualan ikan di pasar serta membuka jasa menjahit dirumah. Tiada keluh, tiada kesah, yang ada hanya tekad yang membaja. LySMS, hal. 18-19. Universitas Sumatera Utara 35 Dari beberapa paragraf di atas terdapat pelajaran yang bisa diambil, seperti keteguhan hati Bu Maryam dan kesabarannya dalam menghadapi pahitnya hidup, Bu Maryam selalu berdoa memohon kepada Allah untuk memperoleh kemudahan hidupnya. Walaupun dia harus mengidupi ketiga anaknya namun dia tidak mau menyerah dan ingin berusaha melanjutkan hidup. Nilai kesabaran lainnya yang dapat diambil dari novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja adalah tentang bagaimana Said sabar menahan kesedihannya mengetahui dirinya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini dianggapnya ibu dan dia pun berusaha untuk tegar walau hatinya sangat hancur. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa kutipan di bawah ini. Said mencoba menenangkan hatinya yang berkecamuk. Walau hatinya hancur berkeping-keping, namun dia harus tetap tegar. Wanita yang dulunya dipanggilnya sebagai ibu tak boleh larut dalam kepedihan. Dipandangnya Bu Maryam dengan penuh kasih. “Sungguh mulia engkau, Ibu. Mau memelihara Said yang tak kau kenal. Janganlah Ibu menangis lagi. Sungguh duka tak pantas untuk anak seperti aku. Hidup sebatang kara tanpa siapapun, tapi Ibu memberikan aku kasih. Janganlah menangis lagi. Suatu saat Said akan membalas baik budi Ibunda.” Said mencoba menghibur Ibu Maryam, walau dia sendirimasih harus bertarung dalam kesedihan. LySMS, hal. 29. Kehidupan dapat mengajarkan kita untuk menjadi lebih sabar. Dalam masa-masa sulit kadang kita tidak memiliki pilihan lain selain untuk bersabar. Kesabaran dapat menjadi kekuatan untuk mengahadapi segala masalah seperti hinaan kepada diri. Dengan bersabar hinaan tersebut bagaikan angin lalu. Lebih baik memikirkan hal yang Universitas Sumatera Utara 36 baik daripada memikirkan segala cemoohan ataupun hinaan orang lain seperti yang ditunjukkan oleh tokoh dari beberapa paragraf berikut. “Hai, Anak angkat.” Laud nama pemuda itu menghina Said. Dia sebenarnya merasa iri karena Said sering menjadi juara kelas. Dan hal yang palin membuatnya kesal adalah Said tidak mengijinkannya menyontek saat ujian tiba pada saat mereka mereka bersekolah di sekolah dasar yang sama. “Hai Laud apa maksud kamu hah?”bentak Baso kemudian. Baso mengepalkan tangannya tanda emosi. Hampir saja dia memukul Laud ketika itu. Untung Said dengan sigap menghalanginya. LySMS, hal. 49. “Tidak mengapa Baso,” ujar Said. “aduh Said. Jangan diam saja, anak seperti itu harus diberi pelajaran. Kalau kamu tidak mau, biar aku yang turun tangan. Aku akan hajar mulutnya itu hingga tidak berbentuk lagi.” “Aku bukannya takut, Baso. Tapi aku tidak ingin Ibu menjadi sedih karena anak-anaknya berkelahi. Ibu telah memberi kita amanah untuk tidak berbuat sesuatu yang mengecewakan beliau. Hinaan tidak akan menyakitkan apabila hati kita tidak mengizinkan hinaan itu menyakitka n kita.” Said memberi alasan. LySMS, hal. 50. Dari beberapa kutipan di atas terlihat bahwa Said memiliki hati yang tenang dan sabar. Said selalu memikirkan apa akibat dari suatu tindakan yang tidak baik. Dia menunjukkan bahwa kekerasan tidak memberikan solusi malah akan membuat situsi semakin sulit. Mendengar penjelasan Said, Baso pun akhirnya mengerti bahwa kekerasan itu mengalahkan lawan tanpa menggunakan kekerasan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penggalan paragraf berikut. Semalaman Baso berpikir keras. Baso berpikir setiap orang pasti ada titik lemahnya. Secara fisik, Laud sebenarnya layak untuk digelari gelaran yang menyakitkan. Tapi Baso tidak ingin melakukan hal yang tercela. Dia memutuskan tidak memakai cara tersebut. LySMS, hal. 51. Ada satu cara Batin baso. Universitas Sumatera Utara 37 Baso tahu kelemahan Laud adalah ayahnya. Baso memilih melaporkan Laud pada ayahnya. Ayah Laud adalah polisi yang disiplin dan adil. Dia tidak akan membela anaknya apabila anaknya, bila anaknya itu benar-benar salah. Walhasil, Laud dihukum oleh ayahnya dan disuruh untuk meminta maaf kepada Said atas perlakuan buruknya. LySMS, hal. 51. Melihat penggalan-penggalan paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa setiap rintangan hidup apabila dihadapi dengan tenang jiwa akan baik-baik saja asalkan tetap bersabar dan selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Kesabaran juga lambat laun akan berbuah, buah yang berupa kebaikan.

4.1.3 Kejujuran