Kejujuran Pesan Moral dalam Novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja

37 Baso tahu kelemahan Laud adalah ayahnya. Baso memilih melaporkan Laud pada ayahnya. Ayah Laud adalah polisi yang disiplin dan adil. Dia tidak akan membela anaknya apabila anaknya, bila anaknya itu benar-benar salah. Walhasil, Laud dihukum oleh ayahnya dan disuruh untuk meminta maaf kepada Said atas perlakuan buruknya. LySMS, hal. 51. Melihat penggalan-penggalan paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa setiap rintangan hidup apabila dihadapi dengan tenang jiwa akan baik-baik saja asalkan tetap bersabar dan selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Kesabaran juga lambat laun akan berbuah, buah yang berupa kebaikan.

4.1.3 Kejujuran

Kejujuran adalah sikap positif dalam diri manusia yang menentang segala kebohongan serta bertindak dan mengatakan sesuatu berdasarkan fakta. Oleh karena itu kejujuran dapat dijadikan nilai moral yang patut diapresiasikan dalam kehidupan sebagai tindakan positif yang harus dimiliki oleh manusia. Kejujuran di dalam diri manusia seringkali kalah oleh pikiran jahat ataupun negatif. Kebohongan dilakukan oleh manusia, karena manusia merasa dengan berbohong dapat memberikan penyelesaian pada setiap masalah yang dihadapi hingga akhiirnya kebanyakan manusia lebih memilih berbohong daripada mempertahankan kebenaran melalui bertindak jujur. Hal utama yang diperoleh dari berbuat jujur bukanlah untuk menciptakan kesan yang baik dari orang lain tetapi bertindaklah jujur karena takut akan Sang Pencipta, karena apa yang kita peroleh dari masyarakat dari berbuat jujur tidaklah sebanding dengan apa yang akan kita terima dari Sang Pencipta yaitu ketenangan batin, berkat, serta pahala yang berlimpah. Universitas Sumatera Utara 38 Novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja memiliki nilai kejujuran dalam ceritanya. Adanya nilai kejujuran dalam novel ini menegaskan bahwa novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja sarat akan pesan moral. Hal tersebut terlihat dari beberapa penggalan paragraf di bawah ini. Bu Maryam mengela napas sejenak sebelum bercerita tentang lisannya tentang hal yang selama ini menghimpit didalam dadanya. Suara Bu Maryam terdengar bergetar seiring dengan getaran hatinya yang mengumpulkan keberanian untuk menyatakan sesuatu yang terpendam selama ini. “Anakku, Said yang kusayang. Berat Ibu menceritakan ini padamu. Karena s esungguhnya, ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi Ibu untuk diceritakan. Lama sudah kita bersama, dan tak pernah engkau sedikitpun menyakiti Ibu. Engkau selalu kasih dan sayang kepada ibu, membuat Ibu merasa memiliki karunia bersama denganmu.” Said hanya terdiam dan menundukkan kepalanya tak berani memandang wajah Bu Maryam. Dia merasakan bahwa dia harus bersiap menerima suatu berita yang akan menghancurkan perasaannya dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Bu Maryam. “Nak, mungkin saatnya kamu mengenal dirimu sebenarnya. Telah lama Ibu menyembunyikan rahasia ini, menganggapmu sebagai anak Ibu sendiri. Namun tak bisa lagi Ibu seperti itu. Engkau lelaki harus tegar menerima kenyataan dan cobaan.” Bu Maryam memandang wajah belia Said diletakkannya sapu tangan itu ditangan Said. Diujung sapu tangan itu terukir sebuah nama. Said Abdullah. “Apa yang hendak Ibu ceritakan padaku? Dan darimana sapu tangan ini b erasal?” Said memberanikan diri memandang Ibunya dan bertanya. Dia ingin segera mengetahui maksud perkataan Ibunya yang telah dia dengarkan. “Ibu ingin kamu tahu bahwa Ibu mengasihimu, Nak. Sesungguhnya, Ibu bukanlah Ibumu yang sebenarnya.” Jam dinding seakan terhenti mendengar perkataan Ibu Maryam.Ibu Maryam berhenti sejenak. Tak tertahankan kepedihan ini, seakan-akan ada yang pecah di rongga dadanya. Demikian pula Said. Rongga dadanya sesak, terhempas oleh kesedihan. Bagaikan air y ang mendidih di bejana suara tangis itu. LySMS, hal. 26-28. Dari penggalan-penggalan paragraf di atas terlihat bahwa kejujuran merupakan hal yang harus dikatakan walaupun kejujuran itu menyakitkan dan sering menimbulkan Universitas Sumatera Utara 39 kepedihan yang mendalam, namun hal yang dapat diperoleh dari kejujuran ialah ketenangan dan rasa lega dalam dada. Berbeda apabila melakukan hal yang tidak jujur karena perbuatan seperti itu akan membuat perasaan tidak enak dan dihantui rasa bersalah. Emile Durkheim 1964: 67 dan Randall Collin 1975: 59-60 menyatakan sesungguhya perilaku jujur atau ketidakjujuran adalah sosial dalam artian perilaku tersebut konsekuensi dari internalisasi nilai-nilai asumsi kedirian dan kekangan serta fasilitas struktural asumsi struktural. Pengertian yang sederhana pada paragraf di atas adalah perilaku jujur ataupun ketidakjujuran berasal dari dalam diri sendiri ataupun ada faktor luar yang mempengaruhi perbuatan tersebut dilakukan seperti yang tergambar pada penggalan paragraf berikut. “Baso mana, Nak?” Bu Maryam bertanya lirih dan menatap Said dengan mata yang begitu sayu. Said menundukkan pandangannya, tak sanggup menatap Ibu Maryam. Dia merasa bahwa sebaiknya dia berbohong agar tidak menambah beban Ibunya. “Eh, Baso sepertinya lagi belajar bersama di rumah temannya, Bu. Tadi Said pulangnya tidak bareng dengan dia Bu. “Ohhh.” Mata Bu Maryam semakin sayu seakan-akan meragukan jawaban Said. Said semakin tidak bisa memandang wajah Ibunya.Dia semakin merasa sangat bersalah kepada Ibu asuhnya ini. LySMS, hal. 123. Penggalan paragraf di atas menunjukkan bahwa Said melakukan kebohongan karena di satu sisi ingin melindungi Baso dari kemarahan Ibu nya di sisi lain Said tidak ingin mengatakan kejujuran melihat dari kondisi ibunya yang sedang sakit, dia tidak ingin menambah beban pikiran Ibunya. Tindakan Said sebenarnya tidaklah sangat buruk Universitas Sumatera Utara 40 tetapi tetap saja sesuatu yang tidak baik akan memberikan beban, baik itu perasaan maupun pikiran.

4.1.4 Pesan Moral Penolong dalam Novel LySMS