Sejarah Vihara Dharma Shanti Berastagi

Xiang Shan Meditation Center Anton Herman 090406019 Page 7

2.2. Tinjauan Umum

2.2.1. Sejarah Vihara Dharma Shanti Berastagi

1 Pada tahun 2001, Y. A. Ven. Cong Ru mempelopori berdirinya Vihara Dharma Shanti Berastagi, kemudian dilanjutkan dengan acara peletakan batu pertama oleh Y. A. Ven. Cong Ru, ketua BLIA Bapak Earlnus Chen dan Bupati Tanah Karo Bapak Sinar Perangin – Angin. Acara ini dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Y. A. Ven. Cong Ru dengan harapan pembangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi akan berjalan lancar di bawah bimbingan Y. A. Ven. Cong Ru dan ketua BLIA periode 2005 – 2008 Bapak Siswanto Thio tanpa ada halangan yang berarti. Pembangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi selesai pada tahun 2004. Kemudian, acara peresmian dilaksanakan pada tanggal 19 September 2004 oleh Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Drs. I. Wajan Suarjaya, M.Si. dan Bupati Tanah Karo Bapak Sinar Perangin – Angin, serta diadakan ritual pemberkahan “Liang Huang Bao Chan” yang dipimpin oleh Y. A. Ven. Hsing Ting dan 10 bhikkhu dan bhikhhuni dari Fo Guang Shan. Beberapa hal yang unik dan tidak boleh dilewatkan ketika mengunjungi Vihara Dharma Shanti Berastagi : a. 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara. Latar belakang adanya 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara adalah sebagai salah satu tempat wisata dan tempat ibadah yang banyak dikunjungi umat, merupakan sebuah vihara yang terletak di daerah pegunungan dimana terdapat banyak sekali masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Y. A. Ven. Chueh Teng melanjutkan proyek 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara dengan harapan agar rupang tersebut dapat melindungi vihara beserta masyarakat, serta menjadi suatu objek wisata bagi para turis. b. Pelita Hati. Berdana dengan cara memasang lilin atau pelita akan mendapatkan karma mata yang indah dan terang. Vihara Dharma Shanti 1 BLIA YAD Indonesia, Our Story, Medan, 2013 Universitas Sumatera Utara Xiang Shan Meditation Center Anton Herman 090406019 Page 8 Berastagi memberi kesempatan kepada para umat untuk berdana dengan cara memasang pelita yang akan diletakkan di depan altar Sang Tri Ratna. Sebelum kita meletakkan pelita, kita berdoa kepada Sang Tri Ratna dan kemudian meletakkan pelita di depan altar Sang Tri Ratna. Dengan doa dan pemberian pelita yang tulis, semoga saja doa yang kita panjatkan dapat terwujud dan kita juga akan menjalani kehidupan ini dengan lebih baik. c. Dharma Corner. Jika kita ingin menyimpan kenang – kenangan dari Vihara Dharma Shanti Berastagi, di sinilah tempat yang tepat. Dharma Corner merupakan tempat dimana kita dapat menemukan berbagai souvenir khas dari Fo Guang Shan, Taiwan yang dapat kita jadikan cenderamata untuk keluarga maupun teman – teman kita. Baik rupang Buddha dan rupang para Bodhisattva maupun berbagai bentuk souvenir dapat kita dapatkan di sini. Ini merupakan salah satu bentuk berdana yang dapat kita lakukan dan dana yang diberikan akan dipergunakan untuk pembangunan vihara serta berbagai keperluan vihara. d. Kartu Harapan. Kartu harapan atau biasanya yang dikenal dengan xu yan merupakan salah satu ciri khas Vihara Dharma Shanti Berastagi. Biasanya para umat ataupun pengunjung menggunakan kartu harapan ini sebagai bentuk dari doa dan harapan mereka untuk keluarga, teman, dan kehidupan mereka. Pada kartu harapan ini, para umat atau pengunjung menuliskan nama mereka ataupun nama keluarga yang mewakili seluruh keluarga. Kemudian sebelum meletakkannya di depan altar Sang Tri Ratna, mereka memanjatkan doa dan harapan mereka. Kemudian kartu harapan ini akan digantung pada rangkaian pohon yang ada di Vihara Dharma Shanti Berastagi. Kartu harapan ini juga merupakan salah satu bentuk berdana yang dapat dilakukan. e. Lonceng Kebahagiaan. Lonceng yang terdapat di depan beranda Vihara Dharma Shanti Berastagi ini, merupakan lonceng kebahagiaan, dimana sebelum memukul lonceng ini, kita akan melafalkan mantra. Para makhluk menderita yang mendengar suara lonceng ini akan terbebas dari Universitas Sumatera Utara Xiang Shan Meditation Center Anton Herman 090406019 Page 9 penderitaan seketika. Ini juga merupakan salah satu bentuk pelimpahan jasa dalam bentuk lainnya. f. Ruang Bhaktisala. Ruang Bhaktisala yang tenang dan damai, itulah yang selalu diucapkan ketika para pengunjung mengunjungi ruang bhaktisala ini. Di dalam ruang bhaktisala terdapat tiga rupang Buddha, yaitu Buddha Sakyamuni, Buddha Amitabha, dan Buddha Bhaisajyaguru. Kemudian terdapat pula empat rupang Bodhisattva, yaitu Bodhisattva Avalokiteshvara, Bodhisattva Ksitigarbha, Skandra Bodhisattva, dan Sangharama Bodhisattva. Terdapat pula tiga relik, yaitu relik Sang Buddha Sakyamuni beserta relik murid – murid Sang Buddha, yaitu Moggallana dan Sariputra. Ruang bhaktisala adalah tempat unutk melaksanakan kebaktian, berdoa ataupun memberi penghormatan pada Sang Buddha dan para Bodhisattva.

2.2.2. Sejarah BLIA YAD Indonesia