viseral ke dalam miometrium. Setelah masuk ke dalam kavum uterus, insisi diperluas ke arah kaudal dan kranial. Lalu pelahiran bayi, plasenta, dan selaput
ketuban. 3. Seksio Sesarea Ekstraperitonial
Tindakan seksio sesarea ekstraperitoneal adalah tindakan dimana memasuki uterus tanpa membuka peritoneum.
2.1.3. Indikasi Seksio Sesarea
Seksio sesarea dilakukan pada kasus-kasus dimana persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan ataupun akan memaksakan risiko yang tidak semestinya kepada
sang ibu ataupun janin. Dalam beberapa kasus, penilaian yang baik dibutuhkan untuk menentukan apakah seksio sesarea atau persalinan pervaginam yang lebih baik untuk
dilakukan DeCherney et al., 2007.
Berbagai indikasi dilakukannya seksio sesarea adalah:
1. Seksio sesarea berulang Diktum yang berbunyi “once cesarean always a cesarean” telah dipegang selama
bertahun-tahun. Walaupun demikian, seiring munculnya publikasi-publikasi yang mendokumentasikan akan keamanan persalinan pervaginam setelah seksio sesarea
dalam berbagai literatur, telah banyak tenaga kesehatan berpindah dari kepercayaan ini. Dorongan terbesar yang mengarahkan kepada terjadinya
perubahan ini adalah lebih sedikitnya risiko persalinan pervaginam, lebih sedikit diperlukannya anestesi, kurangnya kesakitan pasca persalinan, waktu rawat inap
yang lebih singkat, biaya yang lebih rendah, serta pembentukan ikatan batin dan interaksi ibu dan bayi lebih dini. Namun semakin banyaknya persalinan
pervaginam setelah seksio sesarea yang dilakukan di tempat-tempat dimana tindakan ini tidak ideal terlaksana maka semakin meningkat angka komplikasi
yang terjadi. Oleh karena itu, faktanya muncul kembali tren untuk mengadopsi diktum “once cesarean always a cesarean” kembali. DeCherney et al., 2007
Universitas Sumatera Utara
2. Atas Permintaan Ibu Seksio sesarea yang dilakukan atas keinginan tanpa adanya indikasi maternal
maupun fetal untuk dilakukan tindakan seksio sesarea. Beberapa alasan yang mendasari para ibu menginginkan persalinan dengan
cara seksio sesarea adalah nyeri saat bersalin, rasa takut menghadapi persalinan pervaginam, keinginan untuk melahirkan sesuai waktu yang direncanakan,
mencegah kesakitan matenal berupa inkontinesia dan prolaps organ pelvis, mencegah luaran bayi yang buruk seperti kematian intrauterin, trauma lahir,
infeksio neonatal. Ecker, 2013 Namun demikian, seksio sesarea yang dilakukan atas permintaan ibu memiliki
beberapa risiko yaitu lama rawatan yang lebih panjang, meningkatnya risiko masalah pernapasan pada bayi, kemungkinan komplikasi pada kehamilan berikut
yang lebih tinggi, mencakup ruptur uterus, masalah implantasi plasenta, dan histerektomi. American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2013
3. Primigravida Tua Primigravida tua adalah keadaan dimana seorang wanita mengalami
kehamilan pertama di usia 35 tahun keatas Padubidri dan Anand, 2006. Risiko primigravida tua terhadap ibu maupun janin adalah:
1. Adanya kemungkinan timbul fibroid uterus, dan kehamilan bisa menjadi sulit karena aborsi, torsio fibroid, serta persalinan prematur.
2. Dapat terjadi aborsi dan intrauterine growth retardation karena tidak adekuatnya perfusi plasenta.
3. Hipertensi dan diabetes dapat mempersulit kehamilan. 4. Tingginya kejadian seksio sesarea.
5. Risiko pada janin yaitu kelainan kongenital janin, seperti sindroma down dan intrauterine growth retardation.
Padubidri dan Anand, 2006
Universitas Sumatera Utara
4. Distosia Distosia secara harfiah diartikan sebagai persalinan yang sulit. Ini terjadi ketika
persalinan mengalami kemajuan dan kemudian berhenti sama sekali atau menjadi berkepanjangan. Ketika situasi ini terjadi saat persalinan, diperlukan penilaian
kembali terhadap pasien, menyangkut pola persalinan, pola kontraksi, evaluasi estimasi berat janin dan presentasi janin, serta evaluasi pelvis
DeCherney et al., 2007.
Beberapa penyebab distosia menurut Simkin dan Ancheta 2002 adalah: 1. Kekuatan kontraksi uterus
2. Jalan Lahir ukuran, bentuk, mobilitas sendi panggul, serta daya regang dan kelenturan vagina
3. Janin ukuran dan bentuk kepala janin, presentasi dan posisi janin 4. Nyeri kemampuan wanita untuk menghadapi nyeri
5. Psikis kecemasan, keadaan emosional wanita
5. Malposisi dan malpresentasi janin Letak lintang dan presentasi sungsang merupakan indikasi umum dilakukannya
seksio sesarea. Metode persalinan seksio sesarea bagi kasus presentasi sungsang disarankan oleh karena luaran bayi yang dicapai lebih baik. Versi sefalik eksternal
dapat menjadi alternatif pada beberapa pasien dan dapat diusahakan untuk mengubah janin ke presentasi kepala. Walau demikian, prosedur ini berhasil dalam
mentoleransi persalinan pervaginam hanya dalam 50 kasus DeCherney et al.,
2007.
6. Gawat Janin Sehubungan dengan diagnosis gawat janin , rekomendasi oleh American Academy
of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologists 2007 bahwa diharapkan memulai seksio sesarea dalam waktu 30 menit dari saat
Universitas Sumatera Utara
mengambil keputusan dan pelaksanaan operatif. Oleh karena itu, ketika dihadapkan dengan keadaan akut, perburukan kondisi janin, seksio sesarea
biasanya diindikasikan secepat mungkin dan penundaan bertujuan dalam jangka waktu tertentu menjadi tidak patut terjadi Cunningham et al., 2010.
7. Ketuban Pecah dini Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana terjadi ruptur dari selaput ketuban
sebelum timbulnya tanda-tanda persalinan pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37 minggu Jazayeri, 2013.
8. Plasenta Previa Plasenta previa merupakan keadaan dimana plasenta terletak di atau sangat dekat
dengan tulang seviks interna Khrisna et al., 2001. Menurut Krishna et al. 2001, plasenta previa dikelompok menjadi empat, yaitu:
1. Plasenta previa totalis Dimana cervical os tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsial Dimana cervical os tertutup sebagian oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginal Dimana tepi dari plasenta tidak menutupi namun terletak dekat cervical os.
4. Plasenta previa letak rendah Dimana plasenta terletak di segmen bawah rahim namum tepi plasenta tidak
mencapai cervical os hanya mendekati.
9. Hipertensi dalam Kehamilan Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah menetap diatas 14090 mmHg
DeCherney et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Cunningham et al. 2010, Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasi menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Hipertensi gestasional Tekanan darah
≥ 14090 mmHg pertama kali selama kehamilan Proteinuria -
Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu pasca partus 2. Preeklampsia
Tekanan darah ≥ 14090 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu
Proteinuria ≥ 300 mg24 jam atau ≥ 1+dipstik
Serum kreatin 1.2 mgdl Platelet 100.000
ɥL Laktat Dehidrogenase meningkat
Kadar serum transaminase meningkat Nyeri kepala, gangguan serebral, atau penglihatan yang menetap
Nyeri epigastrium menetap 3. Eklampsia
Sindroma preeklampsia dengan adanya kejang tanpa penyebab yang jelas. 4. Superimposed preeklampsia – eklampsia
Onset baru proteinuria ≥ 300mg24 jam pada wanita dengan hipertensi namun
tidak ada proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan tiba-tiba proteinuria, atau tekanan darah, atau jumlah platelet
100.000 ɥL pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia
kehamilan 20 minggu. 5. Hipertensi Kronik
Tekanan darah ≥ 14090 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum usia
kehamilan 20 minggu, atau hipertensi yang didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pasca partus.
Universitas Sumatera Utara
10. Ruptur uterus Ruptur uterus adalah keadaan dimana uterus mengalami disrupsi. Ruptur uteri
spontan memanglah jarang. Namun, hal ini dapat membahayakan keadaan ibu oleh karena munculnya perdarahan masif. Menurut DeCherney et al. 2007, ada
beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri, yaitu: 1. Mapresentasi janin
2. Grande multipara 3. Riwayat operasi uterus
4. Induksi persalinan dengan oksitosin
11. Bayi Besar Makrosomia Makrosomia didefinisikan sebagai berat badan lahir diatas 4000 gram pada
persalinan cukup bulan. Ini masih menjadi penyebab penting terjadinya kesakitan perinatal dan kesakitan serta kematian ibu, yang muncul karena cedera
lahir, asfiksia, dan frekuensi seksio sesarea yang meningkat Winn dan Hobbins, 2000.
12. Prolapsus Tali Pusat Stright 2001 mengatakan bahwa, “Prolapsus tali pusat adalah penurunan tali
pusat ke dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu.”
Prolapsus tali pusat dihubungkan dengan keadaan prematuritas, presentasi abnormal janin, tumor pelvis, multiparitas, plasenta previa, plasenta letak rendah,
disproporsi fetopelvik. Selain itu, dapat juga ditemukan kejadian prolapsus tali pusat pada keadaan hidraamnion cairan ketuban berlebih, kehamilan ganda,
ruptur dini selaput plasenta DeCherney et al., 2007.
13. Kehamilan Ganda
Universitas Sumatera Utara
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan jumlah janin dua atau lebih intrauterin. Kehamilan ini dianggap mempunyai risiko tinggi karena beberapa
alasan berikut: 1. Kejadian komplikasi pada kehamilan ganda lebih tinggi
2. Dikaitkan dengan kelainan kongenital 3. Memerlukan tindakan operasi persalinan
4. Menimbulkan trauma persalinan 5. Komplikasi paska partus lebih tinggi
6. Selama hamil dikaitkan dengan kejadian anemia tinggi karena nutrisi dan vitamin atau Fe masih kurang Manuaba et al., 2003
Menurut DeCherney et al. 2007, kehamilan ganda dikategorikan sebagai salah satu kehamilan dengan risiko tinggi karena meningkatnya insidensi anemia
pada ibu hamil, infeksi saluran kemih, preeklampsia maupun eklampsia, perdarahan, serta atoni uterus.
14. Partus Lama Partus lama didefinisikan sebagai keadaan dimana persalinan memiliki onset
yang regular, kontraksi uterus ritmis yang disertai dilatasi serviks namun lama persalinan diatas 24 jam WHO, 2008.
15. Partus Tak Maju Tidak adanya kemajuan dalam pembukaan serviks, turunnya kepala janin dan
putar paksi dalam selama 2 jam terakhir meskipun adanya his yang adekuat Tanjung, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Kontraindikasi Seksio Sesarea