Segmen bawah rahim diinsisi secara transversal seperti yang dideskripsikan oleh Kerr pada tahun 1921. Adakalanya, dilakukan insisi
vertikal segmen bawah seperti dideskripsikan oleh Krönig pada tahun 1921.
3. Pelahiran janin dan plasenta 4. Perbaikan uterus
5. Penutupan kembali abdomen
2.1.7. Manajemen Paska Operatif Seksio Sesarea
Manajemen paska operatif seksio sesarea menurut Joy 2014 adalah: 1.
Penilaian paska operasi rutin 2.
Monitor tanda-tanda vital, output urin, jumlah perdarahan vaginal. 3.
Palpasi fundus uterus. 4.
Pemberian cairan intravena. 5.
Pemberian analgesik intravena atau intramuskular jika pasien tidak menerima analgesik jangka panjang atau menerima anestesi general.
6. Ambulasi pada hari pertama paska operasi.
7. Jika pasien berencana menyusui bayi, inisiasi dilakukan
dalambeberapa jam setelah persalinan. 8.
Pasien dapat pulang pada hari ketiga atau empat paska operasi jika tidak ada komplikasi.
2.1.8. Komplikasi Seksio Sesarea
Menurut Sibuea 2007, seksio sesarea memiliki beberapa komplikasi tertentu, yaitu:
1. Komplikasi ibu selama dan setelah persalinan
a. Komplikasi berat
Universitas Sumatera Utara
Berupa perlukaan usus, perlukaan kandung kemih, jahitan luka abomen terbuka sampai peritoneum, luka sayatan dinding abdomen
bernanah, peritonitis, pneumonia paska operasi, aspirasi saat pembiusan, komplikasi anestesi spinal, hematoma perianal,
perlukaan vagina sampai rektum. b. Operasi ulangan
Berupa pengeluaran plasenta dengan tangan, kuretase paska persalinan, jahitan ulang luka perineum.
c. Perdarahan dan dapat tansfusi darah d. Perihisterektomi
Berupa histerektomi postpartum, histerorafi pada kasus uterus ruptur, seksio sesarea – histerektomi.
e. Kematian ibu Kematian ibu intrapartum, kematian ibu sewaktu seksio sesarea,
kematian ibu postpartum, kematian ibu pasca seksio sesarea. 2. Komplikasi neonatal dini
a. Asfiksia ringan dan sedang Bayi lahir dengan APGAR Score 4-7 pada menit pertama.
b. Asfiksia berat Bayi lahir dengan APGAR Score 3 atau kurang pada menit pertama.
c. Kematian neonatal dini Kematian bayi pada hari ketujuh atau kurang.
2.1.9. Mortalitas dan Morbiditas pada Seksio Sesarea
Sibuea 2007 mengungkapkan bahwa, “Angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak pada seksio sesarea erat kaitannya dengan komplikasi kehamilan,
komplikasi persalinan, dan indikasi seksio sesarea; juga erat kaitannya dengan ketersediaannya sarana dan fasilitas, termasuk keterampilan tim operator. Angka
Universitas Sumatera Utara
kematian ibu pada seksio sesarea juga tidak terlepas dari kondisi ibu yang dirujuk ke rumah sakit, kualitas penanganan kehamilan risiko tinggi, kualitas perawatan pre-
intra-post seksio sesarea, kecukupan persediaan darah dan antibiotika..” Selain itu ditinjau dari sisi sang bayi, meskipun, mungkin terlihat bahwa
tindakan seksio sesarea pada persalinan merupakan tindakan paling aman bagi sang bayi, ini tidaklah sepenuhnya benar. Transien takipnu pada bayi baru lahir lebih
sering muncul pada persalinan seksio sesarea daripada persalinan pervaginam. Risiko perdarahan janin dan hipoksia timbul ketika plasenta ditemukan dibawah insisi uterus
dan terpotong, serta adanya risiko terjadi laserasi pada bayi saat insisi uterus dilakukan. Daerah biasanya terjadi laserasi itu di wajah, area pipi, tetapi juga terjadi
di daerah pantat, telinga, kepala, atau bagian tubuh lain dibawah tempat insisi. Oleh karena itu, perhatian lebih sangatlah penting ketika dilakukan insisi terhadap uterus.
DeCherney et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian