Gangguan Pembentukan Infiks Gangguan Pembentukan Afiks dalam Tuturan Bahasa Indonesia pada Anak Autisme

47 dengan Jln, peneliti harus dibantu oleh terapis Jln yaitu bu Endang yang telah menemaninya selama 6 tahun.

4.1.3 Gangguan Pembentukan Infiks

Data-data berikut merupakan percakapan antara peneliti dengan anak autisme yang bernama Flv Tarigan 9 tahun, Ag Kartika 12 tahun, dan Jln Junawi 8 tahun, serta didampingi oleh terapis anak autisme tersebut yang memeroleh data-data infiks pembubuhan tengah unsur infiks dalam penelitian antara lain -em- dan -el- sebagai berikut. Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Fahlevi, selanjutnya disebut Flv. 34 Peneliti : Fahlevi, coba sebutkan ini jari apa? menunjukkan jari telunjuk Flv : Jari apa, jari tunjuk Peneliti : Coba ulang dengan pelan, telunjuk Flv : Telujuk. Berdasarkan data 34 diketahui bahwa Flv dapat menjawab pertanyaan peneliti saat peneliti memberi pancingan dengan menunjukkan jari telunjuk. Flv menjawab jari tunjuk, seharusnya Flv sebutkan jari telunjuk sehingga menunjukkan adanya pembentukan infiks –el- sesuai kategori c dalam teori Verhaar2001. Tetapi setelah peneliti mengucapkan kata telunjuk dengan benar, Flv dapat menirukan dengan mengucapkan telujuk walaupun fonem n dihilangkannya. Flv dapat membentuk infiks –el- dengan cara membeo. Hal tersebut tidak menunjukkan terjadinya gangguan berbahasa seperti yang dikatakan Haron1997. 48 Berdasarkan data di atas, disimpulkan bahwa Flv hanya dapat membentuk infiks –el- dengan cara membeo, sedangkan untuk infiks –em- tidak dapat membentuknya sama sekali dan tidak mengerti makna kata yang tersisip -em- di dalamnya. Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Aiga, selanjutnya disebut Ag. 35 Peneliti : Aiga, coba katakan kakak kenapa kalau kedinginan terus tubuhnya seperti ini? menunjukkan orang yang kedinginan dan tubuh gemetar Ag :Kedinginan, gemetar badan kakak. Peneliti : Aiga pintar sambil bertepuk tangan Berdasarkan data 35 diketahui bahwa Ag dapat menjawab pertanyaan peneliti dengan baik melalui pancingan memperagakan hal yang dimaksudkan oleh peneliti. Ag membentuk infiks –em- sesuai kategori c dalam teori Verhaar2001 dengan mengucapkan kata gemetar. Hal tersebut menunjukkan tidak terjadi gangguan berbahasa seperti yang dikatakan Haron1997. 36 Peneliti : Aiga, sewaktu Aiga mencuci boneka banyak busanya ya? Ag : Banyak busanya. Peneliti : Terus, yang bulat seperti balon di busanya itu apa? Ag : gelembung air. Pecah dia pas Aiga pegang. Peneliti : Iya benar. Bagus Aiga. sambil menunjukkan dua jempol Berdasarkan data 36 diketahui bahwa Ag dapat menjawab pertanyaan peneliti dengan baik melalui pancingan menjelaskan apa yang diinginkan peneliti agar Ag mengucapkan infiks sesuai yang diinginkan peneliti. Ag dapat membentuk infiks –el- sesuai kategori c dalam teori Verhaar2001 dengan 49 mengucapkan kata gelembung. Hal tersebut menunjukkan tidak terjadi gangguan berbahasa seperti yang dikatakan Haron1997. Berdasarkan data 35-36 disimpulkan bahwa Ag dapat membentuk infiks – em- dan -el- dengan baik. Hal tersebut karena kata-kata gemetar dan gelembung sering didengarnya di kehidupan sehari-harinya. Percakapan di bawah merupakan percakapan peneliti dengan Jolyn, selanjutnya disebut Jln. 37 Peneliti : Jolyn coba katakan, gemuruh Jln : Gemuluh Berdasarkan data 37 diketahui bahwa Jln mampu membentuk infiks –em- sesuai kategori c dalam teori Verhaar2001 pada kata gemuruh menjadi gemuluh dengan cara membeo walaupun fonem r berganti menjadi l, tetapi Jln tidak mengerti arti dari kata tersebut. Hal tersebut menunjukkan tidak terjadi gangguan berbahasa seperti yang dikatakan Haron1997. Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa Jln hanya dapat membentuk infiks -em- dengan cara membeo dan tidak mengetahui makna kata yang terdapat infiks -em- tersebut, sedangkan untuk infiks -el- tidak dapat membentuknya sama sekali dan tidak mengerti makna kata yang tersisip -el- di dalamnya.

4.1.4 Gangguan Pembentukan Konfiks