Struktur HIV Patofisiologi HIV

2. Persistent generalized lymphadenopathy 3. Acute retroviral seroconvertion syndrome Gejala : demam, radang tenggorokan, sakit kepala, ruam kulit, nyeri otot, hasil belum menunjukkan HIV +  Derajat II Gejala : berat badan menurun 10, minor mucocutaneous manisfestation, e.g.prurigo, fungal nail, oral ulceration, herpes zoster, Infeksi Saluran Nafas Atas berulang  Derajat III Gejala : bergejela tetapi aktivitas masih normal, berat badan menu run 10, kronik diare tidak jelas penyebabnya 1 bulan, oral candidiasis, oral hair leukopenia, pulmonary TB, infeksi bakteri berat: pneumonia, pyomyositis.  Derajat IV Gejala : berkembang penyakit -penyakit seperti penyakit saraf, infeksi oportunistik, keganasanneoplasma: lymphoma dan Kaposi’s sarcoma, HIV encephalopathy, extrapulmonary TB.

2.1.3. Struktur HIV

Partikel virus HIV-1 yang berdiameter sepesepuluhribu mm 0.1µm diselubungi oleh dwilapis fosfolipid seperti halnya membran sel pada umumnya. Kond isi ini memberikan kemudahan terjadinya fusi antara kedua membran. Selubung virus tersebut dilengkapi dengan tonjolan -tonjolan protein pada seluruh permukaan seperti jeruji. Pada setiap ujung luar dilengkapi dengan struktur berbentuk bulat telur seperti to mbol pintu dengan sebuah cekungan. Bagian protein yang menembus selubung virus sampai ke bagian dalam berbentuk batang. Seluruh bangunan protein tersebut disebut gp160, karena berat molekulnya 160, dan bagian yang berbentuk bulat telur disebut gp120 yang melanjutkan struktur seperti batang dalam selubung menjadi gp41. Di sebelah dalam selubung luar virus dilengkapi dengan selubung protein kapsid. Di bagian tengah virus terdapat “inti” yang terdiri atas substansi genetik berbentuk dua untaian RNA dengan enzim reverse transcriptase Subowo, 2010. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1. Struktur HIV Sumber: Castillo, 2005

2.1.4. Patofisiologi HIV

Universitas Sumatera Utara Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama, yaitu transmisi melalui mukosa genital, transmisi langsung ke peredaran darah melalui jarum suntik, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin. Untuk bisa menginfeksi sel, HIV memerlukan reseptor dan reseptor utama untuk HIV adalah mo lekul CD4 + pada permukaan sel pejamu. Namun reseptor CD4 + saja ternyata tidak cukup. Ada beberapa sel yang tidak mempunyai reseptor CD4 + , tapi dapat diinfeksi oleh HIV yaitu Fc reseptor untuk virion yang diliputi antibodi, dan molekul CD26 yang diperkiraka n merupakan koreseptor untuk terjadinya fusi sel dan masuknya virus kedalam sel. Di samping itu telah ditemukan juga koreseptor kemokin yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses masuknya HIV ke dalam sel yaitu CCR5 dan CXCR4 Nasronudin, 2007 . Gambar 2.2. Patofisiologi HIV Sumber: Castillo, 2005 Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Daur hidup HIV