Formulasi tablet hisap ekstrak etanol gambir (uncaria gambir roxb) dengan variasi konsentrasi polyvinyil pyrrolidone (PVP) sebagai peningkat dan pengaruhya terhadap kadar CD4 dalam darah

(1)

PYRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Disusun oleh : NAILUL HANA

106102003383

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010


(2)

NAMA : NAILUL HANA NIM : 106102003383

JUDUL : FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI

KONSENTRASI POLYVINYLPIRROLIDONE (PVP)

SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Yanis Musdja, M.Sc, Apt Farida Sulistiawati, M.Si, Apt

NIP: 195601061985101001 NIP: 150377443

Mengetahui

Kepala Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. NIP: 1956010619851010001


(3)

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLYVINYL PYRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN PENGARUHNYA

TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh Nailul Hana

NIM: 106102003383 Menyetujui, Pembimbing:

1. Pembimbing I Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ... 2. Pembimbing II Farida Sulistiawati, M.Si, Apt. ... Penguji:

1. Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ... 2. Anggota Penguji I Eka Putri, M.Si, Apt. ... 3. Anggota Penguji II Azrifitria, M.Si.Apt. ... 4. Anggota Penguji III Zilhadia, M.Si, Apt. ...

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And Tanggal lulus : 1 September 2010


(4)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN.

Jakarta, Agustus 2010

Nailul Hana 106102003383


(5)

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN VARIASI KONSENTRASI POLYVINYLPIRROLIDONE (PVP) SEBAGAI PENGIKAT DAN

PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH Telah dilakukan penelitian aktivitas imunomodulator ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) secara in-vivo. Gambir digunakan sebagai bahan obat karena kandungan katekin dan tannin yang dapat berfungsi sebagai imunomodulator. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sediaan dalam bentuk tablet hisap, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar CD4 dalam darah. Ekstrak gambir diformulasi menjadi tablet hisap dengan pengikat PVP, dilanjutkan dengan uji mutu fisik tablet hisap, uji hedonic, dan uji CD4 dalam darah panelis. Hasil evaluasi yang ditinjau dari mutu fisik tablet hisap menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan konsentrasi PVP, maka semakin meningkat pula mutu fisik tablet yang dihasilkan. Formula C dengan konsentrasi PVP sebesar 10% memiliki mutu fisik tablet lebih baik dibandingkan kedua formula lainnya, dengan nilai kekerasan 16,9 kg/cm2, waktu hancur 35,67 menit dan merupakan formula yang paling disukai oleh panelis dalam uji kesukaan terhadap rasa dan aroma tablet. Uji statistik terhadap %CD4 dan jumlah mutlak CD4 panelis yang mengkonsumsi tablet hisap selama 5 hari berturut-turut menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna (p>0,05)antara data sebelum dan sesudah perlakuan.


(6)

LOZENGE FORMULATION OF ETHANOL 70% UNCARIA GAMBIR ROXB EXTRACT WITH VARIOUS CONCENTRATION OF

POLYVINYLPIRROLIDONE (PVP) AS THE BINDING AGENT AND TO RATE THE INFLUENCE OF CD4 IN BLOOD

Research of immunomodulatory of ethanol 70% Uncaria gambir Roxb extract has been investigated in-vivo. Gambir is applied as component of drug by contents of catechin and tannin available for functioning as immunomodulator. This research is about preparation in of Lozengeand also measurement of rate CD4 in blood. Gambir extract has been formulated to Lozenge with PVP as binding agent, continued with quality of physical of Lozenge test, hedonic test, and CD4 test in panelist blood. Evaluation result which evaluated from quality of physical of Lozenge indicate that with existence of increasing of concentration of PVP, progressively increase quality of physical of the yielded tablet. Formula C with concentration of 10% PVP have better quality of physical of compared tablet both other formula, with hardness of 16,9 kg/cm2, breakdown time of 35,67 minute and is formula which very taken a fancy by panelist in hedonic test to flavor and smells. Statistical test to% CD4 and absolute counts CD4 panelists consuming Lozenge during 5 day successively show existence that there is no meaning differences (p>0,05) before and after treatment.


(7)

kepada Allah SWT. Tak ada satu pun makhluk di dunia ini yang pantas mendapatkan pujian melebihi diri- Nya. Shalawat dan Salam hanyalah untuk Muhammad Rasulullah SAW, seorang manusia luar biasa. Ia senantiasa menjadi inspirasi dan semangat semangat penulis ketika melemah dan membutuhkan dukungan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah ” Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Dengan Variasi Konsentrasi Polyvinylpirrolidone (Pvp) Sebagai Pengikat Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah”.

Selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya, khusunya kepada:

1. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Pembimbing dan Ketua

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Farida Sulistiawati, M.Si, Apt sebagai pembimbing yang senantiasa dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Ayahanda, Ibunda, dan keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis baik moril maupun materiil.

5. Ibu/Bapak Dosen dan Staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Sahabatku Gita Permata Sari, Guna Agashi, dan Fikri Syafrizal untuk


(8)

Yunita Haryati untuk kebersamaan yang sangat berharga dalam 4 tahun terakhir ini, semoga ini bukanlah perpisahan untuk kita.

8. Pak Azas “Merck”, Mas Lutfhi “Bintang Toedjoe”, dan Klik “Pharos” atas bantuan bahan-bahan penelitian yang sangat susah didapat.

9. Pak Didik dan Ibu Asih LAFIAL, atas bantuannya dalam proses penelitian

10. Teman-teman seperjuangan Farmasi Teofilin 2006 untuk kekompakan dan canda-tawa yang dihadirkan setiap hari meskipun saat kelas berlangsung.

11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena tiada gading yang tak retak oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan skripsi ini serta memperbaiki kemampuan penulis dalam kesempatan lainnya.

Jakarta, Agustus 2010 Penulis


(9)

LEMBAR PERSETUJUAN ……..……….… ii

LEMBAR PENGESAHAN …..…..……….… iii

LEMBAR PERNYATAAN ….………..… iv

KATA PENGANTAR ………..…..… v

DAFTAR ISI ………...……….... vii

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR ………..………... . x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

ABSTRAK ……….………..… xii

ABSTRACT………...………..… xiii

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 3

1.3 Hipotesa ……… 4

1.4 Tujuan Penelitian ………. 4

1.5 Manfaat Penelitian……….. 4

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tanaman Gambir ……….. 5

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah ……….……… 5

2.1.2 Nama Daerah ………. 5

2.1.3 Deskripsi Gambir ..………. 6

2.1.4 Kandungan Kimia ……….. 6

2.1.5 Efek Farmakologis ……… 7

2.2 Simplisia ……….. 8

2.3 Ekstrak dan Ekstraksi ………..… 9

2.4 Metode Ekstraksi ……….………... 11

2.5 Tablet Hisap ……….. 13

2.5.1 Definisi Tablet Hisap ……… 13

2.5.2 Bahan Tambahan ……….. 14

2.5.3 Monografi Bahan ……….. 17

2.5.4 Metode Pembuatan……….. 21

2.5.5 Evaluasi Granul .. ………... 23

2.5.6 Evaluasi Tablet……..……….. 25

2.6 Sistem Imun ………...………. 27

2.6.1 Cluster of Differetiation ……….……… 28

2.6.2 Imunomodulator ……….……… 30

2.6.3 Kontrol Pembanding ………….………….……… 32

Bab III Kerangka Konsep ………. 34 Bab IV Metodelogi Penelitian


(10)

4.2.2 Bahan Penelitian ……….. 36

4.3 Prosedur Penelitian ……….. 36

4.3.1 Penyiapan Bahan ……….. 36

4.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Gambir ……….…….... 37

4.3.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak ……….……….. 37

4.3.4 Identifikasi Serbuk Gambir ……….. 39

4.3.5 Penapisan Fitokimia Serbuk dan Ekstrak Gambir……….... 40

4.4 Formulasi Tablet Hisap ….………... 44

4.4.1 Evaluasi Granul ….……….……….. 45

4.4.2 Evaluasi Tablet ..………….……….. 47

4.5 Uji Kesukaan ………….…….……….. 48

4.6 Uji CD4 ……….…….………. 48

4.7 Analisa Data ………….…….……….. 50

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan ……… 51

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Penapisan Fitokimia Gambir ………..………. 51

5.1.2 Karakterisasi Ekstrak ………. . 52

5.1.3 Evaluasi Granul………..………. . 53

5.1.4 Evaluasi Tablet ……….………. . 55

5.1.5 Uji Kesukaan ……….………. . 56

5.1.6 Uji CD4 ……….. . 58

5.2 Pembahasan ………. 60

Bab VI Kesimpulan dan Saran ……… 71

6.1 Kesimpulan ….……….…….………. . 71

6.2 Saran ……….…….……….. 71

Daftar Pustaka ……..……… 72


(11)

Tabel I Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Granul …..……. 23

Tabel 2 Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir……….. 24

Tabel 3 Laju Alir Terhadap Sifat Alir ……..……… 25

Tabel 4 Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir…….………….../ 44

Tabel 5 Hasil Penapisan Serbuk & Ekstrak Etanol Gambir……..….……... 51

Tabel 6 Hasil Karakterisasi Ekstrak ……….. 52

Tabel 7 Hasil Evaluasi Granul ……….. 53

Tabel 8 Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel ……… 54

Tabel 9 Hasil Evaluasi Tablet ………..………. 55

Tabel 10 Hasil Uji Kesukaan Terhadap Rasa Tablet ……….. 56

Tabel 11 Hasil Uji Kesukaan Terhadap Aroma Tablet ………... 57

Tabel 12 Persentase CD4 Dalam Limfosit ……… 58

Tabel 13 Jumlah Total CD4…………..………. 59

Tabel 14 Konversi Dosis Hewan Ke HED Berdasarkan BSA …………... 77

Tabel 15 Hasil Pengukuran Kadar Air……….……….. 80

Tabel 16 Hasil Pengukuran Kadar Abu Tidak Larut Asam ………. 80

Tabel 17 Hasil Pengukuran Kadar Abu………..……… 81

Tabel 18 Uji Kadar Air ………..……….. 82

Tabel 19 Uji Kompresibilitas ………..……….. 82

Tabel 20 Uji Sudut Henti ………..……….. 83

Tabel 21 Uji Laju Alir ………..……….. 83

Tabel 22 Uji Distribusi Ukuran Partikel ………..………….... 84

Tabel 23 Uji Friabilitas ………..……….. 85

Tabel 24 Uji Kekerasan Tablet ………..……….. 85

Tabel 25 Uji Keseragaman Ukuran ……..….……….. 86

Tabel 26 Uji Keseragaman Bobot ….…..…..……….. 87


(12)

Gambar 1 Hasil Identifikasi Serbuk Gambir….….……..………. 53

Gambar 2 Simplisia Gambir ….………..………. 76

Gambar 3 Sysmex Pouch – 100i... 76

Gambar 4 Rotary Evaporator ... 76

Gambar 5 Alat Pencetak Tablet ... 76

Gambar 6 FACSCalibur ... 76


(13)

Lampiran 1 Gambar bahan-bahan dan alat-alat penelitan... 76

Lampiran 2 Rumus perhitungan dosis hewan dan tabel konfersi dosis hewan ke HED berdasarkan BSA ... 77

Lampiran 3 Perhitungan Dosis Tablet ... 78

Lampiran 4 Proses Preparasi Simplisia ……….……….. 79

Lampiran 5 Perhitungan Karakterisasi Ekstrak Gambir ………..… 80

Lampiran 6 Evaluasi Granul ……….. 82

Lampiran 7 Evaluasi Tablet …………..……… 85

Lampiran 8 Uji Kesukaan ……… 89

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik ..……… 90


(14)

1 1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil alam. Berbagai jenis tanaman berkhasiat tumbuh subur di negara ini. Akan tetapi, pemanfaatan tanaman tersebut masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang kebanyakan hanya memiliki hasil alam sedikit namun pemanfaatannya dikembangkan secara maksimal.

Tanaman obat tradisional sejak zaman dahulu telah banyak digunakan untuk pengobatan, baik dalam bentuk serbuk, rajangan, ataupun dalam bentuk utuhnya. Berbagai bentuk bagian tanaman tersebut dapat dikatakan sebagai hasil penyarian dari senyawa berkhasiat dengan proses yang masih sederhana sehingga hasil ekstraksi yang didapat kurang sempurna dan belum menjamin keseragaman mutu dan hasil yang diperoleh.

Gambir (Uncaria gambir Roxb) adalah salah satu hasil alam Indonesia yang terbesar didunia, selain juga banyak ditemukan di negara-negara lain seperti di Malaysia, India, dan Pakistan. Gambir merupakan sejenis getah berwarna coklat kehitaman yang dikeringkan, berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Dalam dunia pedagangan, dikenal beberapa istilah untuk hasil tanaman gambir seperti kateku kuning, kacu, terra, & cuth dengan beberapa kandungan senyawa kimia antara lain senyawa polifenol katekin,


(15)

kateku tannin, kuersetin, fluoresine, lender, lemak, dan lilin (Idris, 2007). Berdasarkan banyaknya senyawa bermanfaat yang terkandung inilah yang mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi penggunaan gambir agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tepung gambir diketahui berguna karena dapat bersifat sebagai fungisida terhadap golongan jamur imperfect (Fusarium sp) yang menimbulkan bercak daun pada tanaman Clausena anisata pada konsentrasi 150-200 ppm sehingga dapat mengurangi pertumbuhan jamur dan penambahan koloni 7,80 mm/hari dan 7,21 mm/hari (Idris, 2007). Ekstrak gambir juga dapat berkhasiat sebagai imunomodulator, antiseptik oral, dan banyak digunakan dalam pengobatan diare.

Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan sistem imun yang fungsinya berlebihan (Baratawidjaja, 2009). Sistem imun sendiri merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap berbagai penyakit terutama infeksi. Virus yang masuk akan berikatan dengan Cluster of Differentiation-4

(CD4) kemudian menggandakan diri dan membunuh sel CD4 tersebut. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak gambir dapat berkhasiat sebagai imunomodulator secara in-vivo pada dosis 400mg/kg BB (Amalia, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak gambir sebagai imunomodulator terhadap kadar CD4 dalam tubuh.


(16)

Dari pemanfaatan bahan berkhasiat dalam tanaman, seiring dengan perkembangan zaman perlu dilakukan pula pengembangan dan modifikasi bentuk tanaman berkhasiat yang dikemas menjadi berbagai bentuk sediaan yang lebih modern dan beragam, seperti pil, tablet, kapsul, krim dan suppositoria dengan tujuan agar lebih menarik dan juga lebih tepat sasaran dalam penggunaannya.

Gambir pada umumnya digunakan dengan cara diseduh atau digunakan untuk menyirih. Cara ini dipandang kurang efektif dalam hal kestabilan dosis yang diterima tubuh dan rasa yang ditimbulkan sangat pahit. Oleh karenanya diperlukan suatu pengembangan sediaan untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan dengan dosis yang stabil dalam tiap pemakaian, misalnya sediaan tablet hisap.

Penelitian ini menggunakan ekstrak air gambir yang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan diformulasi menjadi sediaan tablet hisap dengan rasa dan aroma yang dapat diterima oleh masyarakat. Tablet ini kemudian diuji karakteristiknya berdasarkan persyaratan ketentuan yang berlaku, serta diujikan terhadap manusia dengan cara diamati perubahan kadar CD4 tiap-tiap panelis yang mengonsumsi tablet hisap tersebut pada saat sebelum dan sesudah pemberian tablet hisap.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat dibuat dalam sediaan tablet hisap dengan menggunakan polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai bahan pengikat ?


(17)

2. Apakah formulasi tablet hisap ekstrak etanol gambir dapat meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh ?

1.3. Hipotesa

1. Ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat diformulasikan sebagai tablet hisap dengan pengikat PVP

2. Ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat meningkatkan kadar CD4 dalam tubuh

1.4. Tujuan

1. Memperoleh suatu formulasi tablet hisap dari ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan menggunakan PVP sebagai pengikat 2. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol gambir terhadap kadar CD4

dalam tubuh manusia

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang suatu formulasi tablet hisap dari ekstrak tanaman gambir dengan bahan pembantu PVP sebagai pengikat, serta memberikan informasi tentang pengaruh ekstrak gambir yang dikonsumsi dalam bentuk sediaan tablet hisap terhadap kadar CD4 dalam tubuh manusia


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Gambir

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah

Tanaman gambir diklasifikasikan ke dalam : Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Rubiales Familia : Rubiaceae Genus : Uncaria

Spesies : Uncaria gambir Roxb. (Haryanto, 2009)

2.1.2 Nama Daerah

Gambir (Uncaria gambir Roxb) terdapat hampir di seluruh daerah di Indonesia. Penyebutannya pun beragam, tergantung dari kebiasaan daerah masing-masing. Di Sumatra, gambir biasa disebut dengan gambir/gain (Aceh); kacu (Gayo); sontang (Batak); gambe (Nias & Minangkabau); pengilom, sepelet (Lampung). Di daerah Jawa, gambir disebut juga dengan ghambir (Madura). Di Kalimantan, sering dikenal dengan nama kelare (Dayak) atau abi (Kayan), sedangkan di Sulawesi disebut dengan gambere (Sangir); gambele (Gorontalo); gambere (Makasar); gaber (Majene). Di Nusa Tenggara dikenal dengan sebutan


(19)

tagambe (Bima), gamur (Sumba); gabi (Sawu); gambe (Flores); nggame (Roti); dan di Maluku dikenal dengan nama gabi (Halmahera); gambe (Ternate); atau gabi (Flores) (Heyne, 1987)

2.1.3 Deskripsi Gambir

Gambir merupakan salah satu tumbuhan jenis perdu, memanjat, batang bulat, tidak berambut, memiliki kait di antara dua tangkai daun yang berhadapan, kecil, pipih, daun penumpu agak besar, bulat. Daun berhadapan, tipis, bulat telur sampai lanset, ujung meruncing, dasar tumpul membulat, panjang 8,2 – 14 cm, lebar 7,2 – 8,2 cm, tangkai daun tidak berambut, panjang 0,5 – 0,8 cm, pertulangan primer pada permukaan daun sebelah bawah menonjol.

Bunga majemuk, bentuk bongkol, berhadapan di ketiak daun, tangkai pipih, panjang 0,5 – 4,2 cm, diameter bongkol 4,7 – 5 cm, tabung mahkota pipih, merah muda atau hijau, berambut halus, kelopak bunga pendek, lobus mahkota krem keputihan, daun pelindung tidak berambut, lanset. Mahkota bunga berbentuk corong, benang sari 5, buah berupa kapsul, sempit memanjang, terbagi menjadi 2 belahan. Biji banyak, kecil, halus, berbentuk jarum dan bersayap, panjang 0,4 cm, berwarna kuning (Haryanto, 2009).

2.1.4 Kandungan Kimia

Gambir mengandung berbagai senyawa fungsional, antara lain zat samak (22%), kuersetin (2-4%), fluoresein gambir (1-3%), pyrocatechol


(20)

(20-30%), catechu merah (3-5%), lendir, lemak, lilin (1-2%), dan polifenol. Senyawa polifenol dalam gambir yang terutama adalah katekin (50%). Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk golongan tanin. Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000 (Diah, 2010; Haryanto, 2009).

2.1.5 Efek Farmakologis a. Secara empiris

Gambir telah lama dipergunakan di kalangan masyarakat luas, terutama untuk menyirih. Selain itu, gambir banyak digunakan untuk ramuan berkhasiat, antara lain sebagai obat luka bakar, obat sakit kulit serta sakit kepala.

b. Secara ilmiah

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa gambir dapat digunakan sebagai astringen dan hemostatik yang menghambat pertumbuhan bakteri. Gambir banyak dipakai sebagai penahan rasa sakit, seperti diare, sakit gigi, gusi bengkak, tersengat lebah atau serangga, suara parau atau sariawan mulut, tertusuk duri, dan luka luar lainnya. Oleh sebab itu maka gambir juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menyirih atau menginang bagi sebagian orang (Lucida, 2007; Idris, 2007).


(21)

2.2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (Depkes RI, 1979).

Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing (Depkes RI, 1995).


(22)

2.3. Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. (Depkes RI, 2000).

Parameter spesifik ekstrak terdiri dari : a. Identitas

Parameter identitas ekstrak terdiri dari :

1) Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika botani), dan bagian tumbuhan yang digunakan.

2) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. b. Organoleptik

Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Parameter non spesifik ekstrak terdiri dari:

a. Susut pengeringan

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan,

yang dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa


(23)

yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10%.

b. Kadar air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai untuk kadar air sesuai dengan yang tertera dalam monografi.

c. Kadar abu

Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi (Depkes RI, 2000).

d. Kadar abu yang tidak larut asam

Kadar abu yang tidak larut asam adalah jumlah benda anorganik asing dalam ekstrak dinyatakan sebagai kadar abu yang tidak larut asam, dengan persyaratn tidak boleh lebih dari 2%, kecuali jika dinyatakan lain.

e. Kadar sari larut etanol

Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui kandungan terendah zat yang larut dalam etanol tetapi kemungkinan


(24)

tidak larut dalam air. Nilai untuk kadar sari larut etanol sesuai dengan monografinya (Depkes RI, 1995 ).

Pengertian ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.(Depkes RI, 2000).

2.4. Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari dua cara, yaitu cara dingin dan cara panas.

a. Cara dingin 1) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus), sedangkan remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.


(25)

2) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang.

b. Cara panas 1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2) Sokhletasi

Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berkelanjutan dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, secara umum dilakukan pada temperatur 40o-50oC.

4) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih), temperatur terukur 96o-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit).


(26)

5) Dekok

Dekok adalah infus ada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan

temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2002).

2.5. Tablet Hisap

2.5.1 Definisi Tablet Hisap

Tablet hisap adalah suatu sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat melarut atau hancur perlahan-lahan di dalam mulut (Depkes RI, 1995). Tablet ini biasanya dimaksudkan untuk memberikan efek lokal pada mulut atau kerongkongan dan umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza, dan dapat juga dimaksudkan untuk diabsorpsi secara sistemik setelah ditelan. Jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang. (Lachman, 1994)

Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih dari berat tablet keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol, dan sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm. Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar 10-20 kg/cm2 (Gatiningsih, 2008; Lachman, 1994;


(27)

2.5.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat diartikan sebagai zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan yang cocok satu sama lain yang dapat memperbaiki sediaan obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain.

Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet meliputi : a. Bahan pengisi

Bahan pengisi diperlukan sebagai pemenuhan kecukupan massa tablet, dan berfungsi untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa atau untuk memacu aliran. Di samping sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, bahan pengisi juga sebaiknya memiliki sifat dapat dicerna dengan mudah. Adapun contoh bahan pengisi yang umum digunakan antara lain laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa, dan mikrokristalin selulosa (Depkes, 1995; Voight, 1994)

b. Bahan pengikat

Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat ditambahkan ke dalam bahan yang


(28)

akan dicetak dalam bentuk kering, cairan, atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet (Depkes, 1995)

c. Bahan pelincir

Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda, sehingga banyak dikelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelincir (lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent). (Voight, 1994)

Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidan juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel, dan meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidan yaitu talk, kalsium/magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan aerosil.

Bahan pelincir atau lubricant berfungsi untuk mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang ruang cetak) dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh lubrikan antara lain talk, kalsium atau magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan paraffin.


(29)

Bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent) adalah bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, kalsium/magnesium stearat.

d. Adsorben (Voight, 1994)

Adsorben adalah bahan yang dimaksudkan untuk melindungi zat aktif atau bahan berkhasiat dari pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas campuran, menghindari lembab akibat reaksi antara bahan dalam sediaan tablet. Yang termasuk bahan ini misalnya aerosil, avicel, Mg oksida, Mg karbonat, laktosa, bentonit, dan kaolin

e. Pemanis

Pemanis adalah bahan yang digunakan untuk menutupi atau memperbaiki rasa tidak enak dari bahan lain dalam sediaan, misalnya sukrosa, manitol, sorbitol

f. Pengharum

Pengharum adalah bahan yang digunakan untuk menutupi aroma tidak enak dari bahan lain dalam sediaan dan menutupinya dengan aroma lain.


(30)

2.5.3 Monografi Bahan a. Ekstrak Gambir

Berupa ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir Roxb) yang telah dikeringkan dengan kadar air rata-rata 1,7%. Kandungan utama ekstrak ini adalah katekin dan tanin.

Katekin Tanin

b. Polyvinylpyrrolidone (PVP)

Sinonim : kollidon, plasdone, povidone, 1-vinyl-2-pyrrolidinone polymer, polyvidone, poly[1-(2-oxo-1-pyrrolidinyl)ethylene]

Rumus Molekul : (C6H9NO)n Rumus Bangun :

Bobot molekul : 2500 – 3.000.000

Pemerian : serbuk putih atau krem putih, berbau atau hampir tidak berbau, bersifat higroskopis, inert

Kelarutan : larut dalam asam, dalam kloroform, dalam etanol, dalam keton, dalam metanol, dan dalam air. Praktis tidak larut dalam hidrokarbon dan dalam minyak mineral


(31)

Konsentrasi : 0,5 - 5% (Wade, 1994; Lachman, 1994) c. Sukralosa

Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori.

Sinonim : Sukralosa adalah triklorodisakarida yaitu 1,6-Dichloro- 1,6- dideoxy-D-fructofuranosyl-4-chloro-4-deoxy-α-D-galactopyranoside atau 4,1,6- trichlorogalactosucrose

Rumus kimia : C12H19Cl3O8 Rumus bangun :

Pemerian : kristal berwarna putih; tidak berbau; mudah larut dalam air, metanol dan alkohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak diinginkan.

Sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia dengan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) 10-15 mg/kg berat badan. Codex Alimwntarius Commission (CAC) mengatur maksimum penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120-5000 mg/kg produk (Anonim, 2007)

d. Dekstrosa

Sinonim : glukosa, d-glukosa, gula jagung, Caridex, D-(+)-glucopyranose monohydrate, tabfine D100


(32)

Pemerian : serbuk hablur atau serbuk granul putih, hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol. Berat molekul : 198,17

Rumus kimia : C6H12O6.H20

Rumus bangun :

Kegunaan : pengisi, pemanis (Wade, 1994) e. Laktosa

Pemerian : serbuk hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa agak manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau

Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P

Sinonim : o-β-d-galactopyranosyl-(1-4)-α-d-glucopyranose anhydrous Rumus Molekul : C12H22O11.H2O


(33)

Kegunaan : pengisi pada tablet

Konsentrasi : 65-85% (Wade, 1994; Depkes, 1995) f. Magnesium stearat

Mg stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandinan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO

Sinonim : asam oktadekanoat, garam magnesium

Pemerian : serbuk halus, putih dan voluminus, tidak berasa, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran

Kelarutan : tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter Rumus Kimia : Mg(C18H35O2)2

Kegunaan : pengisi, lubrikan g. Talkum

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat

Sinonim : Magsil Osmanthus, Magsil Star

Pemerian : serbuk hablur, sangat halus dan licin, mudah melekat pada kulit,bebas dari butiran, berwarna putih atau putih kelabu

Rumus molekul : Mg4(Si2O5)4(OH)4

Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut Kegunaan : lubrikan, pengisi, diluent


(34)

h. Aerosil

Sinonim : colloidal silicon dioxide, fumed silica, light anhydrous silicic acid, silicic anhydrides, silicon dioxide fumed, Wacker HDK Rumus kimia : SiO2

Rumus bangun :

Kegunaan : aerosol, adsorben, anticaking agent, disintegran, peningkat viskositas, glidant (0,1 – 0,5 %) (Wade, 1994).

2.5.4 Metode Pembuatan

Ada beberapa metode dalam pembuatan tablet, namun yang relatif lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung (Depkes, 1995). Pemilihan metode pembuatan tablet hisap tergantung dari sifat bahan aktif, oleh karena itu kestabilan fisikokimia dari bahan aktif menjadi pertimbangan utama dalam tahap awal formulasi sediaan tablet.

Pada granulasi basah, tujuan utama proses ini adalah untuk meningkatkan sifat alir, mengurangi porositas bahan, memudahkan kompresi, menjaga keseragaman pencampuran massa tablet, mengurangi debu, meningkatkan pembasahan tablet, serta meningkatkan waktu disolusi (Ansel, 1989)

Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang belum berbentuk


(35)

baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran pertikel yang diinginkan. Metode ini digunakan pada keadaan di mana dosis efektif bahan obat terlalu tinggi untuk cetak langsung dan bahan obatnya peka terhadap pemanasan dan kelembaban sehingga tidak dapat diproses secara granulasi basah. Metode ini juga digunakan khususnya untuk bahan-bahan yang tidak stabil dengan adanya air, misalnya asetosal (Ansel, 1989).

Metode pembuatan tablet dengan cara cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat-obatan pembantu berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal. Oleh karena itu, metode ini dinilai sangat memuaskan dimana kebutuhan akan kerja relatif lebih rendah sehingga lebih ekonomis daripada pencetakan dengan metode granulasi. Selain ekonomis, laju pelepasan bahan aktif dari sediaan tablet cetak langsung umumnya lebih cepat karena pada saat hancur, bahan aktif akan langsung dibebaskan dari massa tablet dalam bentuk partikel bebas karena tidak berada dalam granul (Ansel, 1989)

Keuntungan utama dari proses cetak langsung adalah bahwa bahan obat yang peka lembab, panas, dan stabilitasnya terganggu akibat operasi granulasi, akan dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian, hanya sedikit bahan obat yang mampu dikomprimasikan secara langsung tanpa pengolahan awal dan tanpa penambahan bahan pembantu. Sifat fisik masing-masing bahan menjadi hal kritis, karena sedikit perubahan dapat mempengaruhi sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai lagi untuk dikempa secara langsung.


(36)

2.5.5 Evaluasi Granul

a. Uji Kadar Air (Voight, 1994)

Evaluasi kadar air digunakan untuk mencegah lembab dari serbuk yang dapat mempercepat pertumbuhan mikroba dan jamur. Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar air yang baik adalah 2 – 5 % b. Kompresibilitas (Aulton, 1988; Voight, 1994)

Uji kompresibilitas dilakukan dengan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : % kompresibilitas = (BJ mampat – BJ Bulk) x 100%

BJ mampat

Syarat % kompresibilitas yang baik adalah 5 – 15 % menurut tabel berikut :

Tabel 1. Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Granul % Kompresibilitas Sifat Aliran

5-15

12-16

18-21

23-35

35-38

>40

Sangat baik Baik Cukup Baik

Buruk Sangat Buruk Sangat buruk sekali


(37)

c. Distribusi Ukuran Partikel (Voight, 1994)

Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer (Voight, 1994). Berat yang tertinggal dalam ayakan ditimbang untuk diketahui persentasenya, agar dapat diketahui nilai distribusi ukuran partikel pada tiap ukuran ayakan.

Syarat : distribusi ukuran partikel sisa < 10% d. Sifat Alir (Aulton, 1988; Lachman, 1994)

Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran, jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong berbentuk kerucut. adapun untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk dapat habis melewati corong (Voight, 1994). Syarat sudut henti yang baik adalah <25o dan laju alir yang baik adalah

> 10 gram/detik menurut tabel berikut :

Tabel 2. Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir

Sudut Henti (o) Sifat Aliran


(38)

25 – 30

30 – 40

> 40

Baik

Cukup

Buruk

Tabel 3. Laju Alir Terhadap Sifat Alir

Laju Alir (gr/detik) Sifat Aliran > 10

4 – 10

1,6 - 4

< 1,6

Bebas mengalir

Mudah mengalir

Kohesif

Sangat kohesif

2.5.6 Evaluasi Tablet

a. Pemeriksaan Organoleptik (Ansel, 1989)

Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan (mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajad kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk.


(39)

Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di dalam sejumlah formula, bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia Jilid III adalah bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.

c. Keseragaman Ukuran (Ansel, 1989)

Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol sampai perbedaan 5% dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah pengemasan.

d. Friabilitas (Lachman, 1994)

Friabilitas dinyatakan sebagai persentase selisih bobot sebelum dan susudah pengujian, dibagi dengan bobot mula-mula. Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1%.

e. Kekerasan (Parrot, 1971)

Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi. Tablet hisap biasanya memiliki kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan tablet biasa. Syarat kekerasan tablet hisap menurut literatur adalah 10 – 20 kg/cm2.


(40)

f. Waktu Hancur (Lachman, 1994)

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sediaan untuk melarut/terkikis perlahan-lahan di dalam mulut. Untuk tablet hisap, syarat waktu hancur untuk tablet hisap adalah terkikis perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.

2.5. Sistem Imun

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel – sel dan molekul – molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun (Baratawidjaja et al.., 2009). Respon imun berperan dalam mengenali dan menghancurkan berbagai zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Respon imun dibagi menjadi dua kategori, yaitu imunitas bawaan (innate immunity) dan imunitas adaptif (adaptive immunity) (Kaplan Medical, 2002).

a. Imunitas alamiah

Imunitas alamiah adalah imunitas yang diperoleh tanpa didahului oleh kontak dengan antigen. Imunitas ini bersifat nonspesifik yang meliputi pertahanan terhadap berbagai macam agen infeksius, seperti kulit dan membran mukosa, sel natural killer (NK), fagositosis, inflamasi dan berbagai macam faktor nonspesifik lainnya.


(41)

Imunitas adaptif adalah imunitas yang didapat setelah terjadi paparan terhadap antigen (seperti agen infeksius) bersifat spesifik dan diperantarai baik oleh antibodi maupun sel limfoid. Imunitas ini dapat bersifat pasif atau aktif. Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau limfosit yang telah dibentuk sebelumnya di dalam tubuh penjamu (host) lain. Keuntungan utama imunisasi pasif dengan antibodi yang telah dibentuk sebelumya (siap untuk digunakan) adalah tersedianya antibodi dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka waktu aksi antibodi yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika diberikan antibodi (imunoglobulin) dari proses lain. Sedangkan imunitas aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen. Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka panjang berdasarkan memori kontak dengan antigen pertama kali dan kemampuan merespon lebih cepat dan lebih banyak ketika terjadi kontak berikutnya dengan antigen yang sama. Kerugiannya adalah waktu imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau kontak ulangan (Jawetz et al., 2001).

2.5.1 Cluster of Differentiation

Cluster of Differentiation (CD) adalah istilah untuk molekul permukaan leukosit yang merupakan epitop dan dapat diidentifikasikan dengan antibody monoclonal. Sel limfosit yang ada dalam berbagai fase pematangan dapat dibedakan dari ekspresi molekul membran yang dapat ditentukan dengan menggunakan antibody monoclonal yang spesifik untuk


(42)

epitop tunggal antigen. Kelas limfosit dengan fungsi tertentu mengekspresikan protein permukaan tertentu pula. Molekul permukaan inilah yang disebut dengan Cluster of Differentiation (CD). Ekspresi molekul membran sel T seperti CD4, CD8, CD28 dan CD45R berperan sebagai molekul aksesori dalam fungsi sel T atau dalam transduksi sinyal (Baratawidjaja et al., 2009).

CD4 adalah bagian dari populasi limfosit T yang disebut sebagai sel T helper. Cara kerja sel ini adalah sebagai penolong, misalnya melepaskan suatu senyawa yang mengaktifkan sel-sel lain untuk mematikan atau mengeliminasi antigen (benda asing). Fungsi utama CD4 dalam imun adalah meregulasi sistem imun agar bekerja dengan baik, dengan merangsang sistem imun nonspesifik berupa fagosit untuk kemotaksis dan proses fagositosis benda asing. Peran CD4 dalam sistem imun spesifik humoral adalah merangsang sel B (Limfosit B) untuk menghasilkan antibodi dan mengatur produksi antibodi, sedangkan dalam sistem imun seluler berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK untuk membunuh sel sasaran yang terkena infeksi virus.

CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.


(43)

Analisa CD4 dipengaruhi oleh tiga parameter, yaitu % limfosit, % CD4, dan jumlah mutlak CD4. Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4 yang ada dalam sistem kekebalan tubuh. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Ukuran CD4 persentase memberi sedikit informasi tambahan pada jumlah CD4 mutlak dalam peramalan risiko jangka pendek pengembangan penyakit, karenanya jumlah CD4 mutlak merupakan ukuran status kekebalan yang lebih penting dan pilihan terbaik dibandingkan dengan CD4 persentase, misalnya untuk mengambil keputusan pengobatan dalam orang dewasa terinfeksi HIV.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah CD4 antara lain meliputi perbedaan analisis, perbedaan musim, beberapa penyakit bersamaan, dan penggunaan kortikosteroid. Di samping itu, terdapat pula beberapa faktor yang dilaporkan memberikan sedikit pengaruh terhadap jumlah nilai CD4, yaitu gender, usia (pada orang dewasa), faktor risiko, stres psikologis, stres fisik, dan kehamilan.

Di lingkungan sekitar sangat banyak infeksi yang beredar, baik berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun manusia tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia (Runggu, 2010).


(44)

Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui:

a. Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti: immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin

(ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.

b. Imunostimulasi

Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut. Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan respon imun.

c. Imunosupresi

Imunosupresi merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun. Kegunaannya terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau autoinflamasi (Baratawidjaja et al., 2009).


(45)

Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau

up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation.

Untuk mencapai hasil yang diinginkan, suatu imunomodulator harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, zat tersebut harus dapat memodifikasi respon imun pejamu bukan hanya berefek pada mikroorganisme saja. Kedua, zat tersebut harus mempunyai efek samping minimal dan bebas dari efek berbahaya. Imunomodulator yang baik juga harus bebas dari efek sensitisasi bila zat yang digunakan bersifat alergenik dan bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian jangka panjang atau berulang (Kresno, 2001).

2.5.3 Kontrol Pembanding

IM® mengandung Echinacea purpurea 250 mg, ekstrak Black

eldelberry 400mg, dan Zinc picolinate 5 mg, dikemas dalam sediaan kaplet . IM® membantu memperbaiki daya tahan tubuh atau respon imun

tubuh, juga digunakan sebagai terapi pendamping untuk infeksi yang akut dan kronis, terutama untuk infeksi saluran pernafasan & genitalia seperti kandidiasis dan vaginitis. Echinacea adalah tumbuhan pertama yang dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun. (Anonim, 2008; Tjay et al., 2002).

Mekanisme Echinaceae yang bekerja dengan cara menginduksi sitokin, sedangkan Zn picolinate mengaktivasi membran sel imun pada saat proses transkripsi, sehingga kombinasi Echinacea dan Zn picolinate


(46)

merupakan kombinasi yang ideal untuk meningkatkan respon imun terutama pada keadaan infeksi (Anonim, 2006).

Telah terbukti bahwa Echinacea merupakan imunostimulan non spesifik, dengan kata lain Echinacea tidak mempunyai hubungan antigenik dengan patogen-patogen spesifik. Hal ini merupakan hasil dari stimulasi respon imun seluler seperti fagositosis dan pelepasan sitokin serta faktor-faktor serum lainnya. Fagositosis (proses ingesti atau menghancurkan mikroorganisme, sel dan partikel) oleh sel-sel pada sistem retikuloendotelial, telah digunakan sebagai indikator aktifitas imunostimulan dari Echinacea (Bradley, 2006).


(47)

Evaluasi granul : Kompresibilitas, distribusi ukuran pertikel, laju alir, sudut henti, kadar air

Penyiapan simplisia

Ekstrak kental Uji parameter spesifik

Uji parameter non spesifik

Ekstrak kering

Formula tablet hisap : Ekstrak gambir, PVP, Sukralosa, Laktosa, Mg Stearat, Talk, Aerosil

Mixing

Pencetakan tablet Evaluasi tablet :

friabilitas,uji organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur

Uji kesukaan Uji CD4

Kruskal wallis test T test

BAB III

KERANGKA KERJA KONSEP

Gambir sebagai obat Katekin gambir diketahui tradisional memiliki efek imunomodulator


(48)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmaseutika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Laboratorium Farmasi Angkatan Laut Jakarta, Laboratorium Makmal Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Laboratorium Sediaan Padat Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2010.

4.2 Alat dan Bahan 4.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah alat pencetak tablet, desikator,

hardness tester, friabilator, moisture content balance, sieving analyzer, neraca analitik, jangka sorong, rotary evaporator, erlenmeyer, stop watch, cawan porselen, corong, statif, krus platina, penggiling (blender), batang pengaduk, kapas steril, oven, vortex, lemari pendingin, Sysmex Pouch 100i, FACSCalibur, serta peralatan steril yang lazim digunakan di laboratorium.


(49)

4.2.2 Bahan Penelitian Simplisia

Simplisia yang digunakan adalah bongkahan gambir yang merupakan ekstrak air daun dan ranting dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) Bahan Kimia dan Pereaksi

Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol 70%.

Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), kloroform, HCl (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1%,

pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat, pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter.

Bahan untuk pembuatan tablet hisap adalah polyvinylpyrrolidone, sukralosa, dekstrosa, laktosa, talkum, Mg stearat, aerosil, kristal mentol, pewarna coklat.

Bahan untuk uji CD4 adalah reagen BD Tritest CD4, lysing solution

4.3 Prosedur Penelitian

4.3.1 Penyiapan Bahan yang Digunakan

Sampel yang digunakan adalah Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang diambil dari tanaman gambir, yang terdapat di daerah Padang, Sumatera Barat. Daun dan ranting dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan air bersih mengalir, lalu ditiriskan agar terbebas dari sisa air cucian kemudian dikeringkan padasuhu kamar.


(50)

Simplisia yang sudah kering kemudian digiling dan diayak dengan ayakan untuk mendapatkan serbuk, lalu simplisia disimpan pada wadah yang kering dan tertutup rapat, serta dalam ruangan yang terlindung dari cahaya (Depkes RI, 1986)

4.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Gambir

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 500 gram serbuk kering gambir (Uncaria gambir Roxb) dimaserasi dengan pelarut etanol 70% dan dilakukan pengocokan sesekali. Proses tersebut dilakukan selama 1-2 minggu dimana sekali dalam 2 hari pelarut diganti dan disaring. Proses tersebut dilakukan hingga filtrat mendekati tidak berwarna. Semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental dikeringkan dengan oven pada suhu 30- 40ºC sampai kering. Dihitung hasil rendemen ekstrak dengan rumus:

Bobot ekstrak yang didapat

% Rendemen = x 100%

Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi

4.3.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik Simplisia dan Ekstrak (Depkes RI, 2000)

1. Parameter spesifik terdiri dari : c. Identitas


(51)

3) Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika botani), dan bagian tumbuhan yang digunakan.

4) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu.

d. Organoleptik

Parameter ini mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. 2. Parameter non spesifik terdiri dari:

a. Susut Pengeringan dan Kadar Air

Ekstrak atau simplisia ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC

selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga

diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar.

b. Kadar Abu

Sebanyak lebih kurang 1-2 gram ekstrak atau simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukan ke dalam krus platina


(52)

atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara. Ekstrak atau simplisia diratakan kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring lalu dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b.

c. Kadar abu tidak larut asam: Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml HCl encer selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap dan ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

4.3.4 Identifikasi Serbuk Gambir

Identifikasi serbuk daun gambir (Anonim,1989):

a. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat merah

b. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna coklat muda

c. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol; terjadi warna coklat merah


(53)

d. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi warna coklat merah

e. Pada 2 mg serbuk daun gambir ditambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna coklat kehitaman

4.3.5 Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1966) a. Identifikasi Golongan Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia 25%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 10 ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.


(54)

b. Identifikasi Golongan Flavonoid

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.

c. Identifikasi Golongan Saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi Golongan Tanin

Sejumlah 2 gram sampel ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua

atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan tanin.


(55)

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna

biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat. e. Identifikasi Golongan Kuinon

Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon. f. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid

Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan dengan 20 ml eter, dibiarkan selama 2 jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil filtratnya. 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residua tau sisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia tersebut.

g. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri

Sejumlah 2 gram sampel dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang


(56)

diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau aromatic atau menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi Golongan Kumarin

Sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia (NH4OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar lampu ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi fluoresensi warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kumarin.

i. Identifikasi Urea (Depkes RI, 1995)

1) Sebanyak 500 mg sampel dipanaskan dalam tabung kimia hingga meleleh dan bau ammonia. Pemanasan dilakukan hingga cairan


(57)

keruh lalu dinginkan dan larutkan dalam campuran 10 ml air dan 0,5 ml larutan Natrium hidroksida P, Ditambahkan 1 tetes larutan tembaga (III) sulfat P; terjadi perubahan warna violet

2) Sebanyak 100 mg sampel dilarutkan dalam 1 ml air, ditambahkan 1 ml asam nitrat P; terbentuk endapan hablur putih.

4.4 Formulasi Tablet Hisap

a. Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Tabel 4. Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir Bahan

Variasi Konsentrasi

A B C

Ekstrak gambir 500 mg 500 mg 500 mg

PVP 200 mg 320 mg 400 mg

Sukralosa 10 mg 10 mg 10mg

Dekstrosa 2788 mg 2658 mg 2568 mg

Laktosa 400 mg 400 mg 400 mg

Mg stearat 40 mg 40 mg 40 mg

Talk 40 mg 40 mg 40 mg

Aerosil 20 mg 20 mg 20 mg

Serbuk mentol - 10 mg 20 mg


(58)

b. Pembuatan Tablet

Tiap bahan yang telah ditimbang dimasukkan satu per satu ke dalam wadah dan kemudian dicampur hingga homogen. Campuran serbuk tersebut kemudian dilakukan evaluasi granul berdasarkan literatur kemudian dicetak menjadi tablet jadi dalam mesin tablet dengan metode kempa langsung. Tablet yang dihasilkan kemudian diuji sesuai persyaratan.

4.4.1 Evaluasi Granul

a. Kadar air (Voight, 1994)

Sebanyak 1 gram granul dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Granul diratakan dan kemudian alat dijalankan, selanjutnya diperoleh data kadar air yang terkandung dalam granul.

Syarat : 2 – 5%

b. Kompresibilitas (Aulton, 1988; Voight, 1994)

Granul ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volumenya (V0). Granul tersebut kemudian diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali dan dicatat kembali volume setelah pengetukan (V1). Data yang diperoleh dimasukkan ke

dalam rumus :

% kompresibilitas = V0 – V1 x 100% V0


(59)

c. Distribusi Ukuran Partikel (Voight, 1994)

Masing-masing ayakan pada sieving analyzer disusun berturut-turut mulai dari yang teratas adalah mesh 12, 14, 16, 18, 20 dan 22. Kemudian granul dimasukkan ke dalam alat sieving analyzer. Alat dihidupkan, kemudian granul yang didapat pada masing-masing ayakan ditimbang lalu dihitung persen bobot granul pada masing-masing ayakan dan dibuat kurva antara persen bobot granul (sumbu y) dengan ukuran ayakan (sumbu x)

Syarat : distribusi ukuran partikel sisa < 10 % d. Laju alir (Lachman, 1994; Aulton, 1988)

25 gram granul ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam corong yang tertutup dan diratakan. Kemudian penutup corong dibuka dan dicatat waktu yang diperlukan seluruh granul habis melewati corong. Syarat : > 10 gram/detik

e. Sudut henti (Voight, 1994; Aulton, 1988)

Dihitung diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk pada gundukan granul pada uji laju alir, kemudian dicari besar sudut henti dengan rumus :

tan α = 2h d

dimana : h = tinggi kerucut gundukan granul d = diameter gundukan granul Syarat : 25 – 30o


(60)

4.4.2 Evaluasi Tablet

a. Pemeriksaan organoleptik

Tablet yang dihasilkan dinilai secara keseluruhan baik bentuknya maupun warna, aroma dan rasanya

b. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)

Masing-masing ditimbang sebanyak 20 tablet yang diambil secara acak, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet

Syarat : bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya. c. Keseragaman ukuran (Depkes RI, 1979; Gatiningsih, 2008)

Diambil secara acak sebanyak 20 buah tablet, diukur diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong.

Syarat : >18 mm

d. Friabilitas (Lachman, 1994)

Ditimbang sebanyak 20 buah tablet yang diambil secara acak dan dibersihkan dari debu. Kemudian diletakkan dalam alat friabilator dan alat dijalankan sebanyak 100 putaran dengan kecepatan 25 rpm.

Syarat : kehilangan berat < 1%

e. Kekerasan (Ansel, 1989; Parrot, 1971)

Diambil sebanyak 20 tablet secara acak kemudian ditentukan kekerasannya dengan alat hardness tester. Pada umumnya kekerasan tablet hisap lebih tinggi dibandingkan dengan tablet biasa.


(61)

Syarat : 10 – 20 kg/cm2

f. Waktu hancur (Lachman, 1994)

Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.

4.5 Uji Kesukaan

Uji kesukaan dilakukan terhadap ketiga formula tablet hisap pada 20 orang responden dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang diminta untuk memberikan penilaian dalam hal rasa dan aroma tablet hisap. Penilaian dilakukan dengan cara mengisi kuesioner untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma dari masing-masing formula tablet hisap dengan mengikuti instruksi yang terdapat pada kuesioner.

4.6 Uji CD4

a. Perencanaan konsentrasi ekstrak uji

Pada penelitian sebelumnya mengenai Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag Peritonium Mencit Secara In Vivo, efek imunomodulator terus meningkat pada dosis 400 mg/kg BB, sehingga perlu dilakukan pengujian efek imunomodulator terhadap manusia, dengan menggunakan konversi dosis. Dari perhitungan diperoleh bahwa dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 2000 mg. (Amalia, 2009)


(62)

b. Pengambilan sampel darah

Pengambilan darah dilakukan di Laboratorium Makmal Terpadu Universitas Indonesia. Tiap responden masing-masing diambil darahnya sebanyak 3 ml, dengan jumlah responden sebanyak 8 orang dengan 1 orang kontrol positif yang mengkonsumsi tablet IM®, 1 orang kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan, dan 6 orang yang diberi tablet hisap ekstrak gambir. Penentuan jumlah sampel ini ditentukan menurut rumus Federer (Adimunca,2010) :

T (n-1) > 15

Dimana : T = jumlah perlakuan n = jumlah pengulangan c. Perlakuan terhadap sampel darah

Sampel darah yang telah diambil dari responden segera diukur kadar limfositnya dengan alat Sysmex Pouch 100i. Sebanyak 50 µl sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup dan ditambahkan reagen BD Tritest™ sebanyak 20 µl sambil tabung digoyangkan secara perlahan. Tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasikan di ruang gelap selama 15 menit pada suhu ruangan, dan ditambahkan 450 µl

lysing solution ke dalamnya. Tabung reaksi berisi sampel tersebut kemudian diinkubasikan untuk kedua kalinya di lemari pendingin pada suhu 4oC selama 15 menit, dan selanjutnya dimasukkan ke alat


(63)

4.7 Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisis untuk melihat adanya perbedaan masing-masing kelompok perlakuan. Data-data yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 17.0. Pada analisa data ini, ditentukan terlebih dahulu homogenitas sampel dan normalitas data dari setiap variabel dan dilanjutkan dengan uji parametrik anova satu arah dengan taraf signifikansi 95% jika data terdistribusi normal dan homogen. Jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Apabila ada perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antara kelompok uji (Least Significant Difference atau LSD) (Santoso, 2006).

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok. Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok. Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.


(64)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Penapisan Fitokimia Gambir

Tabel 5. Hasil Penapisan Serbuk & Ekstrak Etanol Gambir Golongan Penapisan Serbuk Penapisan Ekstrak

Urea - -

Alkaloid + +

Flavonoid + +

Saponin + +

Tannin + +

Steroid - -

Kuinon - -

Kumarin + +

Minyak atsiri - -

Keterangan : (+) = ada (-) = tidak ada

5.1.2 Karakterisasi Ekstrak

Tabel 6. Hasil Karakterisasi Ekstrak (Anonim, 1994; Anonim, 1989)

Jenis Karakterisasi Hasil Persyaratan

Parameter


(65)

a. Identitas

b. Organoleptik o Bentuk o Warna o Bau o Rasa

(Uncaria gambir

Roxb)

Kental Coklat tua Aromatik Pahit

gambir (Uncaria gambir Roxb)

Kental Coklat Aromatik Pahit

Parameter Non

Spesifik : a. Kadar air b. Kadar abu

c. Kadar abu tidak larut asam

d. Susut pengeringan

1,7 % 7,15% 0,009% 6,4% 17,0 % 7,0 % <0,08% <10 %

Rendemen 58,58%


(66)

5.1.3 Evaluasi Granul

Tabel 7. Hasil Evaluasi Granul

Jenis Evaluasi Formula Persyaratan

A B C

Laju alir (gr/detik)

12,7 9,6 13,06 > 10 gr/dt

Sudut diam (o) 29,2 16,11 25,9 20 – 40o

Kadar air (%) 4,51 4,11 4,5 2 – 5 %

Kompresibilitas (%)

12 13 11,9 5-15 : sangat baik

Tabel 8. Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel Jenis

evaluasi

Formula

A B C

Distribusi ukuran partikel Bobot (gr) Fraksi (%) Bobot (gr) Fraksi (%) Bobot (gr) Fraksi (%)

1.7 mm 1.329 1.34 1.423 1.4 0.201 0.2

1.4 mm 2.508 2.53 2.174 2.22 1.050 0.5

1.18 mm 1.604 1.62 1.550 1.5 0.161 0.16

1 mm 1.372 1.4 0.929 0.9 0.210 0.21

850 µm 1.956 1.98 2.057 2.09 0.304 0.31

< 850 µm 90.23 91.2 91.9 93.7 98 99

Jumlah 98.9 100 98.1 100 98.92 100

Rerata 1.75 1.77 1.626 1.66 0.18 0.18


(67)

Grafik Distribusi Ukuran Partikel

5.1.4 Evaluasi Tablet

Tabel 9. Hasil Evaluasi Tablet

Jenis Evaluasi

Formula

Persyaratan

A B C

Organoleptik Bentuk Warna Rasa Bau

Bundar Coklat muda Manis

-

Bundar Coklat muda Manis Aroma mint

Bundar Coklat muda Manis Aroma mint

-

Kekerasan (kg/cm2)

9 12 12,5 10-20 kg/cm2

Keseragaman ukuran (mm)

tebal diameter tebal diameter tebal Diameter

> 18 mm

4 26,15 4 26,05 4 26,35


(68)

Keseragaman bobot (gr)

4,335 4,356 4,360 Tidak boleh

ada 2 tablet yg menyimpang

dari 5% bobot rerata

SD 0,06 0,72 0,55

Friabilitas (%) 1,2 0,89 0,574 <0.8%

Waktu hancur (mnt)

20,94 32 35,68 <30 menit

5.1.5 Uji Kesukaan

Tabel 10. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Rasa Tablet Responden

Formula A 5%

Formula B 8%

Formula C 10%

1 STS N S

2 TS S N

3 N S SS

4 TS N S

5 TS S S

6 TS S TS

7 TS S S

8 SS S TS

9 N S TS

10 N S TS

11 TS N SS

12 STS TS S


(69)

14 TS S N

15 TS S N

16 N S S

17 TS S N

18 N S SS

19 S S N

20 N S S

Jumlah

SS : 1 S : 1 N : 6 TS : 10 STS : 2

SS : - S : 15 N : 4 TS : 1 STS : -

SS : 4 S : 7 N : 5 TS : 4 STS : -

Keterangan : SS : Sangat Suka S : Suka

N : Netral TS : Tidak Suka

STS : Sangat Tidak Suka Tabel 11. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Aroma Tablet

Responden Formula A 5% Formula B 8% Formula C 10%

1 STS N S

2 TS S N

3 S S SS

4 N S S


(70)

6 TS S TS

7 N S S

8 S S TS

9 TS S TS

10 TS S TS

11 TS N SS

12 STS TS S

13 TS N SS

14 N S N

15 N S N

16 TS S S

17 N S N

18 S S SS

19 S S N

20 N S S

Jumlah

SS : 1 S : 4 N : 6 TS : 7 STS : 2

SS : - S : 16 N : 3 TS : 1 STS : -

SS : 4 S : 7 N : 5 TS : 4 STS : -

Keterangan : SS : Sangat Suka S : Suka

N : Netral TS : Tidak Suka


(71)

5.1.6 Uji CD4

Tabel 12. Persentase CD4 dalam Limfosit

Relawan % CD4 dalam Limfosit

Sebelum Sesudah

1 27.97 31

2 29.9 30

3 32.31 36

4 29.07 32

5 37.94 37

6 26.02 27

Kontrol (-) 25.50 24


(72)

Grafik Persentase CD4 dalam Limfosit

Tabel 13. Jumlah total CD4

Relawan Jumlah Total CD4

Sebelum Sesudah

1 742 1001

2 732 754

3 632 598

4 746 613

5 976 846

6 425 482


(73)

Kontrol (+) 563 681


(74)

5.2 Pembahasan

Hasil yang diperoleh pada penapisan fitokimia serbuk gambir menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, dan minyak atsiri. Dari sini diketahui bahwa ekstrak gambir mengandung tanin yang diduga memiliki aktivitas sebagai imunomodulator. Untuk mengekstraksi kandungan kimia dari gambir, digunakan metode cara panas yaitu dengan memasak daun dan ranting tanaman gambir yang kemudian dicetak selagi panas. Kemudian dari hasil ekstrak air gambir ini dilakukan tahap maserasi dengan menggunakan etanol 70%.

Metode maserasi dipilih karena dapat memisahkan zat-zat aktif yang terdapat dalam serbuk gambir secara sempurna sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang terkandung di dalam tanaman, selain itu penggunaan metode ini didasarkan pada keuntungan yang diberikan yaitu dari segi efisiensi waktu, pengerjaan dan peralatan sederhana (Depkes RI, 2000). Hal ini disebabkan karena pada metode maserasi ini menggunakan pelarut etanol 70% secara berulang sampai diperoleh filtrat yang jernih sehingga diharapkan kandungan kimia dapat tertarik lebih banyak. Di samping itu metode ini tidak merusak zat-zat yang tidak tahan dengan pemanasan.

Pemilihan pelarut etanol didasarkan karena etanol memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih selektif dalam pemisahan zat aktif yang terkandung dalam tanaman, misalnya zat yang berkhasiat sebagai imunostimulan yaitu tanin yang dapat menstimulasi sel-sel fagositik yang mampu memakan partikel-partikel dan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Maserasi dengan etanol dapat menjaga proses ekstraksi agar tidak mudah


(1)

df 2

Asymp. Sig. .001

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Formula

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Rasa LSD (I) Formula (J) Formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

A B -.95000* .27625 .001 -1.5032 -.3968

C -1.15000* .27625 .000 -1.7032 -.5968

B A .95000* .27625 .001 .3968 1.5032

C -.20000 .27625 .472 -.7532 .3532

C A 1.15000* .27625 .000 .5968 1.7032

B .20000 .27625 .472 -.3532 .7532

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Pada data LSD terlihat perbedaan kesukaan terhadap rasa tablet antara kelompok satu dengan lainnya. Jika dibandingkan antara formula A dengan formula B dan formula C, ternyata ada perbedaan secara bermakana, hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansinya ρ ≤ 0,05. Akan tetapi jika dibandingkan antara formula B terhadap formula A dan C, serta antara formula C terhadap formula A dan B, diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna, terlihat dari nilai signifikannya > 0,05. Data menunjukkan bahwa formula yang paling diminati dalam hal aroma adalah formula C, dengan nilai rata-rata sebesar 38,23.


(2)

4. Persentase CD4 dalam limfosit 5. Jumlah CD4 mutlak


(3)

(4)

(5)

(6)