Analisis perbedaan tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa

5.1.3. Analisis perbedaan tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa

terhadap beberapa antibiotik Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri Pseudomonas aeruginosa pada beberapa antibiotik. Data hasil penelitian dapat dirangkum pada tabel 5.7. Tabel.8. Perbedaan tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik pada periode Januari -Juni dan periode Juli-Desember 2012 No. Variabel Periode I Januari-Juni 2012 n=229 Periode II Juli-Desember 2012 n=197 Nilai P S S 1. Ampisilin 0,4 0,371 2. Amoksisilin Clavulanic acid 3,5 1,8 0,250 3. PiperasilinTazobaktam 67,6 69,2 0,232 4. Seftazidim 58,2 59 0,315 5. Sefotaksim 2,7 0,9 0,690 6. Sefepim 65,3 61,6 0,440 7. Amikasin 73,7 72,1 0,551 8. Kolistin 66 88,5 0,001 9. Gentamisin 56,4 50,5 0,624 10. Tobramisin 60,8 55,8 0,347 11. Imipenem 76,4 84 0,000 12. Meropenem 79,9 77,4 0,293 13. Siprofloksasin 50,2 54,2 0,166 14. Levofloksasin 48,7 53,1 0,049 15. Tigesiklin 4 2,1 0,211 16. Trimethoprim Sulfametoksazol 2,3 2,1 0,866 Dari Tabel.7 dapat diketahui bahwa tingkat sensitivitas Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik yang paling baik adalah antibiotik kolistin dimana pada periode Januari-Juni 2012 didapatkan sebesar 66 dan pada periode Juli - Desember 2012 meningkat sebanyak 88,5. Antibiotik yang mengalami kenaikan tingkat sensitivitas adalah imipe nem 76,4 menjadi 84, levofloksasin 48,7 menjadi 53,1, siprofloksasin 50,2 menjadi 54,2, piperasilintazobaktam 67,6 menjadi 69,2 dan seftazidim 58,2 menjadi 59 . Sedangkan antibiotik yang mengalami penurunan adalah tobramisin 60,8 menj adi 55,8, gentamisin 56,4 menjadi 50,5, meropenem 79,9 menjadi 77,4, sefepim 65,3 menjadi 61,6, amikasin 73,7 menjadi 72,1, sefotaksim 2,7 menjadi 0,9, tigesiklin 4 menjadi 2,1, amoksisilin clavulanic acid 3,5 menjadi 1,8, dan trimethoprim sulfametoksazol 2,3 menjadi 2,1. Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi -Square antara antibiotik periode 1 Januari-Juni dengan periode 2 Juli-Desember terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, terdapat peningkatan yang signifikan pada antibiotik kolistindan imipenem dengan nilai p value 0,05. Hal ini jika dihubungkan dengan penelitian yang terdahulu juga terdapat peningkatan yang signikan pada antibiotik kolistin yaitu penelitian yang dilakukan Ateba, 2013 dan Moehario, 2012.

5.2. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Prevalensi Bakteri Penyebab Infeksi Kulit dan Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Pada Tahun 2015

3 32 73

Prevalensi Bakteri Penyebab Infeksi Kulit dan Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Pada Tahun 2015

0 1 13

Prevalensi Bakteri Penyebab Infeksi Kulit dan Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Pada Tahun 2015

0 0 2

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 2 11

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 2

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 5

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 16

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012 Chapter III VI

0 0 15

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 5

Perbandingan Kepekaan Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

0 0 32