Perumusan Masalah Tujuan Penelitian KAJIAN TEORI

commit to user 26 Mengingat begitu besar pengaruh pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola, maka perlu adanya penelitian tentang “Perbedaan Pengaruh pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak dan Tahan Bola Pada Permainan Sepakbola”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola ? 2. Adakah perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah? 3. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan gerak terhadap peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : commit to user 27 1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola pada siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta. 2. Perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah pada siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta. 3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan pada permainan sepakbola pada siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta. .

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat : 1. Memberikan wawasan pengetahuan terhadap para guru tentang pentingnya memilih pendekatan pembelajaran untuk menungkatkan ketrampilan bermain sepak bola, khususnya sepak dan tahan bola. 2. Bagi guru sebagai kajian dan referensi untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga Sekolah Dasar 3. Memberikan sumbangan tentang pentingnya memperhatikan faktor motorik dalam upaya peningkatan ketrampilan teknik dasar bermain sepak bola. commit to user 28 4. Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran maupun latihan bagi siswa atau atlet dalam rangka meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola. 5. Secara teori untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel- variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa atau atlet dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola. commit to user 29

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. KAJIAN TEORI

1. Permainan Sepakbola

a. Hakekat Permainan Sepakbola

Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerja sama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerja sama tim yang tangguh diperlukan permain-pemain yang menguasai bagian- bagian dari beracam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain tidak lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik yang sangat menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerja sama kolektif akan tercapai. Bagaimana anak dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepakbola seseorang harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang terus menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan saraf otot, untuk pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai commit to user 30 sejak usia muda. Usia dimulainya latihan sepak bola menurut Sneyers 1988:11, yaitu: Usia pemula pemain sepak bola dimulai umur 6-13 tahun”. Menurut Yumisul Hairy 1999:39, yakni: ”Gambaran umum umur seseorang mulai latihan sepakbola yaitu umur 10-12 tahun, umur spesialisasi 11-13 tahun dan untuk mencapai puncak prestasi umur 18-24 tahun”. Keterampilan teknik dasar bermain sepakbola adalah semua gerakan- gerakan yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepak bola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua lengan dan tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball feeling yang sempurna serta peka terhadap bola. Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha pengkajian terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta faktor- faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan keterampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi saraf dan diperoleh dari hasil belajar Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem saraf dapat terkoordinasi dengan commit to user 31 sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Pyke 1980:61, menyatakan bahwa : “Tanpa belajar atau latihan suatu keterampilan tidak akan tercapai”. Teknik dasar bermain sepakbola merupakan semua gerakan-gerakan yang diperlukan untuk bermain sepakbola. Kemudian untuk bermain ditingkatkan menjadi keterampilan teknik bermain sepakbola yaitu penerapan teknik dasar bermain ke dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola meliputi teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan semua gerakan- gerakan tanpa bola yang terdiri dan lari cepat, mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu dengan badan dan gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. Sedangkan teknik dengan bola meliputi mengenal bola, menendang bola, mengontrol bola, mengiring bola, heading , melempar bola. Beberapa teknik dasar yang perlu dipelajari menurut Sneyyer 1998:110, yaitu: Mengendalikan bola dengan kaki, paha, dada dan kepala, meneruskan bola tanpa ditahan, dribbling , tendangan sambil salto, pass pendek dan panjang, melempar bola, tendangan langsung dan tidak langsung, tendangan sudut pendek dan yang panjang, menyundul bola, memberi efek pada bola dan sebagainya. Sedangkan menurut Fuchs 1981:48, adalah: “Keterampilan teknis bermain sepak bola terdiri dari menendang, trapping, dribling, volleying, heading dan throw-in ”. Selanjutnya disebutkan secara garis besarnya keterampilan teknis bermain sepak bola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepak bola meliputi : menendang instep kick, inside foot kick, outside foot kick, heel kick , trapping atau mcnghentikan bola sole of the foot trap, foot trap, body trap . Tiap bagian dapat commit to user 32 diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau materi pembelajaran. Indikator penguasaan keterampilan bermain sepak bola, apabila masing- masing siswa menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain sepakbola tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, siswa agar selalu mempelajari dan mempraktekkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan bola agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.

b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola

1. Menendang atau Menyepak Bola

Menendang bola merupakan teknik dasar dengan bola yang paling banyak dilakukan dalam permainan sepakbola. Maka teknik dasar menendang bola merupakan dasar didalam bermain sepakbola. Seorang pemain yang tidak menguasai teknik menendang bola dengan baik, tidak akan menjadi pemain yang baik. Kesebelasan yang baik adalah semua kesebelasan yang semuanya menguasai teknik menendang bola dengan baik, dengan cepat, cermat dan tepat pada sasaran, sasaran teman maupun dalam membuat gol kemulut gawang lawan. Supaya bermain dengan cepat pemain harus menguasai semua gerakan bagian dari teknik dan dapat memainkan bola dengan segala situasi dan posisi. Tidak mempergunakan gerakan – gerakan yang tidak perlu, kecuali memperlambat gerakan, juga membuang – buang tenaga. Pada waktu mendapat operan atau memberi operan. Pemain harus mempunyai ketrampilan menendang bola, tendangan operan kepada teman yang bergerak mudah diterima dan tanpa mendapatkan rintangan dari lawan, maupun tendangan tembakan kegawang commit to user 33 lawan, maupun tendangan tembakan dengan sasaran tepat luang mulut gawang tanpa mendapat rintangan dari penjaga gawang. Gambar 1. Cara menendang bola Prinsif teknik menendang bola, Menurut Soekatamsi 1988 : 45 : a. Kaki tumpu Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada persiapan menendang dan merupakan letak titik berat badan. Posisi kaki tumpu atau dimana harus meletakkan kaki tumpu terhadap bola, posisi kaki tumpu terhadap bola akan menentukan arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola. Lutut kaki tumpu kaki sedikit ditekuk dan pada waktu menendang lutut diluruskan. Gerakan dari lutut ditekuk kemudian diluruskan merupakan kekuatan mendorong kedepan. b. Kaki yang menendang Kaki yang menendang adalah kaki yang digunakan untuk menendang bola. Pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola pada saat menendang dikuatkan atau ditengahkan, tidak boleh bergerak. Tungkai kaki yang menendang commit to user 34 diangkat kebelakang kemudian diayunkan kedepan sehingga bagian kaki yang digunakan untuk menendang mengenai bola, kemudian diteruskan dengan gerak lanjutan kedepan, dan seterusnya bergerak lari untuk mencari posisi. c. Bagaimana bola yang ditendang Merupakan bagian sebelah mana bola yang ditendang, akan menentukan : Yaitu arah dan jalan bola, tinggi rendahnya lambungan bola. d. Sikap badan Sikap badan pada waktu menendang sangat dipengaruhi oleh posisi tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola, maka pada saat menendang bola tepat diatas bola dan badan akan sedikit condong kedepan, sikap badan ini untuk tendangan bola menggulir rendah atau melambung sedang. posisi kaki tumpu berada disamping belakang bola, maka pada waktu menendang bola badan berada diatas belakang bola hingga sikap badan condong kebelakang, maka hasil tendangan bola melambung tinggi. e. Pandangan mata Pandangan mata terutama untuk mengamati situasi atau keadaan permainan, akan tetapi pada saat akan menendang bola mata harus melihat pada bola dan ke arah mana bola akan ditendang.

2. Menerima atau Menahan Bola

Menerima bola diartikan sebagai cara menangkap bola, menghentikan bola atau menguasai bola. Menerima bola dapat dilakukan dengan semua bagian badan dari kaki sampai dahi kepala, kecuali dengan lengan dan tangan. Dalam menerima bola atau menghentikan bola pada dasarnya adalah dengan cara commit to user 35 mengurangi kekuatan atau kecepatan bola hingga bola berhenti untuk kemudian dikuasai. Prinsip menerima bola, menurut Soekatamsi 1988 : 124 : 1. Lari menjemput datangnya arah bola, pandangan mata tertuju kearah bola. 2. kaki tumpu menerima seluruh berat badan , lutut ditekuk sedikit. 3. Bagian badan atau bagian kaki yang dipergunakan untuk menerima bola, pada waktu kontak dengan bola digerakkan mengikuti arah lintasan bola hingga bola berhenti atau tidak mental mantul dan berhenti dekat badan, selanjutnya bola dikuasai. 4. Sebelum menerima bola harus segera dipikirkan bola akan diapakan setelah dikuasai, dioperkan kepada teman, digiring atau ditembakkan ke arah mulut gawang lawan. Gambar 2. Menerima Bola commit to user 36

2. Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan aspek kongnitif, juga dapat mempengaruhi perubahan sikap aspek afektif, serta ketrampilan aspek psikomotor seseorang peserta didik. Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah agar anak mampu secara tepat menguasai dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat anak mampu menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang diajarkan. Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat melukukan secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari sisi interaksi guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar. Dapat commit to user 37 didefinisikan bahwa gaya mengajar adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan untuk membantu siswa dalam mencapai penguasaan keterampilan. Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne dalam Brophy 1990 : 129, mengemukakan bahwa “Hirarki belajar adalah dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : 1 Belajar signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya menyiapkan kelas dengan bunyi bel. 2 Belajar respon stimulus yaitu belajar suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan 3 Belajar diskriminasi yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama supaya mempunyai respon pada perbedaan ciri individu, misalnya mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif. Piaget dalam Brophy 1990:134 menyatakan dalam pembelajaran gerak disebut “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang commit to user 38 korektif. Latihan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta siswa sebagai umpan balik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams 1991:134 bahwa “Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif. Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari bertambah bebannya dan yang mudah sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap oleh siswa dan memperoleh hasil belajar secara optimal yang berupa perubahan- perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena setiap individu memiliki kemampuan gerak dasar yang berbeda. Nana Sudjana 2002:109 bahwa Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : a proses belajar-mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat. b program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. c proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan-belajar, d pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi commit to user 39 penyampaiannya. e pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, f kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi, g materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang. Menurut Gagne dalam Sugiyanto, Sudjarwo 1994:233, bahwa “belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Kompleksitas pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi pengembangan ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan akademiknya mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya. Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut Magill 1980:8 adalah “Perubahan dari individu yang didasarkan dari perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil praktek. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu. commit to user 40 Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur- angsur hilang dengan sendirinya. Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif, afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif Guiford dalam Magill l980:2, menamakan “ intelectual activities ” yaitu kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh. Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan 1993:201, bahwa “Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia commit to user 41 dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”. Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit. Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak. Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik penggabungan sensor dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit yang paling sederhana dan otot neoromuskular. Menurut Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan 1993:203, bahwa “Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang commit to user 42 mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut- serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam olahraga. Misalnya penjaga belakang catcher baseball harus melihat bola yang masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip. Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal masa anak-anak usia 2-8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak- anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak. commit to user 43 Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan 1993:204 bahwa “Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan”. Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga. Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang commit to user 44 terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari. Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993;205 menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993 : 205 menandai tiga langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini : Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat commit to user 45 program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya. Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam mengajar teknik dasar bermain sepakbola harus dipusatkan pada dasar-dasar menendang bola pada saat siswa memusatkan perhatian secara kognitif pada tugas tersebut. Jika pola-pola itu telah baik dan terpadu murid mulai mengendalikan jarak tendangan bola sampai mengendalikan bola yang datang kearahnya. Seolah- olah seperti permainan yang sesungguhnya. Tujuan guru memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon commit to user 46 gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap yang lebih kompleks. Banyak metode-metode yang sering digunakan dalam stretegi pembelajaran. Hal ini bias peneraapan cara-cara mengajar agar proses belajar bias berjalan dengan baik dan tujuan bias tercapai. Dalam menentukan stratetegi mengajar seorang guru bias memilih atau menerapkan cara-cara atau metode- metode yang sering digunakan dalam pengajaran gerak olahraga. Menurut Sugiyanto, Sudjarwo 1993:78, ada beberapa macam metode pembelajaran diantaranya adalah: 1. Metode praktek keseluruhan 2. Metode praktek bagian 3. Metode drill 4. Metode pemecahan masalah 5. Metode bermain 6. Metode ketepatan 7. Metode kecepatan Dari beberapa macam metode pendekatan mengajar diatas, pada dasarnya memliki tujuan yang sama. Hanya saja dalam setiap metode meliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan commit to user 47 sebagai suatu prestasi yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan McClenaghan 1993:205 bahwa “Menunjukkan bagaimana mengubah satu variabel kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan seorang pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang tampak sebelum memulai gerakan. Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih berkaitan dengan rekreasi. Seseorang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia 25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan gerak. Menurut Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993:207 bahwa “Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga commit to user 48 yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan bertambahnya umur”.

a. Pendekatan Pembelajaran Bermain

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman 2000: 35-36 menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut: 1 Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya. 2 Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi. commit to user 49 3 Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain. Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Penggunaan metode pendekatan ketepatan dan pendekatan kecepatan perlu memperhatikan gerakan yang dipelajari dan penerapannya dalam kondisi nyata pada saat bermain. Meningkatkan ketepatan gerakan pada latihan yang mendahulukan ketepatan. Pada gerakan ketrampilan dimana kelanjutan momentum gerakan sangat diperlukan, permulaan belajar yang menekankan ketepatan berakibat merugikan perkembangan selanjutnya. 1 Bermain Bermain sangat di sukai oleh anak-anak, karena sifat dari bermain sendiri adalah menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra 2001: 6 menyatakan ”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin 1992:17 mengartikan ”bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat atau produktif untuk menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon 2008: 4 menyatakan bahwa commit to user 50 Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang- kadang menemukan dirinya dari bermain. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas gerak siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa. Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut Yudha M. Saputra 2001: 9-10 kegiatan penjas bernuansa permainan mengandung beberapa ciri sebagai berikut: 1. siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu. 2. mengakibatkan kegemaran berlombabersaing secara sehat. 3. menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat berlatih. 4. tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan kemampuan siswa dan menjadi tantangan. 5. menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang baru. commit to user 51 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003: 698 bahwa ”bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra 2004: 4 yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu untuk bersenang-senang. 2 Fungsi Bermain Melalui Pendekatan pembelajaran bermain maka pendekatan pembelajaran yang diberikan terkemas dalam bentuk situasi permainan yang sebenarnya. Melalui pendekatan pembelajaran bermain, akan senantiasa tercipta suasana belajar yang memungkinkan siswa untuk selalu bergerak sesuai dengan tugas dan tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran pendidikan jasmani, pendekatan bermain merupakan salah satu cara pembelajaran yang memberikan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerak, serta keterampilan siswa secara menyeluruh. Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka 1992: 7 ”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”. commit to user 52 Selanjutnya menurut Yudha M. Saputra 2001: 6 dengan bemain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, kegiatan bermain dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: 1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik. 2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik. 3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial. 4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional. 5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga. 3 Modifikasi Permainan Modifikasi permainan mencakup perkembangan, pengurangan dan penguasaan perilaku tertentu. Ini biasanya bermanfaat dalam menyatakan elemen- elemen khusus dalam permainan yang berlebih-lebihan dalam lingkungan yang menyenangkan, aman dan agak menantang. Elemen-elemen ini dirasakan kurang bagi para pemain muda yang kurang pengalaman sebagai seperangkat dasar yang dilihat oleh siswa sebagai suatu yang dapat dicapai oleh siswa. Dengan perubahan-perubahan pada peraturan tertentu yang lebih aman dan pada situasi-situasi yang tidak dibuat-buat akan dapat dijamin dalam permainan tersebut yang biasanya meliputi kontak fisik dan perilaku siswadapat diawasi. Modifikasi permainan dan peraturan dapat dipakai sebagai bahan untuk mengatur ketrampilan dan taktik agar lebih bermakna yang sebenarnya. Hal ini akan membantu dalam pengembangan pengertrian tentang hubungan antara peningkatan gerak. commit to user 53

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola

dengan Pendekatan Bermain Pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan bermain merupakan cara belajar sepak dan tahan bola yang dilakukan dalam bentuk permainan. Permainan sepak dan tahan bola sepakbola dilakukan berdasarkan peraturan permainan yang telah di tentukan oleh pengajar atau pelatih. Namun dari permainan tersebut hanya menggunakan teknik dasar sepak dan tahan bola. Permainan sepak dan tahan bola tersebut pemain tidak diperbolehkan memainkan teknik lainnya. Jika memainkan teknik lainnya selainsepak dan tahan bola dianggap sebagai pelanggaran, sehingga mendapat hukuman bola menjadi hak lawan dan dilakukan tendangan dari samping lapangan.Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain antara lain: 1 Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan gembira serta motivasi belajar meningkat. 2 Dapat meningkatkan kerjasama tim dan memicu siswa untuk berfikir dan 3 memecahkan masalah yang dihadapi dalam permainan. 4 Aturan pelaksanaan gerak diberikan secara sederhana dan memberikan situasi gembira. 5 Gerakan-gerakan sepak dan tahan bola dapat dilakukan secara variatif dan meningkatkan perkembangan siswa. commit to user 54 Kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain antara lain: 1 Bagi siswa yang belum menguasai teknik sepak dan tahan bola kurang tertarik, sehingga kurang senang dengan permainan. 2 Akan sering terjadi kesalahan teknik siswa sering melakukan teknik selain Sepak dan tahan bola. 3 Permainan akan sering berhenti karena sering terjadi kesalahan teknik. 4 Konsep pemahaman diri atau pribadi cenderung kurang. 5 Kurang cocok untuk belajar ketrampilan tingkat dasar.

a. Pendekatan Pembelajaran

Drill Pendekatan drill pada dasarnya merupakan pendekatan belajar yang berorientasi pada guru sebagai cara pendekatan didalam belajar gerak pada siswa sekolah dasar. Dalam metode pendekatan drill memang memilki kelebihan dan kekurangan seperti halnya metode-metode pendekatan pembelajaran yang lainnya. Dalam pendekatan drill guru harus menciftakan situasi tertentu untuk memacu siswa berfikir dan berbuat sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru. Gurulah yang menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan itu. Siswa melakuakan gerakan-gerakan sesuai apa yang diinstruksikan oleh guru,dan melakukannya berulang-ulang. Misalnya didalam mengajar bermain sepakbola, guru menetapkan tujuan pengyaitu murid mampu melakukan ketrampilan dasar bermain sepak bola seperti sepak dan tahan bola. commit to user 55 Metode pendekatan drill sangat sesuai apabila digunakan untuk siswa yang tujuan belajarnya adalah agar siswa menguasai ketrampilan gerak tertentuyang sudah pasti atau sudah baku dengan materi belajarnya berbentuk gerakan yang bersifat ketrampilan tertutup atau self paced . Sugiyanto, Sudjarwo 1994 : 84 ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan yaitu ; 1 Pendekatan Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan. 2 Siswa diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pada pelaksanaan gerak serta ketepatan penggunaannya. Apabila siswa tidak meningkat dalam penguasaan geraknya, situasi dapat dianalisa untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaan. 3 Selama proses pelaksanaan pendekatan drill perlu sesekali mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Koreksi pada tahap awal kepada semua siswa bisa memberikan rangsangan yang efektif. Sejalan dengan pelaksanaan koreksi, diperlukan komentar umum tentang gerakan yang benar. Siswa harus disadarkan akan tujuan tercapai melalui pendekatan drill. 4 Pelaksanaan pendekatan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan. 5 Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi pendekatan drill kesituasi permainan yang sebenarnya. Latihan peralihan ini berbentuk drill beberapa unsur gerakan yang dilakukan secara berangkai mendekati situasi dan permasalahan yang ada dalam permainanyang ada dalam permainan yang sebenarnya. 6 Suasanan kompetitif perlu diciftakan dalam pelaksanaan pendekatan drill tetapi tetap ada kontrol kebenaran gerakannya.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola dengan Pendekatan

Drill Sesuai dengan pengertian pendekatan drill, maka pembelajaran sepak dan tahan bola disusun dan diatur oleh guru atau pelatih dan siswa melakukan tugas sesuai instruksi dari guru. Pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill yaitu, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola semua siswa memperoleh commit to user 56 kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dapat melakukannya pengulangan gerakan sebanyak-banyaknya. Susunan materi pembelajaran sepak dan tahan bola dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah atau yang sederhana. Hal terpenting dalam pendekatan drill yaitu, guru menjelaskan pengertian sepak dan tahan bola, teknik pelaksanaan sepak dan tahan bola, dari letak kaki tumpu, kaki yang menendang, sikap badan, pandangan mata, dan bagian bola yang ditendang serta sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh tata urutan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill sebagai berikut: 1 Siswa memperagakan teknik pelaksanaan sepak dan tahan bola dari cara menempatkan kaki tumpu, bagian kaki untuk menendang bola, sikap badan, saat menerima bola. 2 pandangan mata dan bagian bola pada saat menyepak atau menahan bola. 3 Siswa memperagakan gerakan teknik sepak dan tahan bola tanpa menggunakan bola. 4 Siswa memperagakan sepak dan tahan bola secara berpasangan. 5 Siswa memperagakan sepak dan tahan bola berpasangan secara bergantian. Berdasarkan contoh tata urutan materi pembelajaran sepak dan tahan bola yang dirancang oleh guru, siswa harus memperagakannya sesuai instruksi dari guru atau sesuai tata urutan yang telah dibuat oleh guru. Pembelajaran dilaksanakan secara berulang-ulang hingga materi pembelajaran dapat dikuasai dengan baik. commit to user 57

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola

dengan Pendekatan Drill Perlu disadari bahwa setiap pendekatan pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian halnya pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pengertian pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill antara lain: 1 Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik sepak dan tahan bola yang benar. 2 Kesalahan teknik sepak dan tahan bola yang dilakukan siswa akan segera diketahui guru dan langsung dapat dibetulkan. 3 Guru selalu dapat mengawasi atau memonitoring pelaksanaan pembelajaran. 4 Semua siswa dapat terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. 5 Cocok untuk siswa pemula. Sedangkan kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill antara lain: 1 Siswa hanya selalu mengikuti instruksi guru sehingga kurang kreativitas dalam mengikuti tugas ajar dari guru. 2 Siswa tidak memiliki inisiatif dan kreatifitas dalam mengikuti pembelajaran. commit to user 58 3 Jika penjelasan guru terlampau rinci dan banyak, biasanya siswa tidak dapat mengingat secara keseluruhan. 4 Tidak menciptakan situasi yang kompetetif. 5 Kurang cocok untuk belajar keterampilan tingkat lanjut.

3. Kemampuan Gerak

Motor Ability a. Perkembangan gerak Sebagai makluk hidup, manusia terus mengalami perubahan sepanjang hidupnya. Mulai berada didalam kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa dan tua terus terjadi peribahan dalam aspek-aspek fisik, gerak, pikir, emosi, dan sosial. Pola perubahan pertama-tama bersifat meningkat, kemudian menurun. Peningkatan terjadi dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sedangkan penurunan terjadi dalam proses penuanaan. Studi tentang perkembangan gerak mencakup diskripsi dan penjelasan mengenai gerak perilaku manusia sepanjang hidup. Perkembangan hidup manusia secara terejadi dalam lima fase perkembangan seperti fase sebelum lahir, bayi, anak-anak, adolesensi dan dewasa. Setiap fase perkembangan terjadi dalam batasan usia tertentu. Pembatasan setiap fase didasarkan pada kencenderungan karakteristik perkembangan yang terjadi pada kurun waktu tertentu dalam usianya. Empat istilah penting dalam perkembangan gerak, yaitu ; pertumbuhan, perkembangan, kematangan, dan penuaan. Pertumbuhan dalah peningkatan pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif atau dalam ukuran. Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional organ-organ kearah keadaan makin commit to user 59 terorganisasidan terspesialisasi. Kematangan adalah kemajuan yang bersifat kualitatif dalam perkembangan biologis. Penuaan adalah proses penurunan kualitas organic karena bertambahnya usia. Perkembangan gerak mengacu pada teori perkembangan yang telah berkembang dalam psikologi perkembangan. Ada tiga teori penting yang menjadi acuan yaitu teori kematangan, teori keperilakuan dan teori kognitif. Teori keperilakuan menekankan factor lingkungan sebagai penentu perkembangan, sedangkan teori kognitif menekankan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai penentu perkembangan. Penerapan teori-teori perkembangan dalam didalam pengelolaan pendidikan cenderung memadukan ketiga teori tersebut. Individu mulai berkembang sejak masih didalam kandungan, dan terus berkembang setelah lahir. Pada saat masih didalam kandungan kondisi atau kebiasaan perilaku ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yaitu yang berkaitan dengan gizi makanan ibu, penyakit yang diderita ibu, obat-obatan tertentu yang diminum atau disuntikan kedalam tubuh ibu, serta kebiasaan ibu meminum alcohol atau merokok. Pengaruh yang ditimbulkan pada janin adalah bias berbentuk kelambatan pertumbuhan . Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan setelah bayi lahir bervariasi. Ada Sembilan factor yang berpengaruh yaitu factor keturunan, gizi, makanan, perbedaan suku, musim, iklim, penyakit, himpitan psikososial, urbanisasi, jumlah keluarga, status ekonomi dan kaencenderungan secular. Masing-masin faktor menimbulkan pengaruh yang bersifat positif atau negative. commit to user 60 Pengaruh yang positif berupa pertumbuhan yang normal dan badan yang tunbuh dengan bentuk yang ideal. b. Belajar Gerak Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melaui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh. Didalam pendidikan jasmani, belajar gerak berperan dalam aspek- aspek pengembangan ketrampilan gerak tubuh, penguasaan pola- pola gerak ketrampilan olahraga, dan mengekspresikan pola- pola perilaku personal dan interpersonal yang baik di dalam pertandingan dan tari. Robert M. Gagne 1977 “Belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam periode waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan”. Menurut John N. Drowatsky dalam Sugiyanto,Sudjarwo1998:269 definisi belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh. · Belajar kognitif adalah belajar yang menekankan pada aktivitas berfikir. · Belajar afektif adalah belajar yang menekankan pada aktivitas emosi dan perasaan. · Belajar gerak adalah belajar yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh. Belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertian bisa menjadi bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil, bisa dipandang sebagai proses dan juga bisa dipandang sebagai suatu fungsi. Sumber commit to user 61 motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar atau bersifat external, sedangkan motivasi intrinsic timbul dari dalam diri atlet itu sendiri atau bersifat ainternal. Berdasarkan sifat pemunculannya, motif dapat diklasifikasi menjadi motiv primer dan motiv sekunder. Emosi merupakan respons dan reaksi psikologis dan fisiologis yang dihasilkan dari situasi yang ditangkap, banyak factor yang mempengaruhinya, seperti tingkat kematangan seseorang dapat berpengaruh terhadap pengendalian emosi. Beberapa keadaan emosional yang berhubungan erat dengan olahraga, misalnya ketegangan, tekanan, kecemasan. Perubahan pada diri individu sabagai hasil belajar bisa berupa bertumbuhnya kemampuan berpkir, pengetahuan, kemampuan bergeraknya juga bias berupa perubahan sikap, minat dan penilaian terhadap sesuatu. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kamampuan yang paling tinggi adalah domain psikomotor yang berarti juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Didalam proses belajar gerak, waktu untuk praktek atau berlatih perlu diatur agar hasil belajar bias baik. Pengaturan waktu latihan didasarkan pada waktu yang tersedia, berat ringannya latihan yang dilakukan, serta prinsif penggunaan waktu untuk latihan dan selingan waktu istirahat sesuai dengan berat atau ringannya latihan. commit to user 62 Perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan penguasaan berbagai macam gerak keterampilan yang telah mulai dikuasai sejak masa anak – anak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka meningkat pula ukuran tubuh dan kemampuan fisik, secara otomatis akan meningkat pula kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat diidentifikasikan dalam bentuk : gerakan dengan mekanika tubuh makin efisien, gerakan yang dilakukan semakin lancar dan terkontrol, bentuk gerakan bervariasi dan bertenaga. Gerakan – gerakan seperti berjalan, meloncat, berjengket, menyepak, melempar, menangkap, memukul semakin dikuasai. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan aktivitas. Anak yang kurang mendapatkan kesempatan melakukan gerakan atau selalu terkekang di rumah, mereka cenderung memiliki kemampuan gerak dasar yang rendah, sedangkan anak yang diberikan kebebasan melakukan aktivitas memiliki kecenderungan berkemampuan gerak yang baik. Hurlock 1991 : 156 , menyatakan bahwa : “ Masa kecil sering disebut sebagai masa ideal untuk mempelajari keterampilan gerak “. Hal ini ada sejumlah alasan yang mendasarinya, yaitu : 1 karena tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran, 2 anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari keterampilan baru lebih mudah, 3 secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang ketika anak besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan commit to user 63 untuk belajar. 4 orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, tetapi sebaliknya anak – anak justru menyenangi yang demikian. Oleh karena itu, anak- anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk melakukannya secara efektif. 5 karena anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang dewasa. Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar dan memiliki waktu yang cukup, mungkin akan merasa bosan dengan pengulangan yang diperlukan di dalam mempelajari keterampilan, sehingga keterampilan yang telah dikuasai tidak berkembang. Keterampilan gerak tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Di dalam mempelajari keterampilan gerak menurut Hurlock 1991 : 157, yaitu : “ Hal terpenting di dalam mempelajari keterampilan gerak meliputi : kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, individu dan sistematis. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap hasilnya akan lebih unggul dibandingkan dengan orang yang belum siap untuk belajar. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak bagi anak sangat penting, karena kondisi anak memungkinkan untuk dapat mencoba berbagai commit to user 64 gerakan yang sederhana. Banyak diantara siswa yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua yang melarang anaknya untuk banyak bergerak, mereka takut hal yang demikian akan dapat menciderai atau melukai anaknya. Untuk dapat mempelajari keterampilan motorik dengan baik anak harus banyak diberikan kesempatan melakukan praktek. Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kualitasnya. Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. Karena dalam mempelajari keterampilan gerak, meniru model memainkan peranan yang penting, maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik, bagi anak model yang baik merupakan suatu keharusan. Dalam meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa. Bimbingan juga membantu anak membetulkan suatu kesalahan yang dilakukan oleh anak sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik atau menjadi gerakan yang otomatis meskipun salah, sehingga sulit dibetulkan kembali. Bagaimana menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar efektif. Perbedaan yang ada bersumber dari aspek – aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar. Yang commit to user 65 dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir ; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri siswa; sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan kadar yang lebih rendah. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan. Fitts dan Postner dalam Gagne 1977: 222, mengemukakan bahwa : “Proses belajar gerak keterampilan digambarkan memiliki 3 fase belajar, yaitu : Fase awal kognitif, Fase penghubung asosiatif, dan Fase akhir otonom“. Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase kognitif merupakan perkembangan yang menonjol terjadi pada diri siswa, di mana siswa mengerti tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba – coba gerakan. Pada fase kognitif proses belajar di awali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata – kata. Di sini indera pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini dapat berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, di sini indera penglihatan aktif berfungsi. commit to user 66 Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian di proses dalam mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna informasi. Dengan informasi ini siswa dapat memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari. Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan. Dalam mekanisme ini siswa mengambil keputusan apa yang akan diperbuat. Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan yang diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, dapat jadi siswa tidak ingin melakukan karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya. Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, siswa merasa dapat atau berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya. Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya, rencana gerak diproses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan komando gerak tersebut terwujudkan gerakan – gerakan. Melalui proses semacam itulah siswa mencoba melakukan atau mempraktekkan gerakan yang dipelajari. Dengan mempraktekkan berulang – ulang gerakan demi gerakan, penguasaan keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat. Pada fase kognitif ini siswa baru dalam taraf mengembangkan citra kognitifnya, oleh sebab itu lebih lanjut Drowatzky 1975: 242, menyatakan bahwa : “ Instruktur yang baik akan memusatkan perhatian pada isyarat persepsi commit to user 67 dan karakteristik respon serta memberikan pengetahuan hasil diagnose pada fase ini “. Pada fase kognitif siswa belum dapat melakukan gerakan – gerakan dengan baik. Setelah mempraktekkan berulang – ulang dan kemampuan melakukan gerakan – gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka siswa berarti sudah meningkat memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif. Fase asosiatif disebut juga fase penghubung atau menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana siswa sudah mampu melakukan gerakan – gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat – sendat pelaksanannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang – ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efektif, lancar, sesuai dengan keinginannya dan kesalahan gerakan akan semakin berkurang. Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, siswa perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Karena tahu tentang kesalahan gerakan yang dilakukan siswa perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan dengan mempraktekkan berulang – ulang. Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktek berulang – ulang. Pada fase asosiatif ini respon yang dipelajari sudah siap, sehingga memungkinkan kesalahan tidak lagi sering terjadi, bahkan secara bertahap akan hilang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian – bagian gerakan menjadi commit to user 68 rangkaian gerakan yang terpadu, yang merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana siswa mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom karena siswa mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu siswa harus memperhatikan hal – hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena gerakannya sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis. Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang – ulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase – fase belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan. Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan menjadi otomatis, maka pembentukan gerakan harus dilakukan pada fase belajar sebelumnya. Sejak awal siswa sudah harus diarahkan melakukan gerakan – gerakan yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benar – benar efisien. Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan gerakan yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum tentu efisien. Gerakan yang salah secara mekanisme dapat menjadi otomatis apabila commit to user 69 terus dilakukan berulang – ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan dilakukan secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien. Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal Gagne, 1977: 231. Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagian – bagian keterampilan recall of part-skills dan mengingat rangkaian pelaksanaan recall of executing routine . Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktek, dan umpan balik. Kemampuan memahami mekanika gerakan penting peranannya seperti halnya kemampuan memahami keterampilan yang harus dilakukan. Dengan memahami bentuk – bentuk gerakan yang benar, maka otak dapat memberi komando gerak kepada sistem penggerak tubuh untuk melakukan gerakan – gerakan dengan bentuk yang benar. Kemampuan berkonsentrasi sangat penting dalam pelaksanaan keterampilan yang memerlukan keseriusan, kecermatan, dan pengerahan seluruh daya yang dimiliki. Misalnya di dalam persiapan melakukan gerakan loncat indah, senam prestasi gymnastic, dan angkat besi, tanpa berkonsentrasi, seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan sebaik – baiknya. Seperti halnya unsur fisik dan mental, unsur emosional juga merupakan faktor penentu penampilan gerak yang efisien. commit to user 70 Kemampuan dan kondisi emosional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan gerakan yang efisien adalah: kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan, memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak gangguan emosional misalnya ketegangan emosi, kemarahan, kesedihan, erat kaitannya dengan penampilan gerak. Koordinasi gerak dapat terganggu karena keadaan emosi yang tidak terkendali. Apabila koordinasi gerak terganggu maka tidak mungkin melakukan keterampilan gerak yang sebaik – baiknya. Merasa perlu dan ingin untuk mempelajari atau melakukan gerakan merupakan motivasi internal atau larangan dari dalam diri untuk berbuat dalam bentuk mempelajari atau melakukan gerakan. Apabila seseorang berbuat karena adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maka ia akan cenderung berbuat sebaik – baiknya karena tidak merasa terpaksa. Seseorang berbuat secara sukarela cenderung akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh seseorang yang berbuat karena terpaksa. Sikap yang positif terhadap prestasi dapat menimbulkan kecenderungan berbuat untuk berusaha mencapai suatu prestasi. Dengan demikian kemungkinan untuk mencapai prestasi yang baik menjadi terbuka. Tanpa ada sikap yang positif terhadap prestasi, kemungkinan untuk dapat berprestasi itu menjadi tertutup. Kemampuan untuk mengendalikan diri memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak berbuat di luar batas. Seseorang yang mengendalikan diri akan lebih mudah mengikuti aturan – aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi commit to user 71 terampil. Singer 1980: 48, menyatakan bahwa: “ Motivasi yang terlalu besar akan menghambat kemajuan dalam penguasaan keterampilan yang kompleks ”.

a. Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak

Gerakan yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien. Keterkaitan antara berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien. Hal ini sesuai pendapat Drowatzky 1975: 34, yaitu: “ Tiga komponen utama yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu: kesegaran jasmani dan kemampuan gerak, kemampuan penginderaan atau sensori serta proses – proses perseptual “. Gambaran mengenai komponen – komponen pendukung gerakan yang efisien dan unsur – unsurnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3. Komponen gerakan efisien Drowaztky, 1975:34 commit to user 72 Unsur – unsur pendukung gerakan yang terampil dan efisien menurut Broer dan Zernicke 1979: 35, menyatakan bahwa: “ Tiga prasarat untuk gerakan yang efisien, yaitu unsur fisik, mental, dan emosional “. Ketiga unsur tersebut tidak dapat berfungsi sendiri – sendiri secara terpisah dalam mewujudkan gerakan yang terampil dan efisien. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik. Unsur fisik merupakan fungsi dari sistem muskular, skeletal, sirkulatori, respiratori, dan indera. Sistem ini secara bersama – sama dengan komponen mental dan emosional mempengaruhi sistem syaraf. Sistem syaraf melalui kontrol keseimbangan, kontrol muskular dan kontrol ketepatan waktu mempengaruhi kelincahan dan koordinasi tubuh. Kelincahan dan koordinasi tubuh inilah yang mencerminkan gerakan yang efisien. Di dalam berbagai gerakan, semua sistem tubuh difungsikan melalui sistem syaraf untuk meghasilkan kontrol keseimbangan tubuh pada saat melakukan gerakan. Kontrol tubuh ini meliputi : kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan, waktu berbuat, dan kontrol muskular. Kelima macam kontrol tersebut tergantung pada unsur fisik, mental dan emosional. Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk menyelesaikan pusat- pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik timpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat commit to user 73 seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kontrol ketepatan waktu bergerak pada dasarnya merupakan pengatur irama gerakan, dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya tiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan. Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot – otot mana yang harus berkontraksi dan otot – otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan dapat dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan aktivitas fisik, bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan, kemampuan relaksasi otot juga penting. Kemampuan relaksasi penting untuk memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran sesudah melakukan aktivitas. Kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu bergerak dan kontrol muskular saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya, kontrol muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol timing berperan di dalam pelaksanaan gerakan yang memerlukan ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan iramanya merupakan fungsi kontrol timing. Ketika fungsi kontrol tersebut secara bersama – sama mewujud dalam bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan agility adalah kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi tubuh dengan cepat. Sedangkan commit to user 74 koordinasi adalah pemfungsian beberapa otot secara bersama dengan timing dan keseimbangan yang baik di dalam suatu gerakan. Gerakan yang berkoordinasi dengan baik tidak akan menimbulkkan ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan yang efisien. Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan – gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Seseorang yang mampu melakukan gerakan - gerakan secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil. Pengembangan kemampuan gerak banyak tergantung pada dasar fisiologis, peranan belajar, lingkungan kebudayaan dan kemampuan masing – masing individu. Faktor – faktor biologis dan fisiologi memainkan peranan penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Flieshman 1965 : 10, menyatakan bahwa : “ Kemampuan gerak dasar seseorang terdapat perbedaan, hal ini tergantung pada sensitif tidaknya otot – otot dan kelompok otot, komposisi jaringan otot atau perbedaan susunan sistem saraf pusat “. Faktor keturunan juga memberikan pengaruh pada kemampuan gerak dasar terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi seseorang. Faktor – faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan penting dan memiliki sumbangan yang lebih besar di dalam mempengaruhi perkembangan commit to user 75 kemampuan gerak seseorang. Oleh karena itu prinsip seluruh pendidikan formal dalam pendidikan jasmani merupakan dasar dari proses pengembangan kemampuan gerak. Flieshman 1965: 11, menyatakan bahwa : “ Kemampuan dasar mulai diperoleh pada awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan hidup anak harus ditujukan pada pemeliharaan pertumbuhan yang baik, hal ini penting bagi pengembangan kemampuan gerak. Kemampuan gerak dasar mempunyai pengertian yang hampir sama dengan kemampuan motorik atau motor ability yang menunjukkan gambaran tentang keterampilan di dalam aktivitas olahraga atau motor ability indicates precent athletic ability , yang berarti tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan suatu keterampilan gerak yang luas. Oleh sebab itu salah satu pengembangan kemampuan gerak dasar dapat dilakukan melalui olahraga pendidikan. Kemampuan gerak dasar merupakan bahasan yang komplek, artinya di dalam membahas mengenai kemampuan gerak dasar ini dari sudut mana mereka memandang. Harrow 1977: 84, mengklasifikasikan dalam bentuk keterampilan, yaitu: “ Keterampilan pemula, menengah, dan keterampilan tinggi “. Pengklasifikasikan oleh Magill 1980: 17, yaitu: “ Klasifikasi keterampilan gerak didasarkan pada kecermatan gerakan, perbedaan titik awal, stabilitas lingkungan dan kontrol umpan balik “. Berdasarkan pada kecermatan gerakan, gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : keterampilan gerak agal atau gross motor skills dan keterampilan gerak halus atau fine motor skills Singer;1980: 14. commit to user 76 Keterampilan gerak agal ditandai oleh keterlibatan otot – otot besar sebagai basis primer dalam gerakan. Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan mengontrol otot – otot halus dalam tubuh untuk pencapaian pelaksanaan keterampilan gerak. Berdasarkan titik awal dan titik akhir pelaksanaan, gerakan keterampilan dapat dibedakan dalan dua kategori, yaitu: “ Keterampilan gerak diskret atau discrete motor skill dan keterampilan gerak kontinus atau continuous motor skill Singer; 1980: 19. Suatu keterampilan gerak dapat diklasifikasikan ke dalam keterampilan gerak diskret apabila dalam pelaksanaan keterampilan gerak dapat dibedakan antara titik awal dan titik akhir dari gerakan itu. Keterampilan gerak kontinus adalah keterampilan gerak yang tidak ditandai dengan jelas adanya titik awal dan titik akhirnya. Kekuatan eksternal lebih menentukan dalam memulai dan mengakhiri suatu gerakan, bila dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya sendiri. Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak menurut Singer 1980: 14, dibedakan menjadi : “ Gerak tertutup self paced , gerak terbuka externally paced dan gabungan gerak tertutup dan terbuka mixed paced “. Keterampilan tertutup merupakan gerakan yang terjadi dalam kondisi lingkungan tertentu dan tidak berubah – ubah. Stimulus dalam setiap gerakan dimulai oleh pelaku sendiri. Keterampilan terbuka terjadi pada lingkungan yang berubah – ubah secara temporal dan spacial. Pelaku bergerak berdasarkan stimulus dari lingkungan di mana siswa berada. Sedangkan keterampilan gerak gabungan atau mixed paced terjadi antara siswa dan obyek dalam situasi bergerak. commit to user 77 Klasifikasi gerakan berdasarkan kontrol umpan balik, didasarkan pada bagaimana dan kapan umpan balik sensori yang dihasilkan dari gerakan dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan gerakan berikutnya. Umpan balik sensori diartikan sebagai informasi yang diterima oleh seseorang melalui indera selama melakukan gerakan. Berdasarkan kontrol umpan balik, dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : kontrol lingkaran tertutup closed loop dan kontrol lingkaran terbuka open loop . Jika informasi umpan balik dapat digunakan untuk menyesuaikan aksi selama gerakan itu berlangsung, maka keterampilan itu dapat diklasifikasikan ke dalam kontrol lingkaran tertutup, sedangkan jika umpan balik itu tidak dapat digunakan untuk membuat penyesuaian gerakan selama aksi berlangsung, maka keterampilan itu dikatakan berada dalam kontrol lingkaran terbuka. Berdasarkan klasifikasi tersebut bila dikaitkan dengan penguasaan keterampialn bermain sepak bola, maka dapat disampaikan sebagai berikut : 1 berdasarkan kecermatan gerak, termasuk gerak agal dan halus, karena melibatkan sejumlah otot besar dan kecil, 2 berdasarkan titik awal dan titik akhir, termasuk gerakan serial, karena gerakan terdiri dari bagian – bagian yang jelas titik awal dan titik akhirnya dan dilakukan secara berangkai, 3 berdasarkan stabilitas lingkungan, termasuk keterampilan terbuka, karena gerakannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah – ubah dan stimulusnya berasal dari luar, 4 berdasarkan kontrol umpan balik termasuk dalam kontrol lingkaran terbuka, karena umpan balik yang timbul dapat dimanfaatkan untuk gerakan berikutnya. commit to user 78 Keterampilan gerak harus dibedakan dengan gerak dasar yang merupakan pola gerak. Keterampilan gerak menunjukkan tingkat pengembangan kecakapan, sedangkan gerak dasar merupakan gerakan yang nampak nyata dalam penampilan dan mempunyai tujuan sendiri yang penting. Gerakan keterampilan mempunyai tingkat efisiensi dalam melakukan tugas yang kompleks, meliputi tugas – tugas gerakan dalam belajar dan berlatih. Gerak yang terampil menunjukkan perkembangan tingkat ketangkasan. Klasifikasi gerakan terampil menurut Harrow 1977:76, yaitu: “ Klasifikasi gerakan yang terampil dibagi menjadi dua kontinum, yaitu kontinum vertikal dan kontinum horisontal “. Kontinum vertikal menunjukkan derajat kesukaran gerak yang dilakukan dari berbagai keterampilan dan biasanya disebut sebagai tingkat kompleksitas. Sedangkan kontinum horisontal menggambarkan tingkat penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa dan biasa disebut sebagai tingkat ketangkasan. Dalam keterampilan gerak pada cabang olahraga tertentu, seorang guru atau pelatih harus dapat membuat kategori perilaku gerak atas dasar tingkat kesukaran dari keterampilan maupun tingkat ketangkasan siswa. Beradasarkan kontinum vertikal, gerak keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu keterampilan adaptif sederhana, terpadu, dan kompleks. Keterampilan adaptif sederhana menunjukkan adaptasi gerakan dan gerak dasar utama. Gerakan – gerakan dasar utama dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan situasi atau lingkungan yang baru. Keterampilan terpadu terbentuk dari efisiensi dalam keterampilan dasar siswa dan disatukan dengan penggunaan commit to user 79 perlengkapan dan alat – alat yang digunakan. Siswa diharapkan dapat mengatur tubuhnya sambil menggunakan perlengkapan selama melakukan penampilan dalam keterampilan terpadu tersebut. Sedangkan keterampilan adaptif kompleks merupakan keterampilan yang memerlukan penguasaan mekanika tubuh yang lebih besar sebagai pelaksanaan hukum – hukum fisika terhadap tubuh. Untuk mengidentifikasi gerakan yang dapat dikategorikan keterampilan kompleks ini adalah keterlibatan tubuh pelaku secara total, seringkali tanpa landasan penopang atau dalam keadaan melayang di udara harus membuat penyesuaian postural terhadap rangsangan atau isyarat yang tidak terduga, dan mengatur gerakan di lapangan yang luas. Kontinum horizontal berhubungan dengan derajat ketangkasan atau penguasaan keterampilan yang dapat dicapai dalam keterampilan tertentu. Harrow 1977:78, menyatakan bahwa : “ Kontinum horizontal dibagi menjadi empat tingkat, yaitu tingkat pemula, menengah, lanjut, dan keterampilan tinggi “. Setiap siswa yang mempelajari keterampilan baru, digolongkan dalam tingkat pemula. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan derajat keterampilannya, kemampuan siswa dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi tingkat selanjutnya, dan seterusnya sampai tingkat keterampilan tinggi. Kontinum horizontal mempunyai empat klasifikasi yang selalu berada dalam setiap klasifikasi kontinum vertikal. Keterampilan dapat pula diklasifikasikan menjadi dua, yaitu atas dasar persepsi dan kebiasaan. Cabang olahraga anggar, bola basket atau tenis dapat digolongkan sebagai cabang olahraga yang berkiblat pada persepsi, sedangkan jenis cabang olahraga senam, tolak peluru ataupun keterampilan mengemudi commit to user 80 termasuk kebiasaan. Dalam kegiatan olahraga potensi siswa sangat diperlukan untuk situasi yang selalu berubah. Reaksi tidak dapat dipastikan tergantung pada situasi yang dihadapi. Keterampilan memerlukan latihan dan ulangan – ulangan sampai menjadi gerakan yang memerlukan kebiasaan. Keterampilan yang bersifat kebiasaan memerlukan respons yang tepat terhadap situasi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan teori tentang hubungan antara stimulus S dengan respons R. Singer 1980: 18, menyatakan bahwa : “ Situasi yang dihadapi secara relatif adalah tetap, sedangkan respon yang diinginkan hanya dapat dihasilkan melalui latihan yang teratur dan perhatian dari siswa tersebut kegiatan yang dilakukan. Hasilnya adalah keterampilan yang berlangsung secara otomotik “. Belajar keterampilan, baik keterampilan yang bersifat sederhana maupun yang kompleks, menghendaki terintegrasinya fungsi – fungsi jiwa secara baik. Oleh karena itu diperlukan ketekunan, ketelitian, keterikatan pada tugas yang dihadapi, terpusatnya perhatian secara tajam dan terkoordinasinya antara persepsi dan gerakan. Romizowsky 1981: 129 mengemukakan bahwa : “ Belajar keterampilan melalui tahap – tahap : 1 memperoleh pengetahun, 2 melakukan respon aplikasi dari pengetahuan itu, 3 mengalihkan kontrol dari persepsi kepada feeling dan kemudian gerakan, 4 otomatisasi gerak keterampilan itu, dan 5 generalisasi keterampilan”. Suatu keterampilan harus dipelajari secara baik dalam kondisi – kondisi yang tetap sebelum siswa mengalami keadaan – keadaan yang sulit diperkirakan. Suatu respons tertentu tidak berguna bagi siswa untuk bereaksi di bawah aneka commit to user 81 ragam kondisi. Seorang pemain sepak bola penjaga gawang mungkin memiliki keterampilan yang baik ketika menangkap bola yang keluar dari mesin pelempar bola atau jet ball, tetapi situasi pertandingan menghendaki banyak keluwesan respons pada waktu bola datang dengan kecepatan yang berbeda – beda, dengan putaran, slice dan arah dan kecepatan yang berbeda. Hampir semua gerak keterampilan memerlukan lebih dari satu reaksi yang disiapkan. Kerumitan tersebut memerlukan pengertian dari pihak guru atau pelatih dan dari siswa sendiri agar diperoleh keterampilan sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pengajaran harus tanggap terhadap penekanan-penekanan yang penting dalam belajar keterampilan. Kadang-kadang orang sulit membedakan antara kemampuan dan keterampilan. Kemampuan sifatnya umum dan tahan lama, suatu pembawaan yang dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Sedangkan keterampilan bersifat spesifik untuk kegiatan tertentu yang diperoleh dari pengalaman dan berkenaan dengan suatu urutan respons yang dikembangkan secara spesifik. Untuk memprediksi kemampuan gerak masing-masing individu, telah banyak tes-tes ketangkasan gerak yang telah dikembangkan untuk diterapkan pada orang coba baik laki-laki maupun perempuan pada tingkat perkembangan yang berbeda. Tes tersebut bertujuan untuk membuat klasifikasi dan pencapaian tingkat ketangkasan sebagai prediksi terhadap kemampuan ketangkasan seseorang di dalam aktivitas jasmani. Jenis tes kemampuan gerak untuk anak Sekolah Dasar di sesuaikan dengan perkembangan fisik dan fisiologis anak. Pertumbuhan fisik erat kaitannya commit to user 82 dengan terjadinya proses peningkatan pematangan fisiologis pada diri setiap individu. Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Indikasi untuk menaksir kemampuan fisik anak dapat dilakukan dengan mengadakan tes. Tes untuk menaksir kemampuan fisik anak usia Sekolah Dasar di antaranya meliputi : lari, baring duduk sit-up , melompat, mengangkat badan pull-up dan sejenisnya termasuk koordinasi. Beberapa contoh tes kemampuan gerak dasar dari cozens athletic ability : dodging run , melempar bola basket dan sepakbola, loncat jauh tanpa awalan, lari seperempat mil dan lompat palang mathews, 1973 : 166. Scott’s motor ability test : obstacle race , loncat jauh tanpa awalan, dan lempar bola basket mathews, 1973 : 168. Barrow’s motor ability test : loncat jauh tanpa awalan, lempar bola soft-ball, lari zig-zag, lempar bola ke dinding, menempatkan bola medecine dan lari 60 yard. Mathews, 1973 : 170 . Melalui tes kemampuan gerak diatas sehingga mana anak yang memilki kemampuan gerak tinggi, kemampuan gerak dasar sedang dan kemampuan gerak dasar rendah. Perkembangan kemampuan gerak anak usia Sekolah Dasar meningkat sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik. Berbagai kemampuan gerak yang sudah mulai dapat dilakukan pada masa-masa sebelumnya semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak dapat diidentifikasi dalam bentuk gerakan mekanika tubuh yang makin efisien, gerakannya semakin lancar dan terkontrol serta pola gerakannya makin bervariasi dan bertenaga. commit to user 83 Kemampuan gerak dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan dalam kesehariannya. Apabila aktivitas yang dilakukan dapat leluasa, maka kemampuan gerak dasarnya akan berkembang dengan baik, tetapi sebaliknya bila aktivitasnya terkekang dan tidak diberikan kebebasan, maka kemampuan gerak dasarnya secara otomatis akan menjadi jelek. Padahal usia untuk belajar gerak yang paling tepat adalah masa sebelum adolensensi. Dapat ditegaskan bahwa keterampilan dasar dan minat terhadap keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun atau sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa masa anak-anak merupakan waktu yang tepat dan ideal untuk belajar keterampilan gerak dasar, sedangkan masa adolensensi merupakan waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak. Perkembangan kemampuan gerak anak dapat diketahui melalui pengetesan dan pengukuran. Espenschade dan Eckert 1980 : 196, menyatakan bahwa : “ Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak dapat diketahui dengan menggunakan pengetesan dan pengukuran kemampuan berlari, meloncat dan melempar”. Perkembangan kemampuan gerak pada anak dewasa sangat dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada masa kanak-kanak dan faktor latihan. Kecenderungan keterampilan gerak setiap individu pada anak bervariasi. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar yang tinggi yang ditandai dengan adanya penguasaan keterampilan gerak yang tinggi dan kemampuan gerak dasar rendah yang ditandai dengan penguasaan keterampilan gerak yang rendah. commit to user 84

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak

Perkembangan kemampuan gerak masing-masing siswa akan berlainan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam yaitu pembawaan maupun dari luar yaitu lingkungan dan sarana belajar. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak tinggi dan rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak Kemampuan gerak tinggi Kemampuan gerak rendah 1. aktivitas pada masa sebelumnya diberikan kebebasan 2. lingkungan, orang tua dan pra sarana pendukung 3. memiliki koordinasi tubuh dan kekuatan otot yang baik 4. motivasi melakukan kegiatan tinggi 1. aktivitas pada masa anak kurang atau dikekang 2. lingkungan, orang tua dan pra sarana kurang mendukung 3. koordinasi tubuh dan kondisi fisik lemah 4. kurang bermotivasi terhadap kegiatan olahraga. Seorang guru mempunyai kesempatan yang baik untuk mempertimbangkan potensi ketangkasan muridnya guna keperluan pengembangan di masa yang akan datang. Tingkat potensi ketangkasan siswa dapat pula digunakan sebagai salah satu faktor dalam pengembangan kurikulum olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan commit to user 85 sebagai usaha untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen agar diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam pengelompokkan yang homogen para siswa dapat melakukan kegiatan dan bersaing dalam kemampuan yang sama. Pengembangan kemampuan gerak juga banyak tergantung dari pada dasar fisiologis, peranan belajar dan lingkungan kebudayaan serta kemampuan seseorang. Faktor-faktor biologi dan fisiologi memainkan peranan penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Sebagai contoh adalah seseorang yang mempunyai indera mata kurang berfungsi, maka hasil tersebut akan mempengaruhi dan membatasi penglihatannya sehingga menyebabkan perbedaan dalam melakukan kegiatannya. Kemampuan gerak seseorang berbeda, tergantung dari sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan otot atau perbedaan susunan dari sistem saraf pusat. Faktor keturunan memberikan pengaruh pula pada kemampuan gerak, terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi, akan tetapi variasi yang sangat luas masih tetap dimungkinkan. Faktor- faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi pengembangan kemampuan, oleh karena itu prinsip seluruh proses pendidikan formal merupakan dasar. Kemampuan dasar mulai diperoleh dari awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan kehidupan anak-anak terutama adanya pemeliharaan pertumbuhan yang baik sangat penting artinya bagi pengembangan kemampuan dasar. commit to user 86

c. Peranan Kemampuan Gerak dalam Melakukan Keterampilan

Sepak dan Tahan Bola. Kemampuan gerak merupakan dasar pembentukan semua keterampilan gerak, termasuk keterampilan sepak dan tahan bola. Kemampuan gerak yang baik menunjang kecepatan proses belajar keterampilan gerak. Belajar keterampilan gerak merupakan proses yang berisikan aktivitas serta kejadian untuk mempelajari dalam usaha untuk menguasai suatu jenis gerakan keterampilan. Keterampilan gerak adalah kualitas gerakan yang ditampilkan yang merupakan hasil dari proses belajar motorik atau belajar gerak. Schmidt yang dikutip Rusli Lutan 1988:102 mengemukakan bahwa, belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil. Dalam mempelajari suatu gerak keterampilan diperlukan jangka waktu tertentu. Lama waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu keterampilan dipengaruhi kompleksitas gerakan keterampilan yang dipelajari dan kemampuan dasar anak. Kemampuan gerak merupakan unsur pembentuk keterampilan gerak. Kemampuan gerak merupakan fundamen penting untuk mempelajari suatu keterampilan gerak. Kemampuan gerak dasar mendasari keterampilan, dimana kemampuan tersebut disimpulkan dari tanggapan atau respon tertentu untuk jenis tugas yang tertentu pula. Jadi jelas bahwa, kemampuan gerak dasar sepakbola mempunyai pertalian dengan keterampilan. commit to user 87 Kemampuan gerak umum adalah kemampuan gerak dasar umum seseorang yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan ketrampilan suatu cabang olahraga. Singer 1975 : 225 – 226 mengatakan, bahwa kemampuan gerak motor ability , biasanya dihubungkan dengan perilaku gerak. Abilitas biasanya dianggap sebagai karakteristik yang relatif stabil atau permanent, ditentukan oleh faktor keturunan dan perkembagan relatif secara otomatis dalam proses pertumbuhan dan kematangan, serta tak mudah diubah melalui latihan atau pengalaman Rusli Lutan, 1988 : 339. Sebagai kemampuan terpendam yang melandasi penampilan gerak seseorang, maka abilitas dianggap sebagai factor pendukung bagi pelaksanaan suatu ketrampilan gerak yang selanjutnya membedakan kemampuan individual. Cabang olahraga sepakbola memerlukan berbagai kompunen fisik terutama; Daya ledak, kelincahan, koordinasi mata-tangan, kekuatan, kecepatan, sehingga setiap pemain dituntut memiliki kondisi fisik yang prima sehingga dapat menjalin sinergi gerak dengan pemain lainnya dalam satu regu sepakbola Sulaiman, 2008:73. 1 Daya ledak Power otot Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang diperlukan hampir semua cabang olahraga untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bompa 1990 : 273, menyatakan bahwa power adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan gerak. Dalam beberapa gerakan olahraga, power merupakan salah satu kemampuan biomotorik yang sangat penting. Banyaknya gerakan olahraga yang commit to user 88 dapat dilakukan dengan lebih baik dan sangat terampil apabila seseorang memiliki power yang baik. Power otot merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam melaksanakan sebagian besar skill olahraga. Beberapa pengertian power tersebut, ternyata ada dua faktor yang sangat penting dan menentukan sekali terhadap kemampuan power , yaitu faktor kekuatan otot dan kecepatan otot, sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa power adalah kemampuan otot untuk menggerakkan kekuatan mekasimal dalam waktu yang singkat. 2 Kelincahan Agility Menurut Nossek 1982 : 144 mengatakan bahwa, istilah kelincahan sering disamakan dengan koordinasi kemampuan gerakan-gerakan ketrampilan, kemampuan menggerakkan otot-otot atau kecekatan dexterity. Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan, bahwa orang lincah adalah orang yang memiliki kemmapuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh. 3 Koordinasi Mata – Tangan Schmidt 1988 : 265 mengemukakan bahwa koordinasi adalah perpaduan dua perilaku atau lebih, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan suatu ketrampilan gerak, maka koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara tanpa pengeluaran energi yang berlebihan, dengan demikan hasilnya adalah yang commit to user 89 efesien, halus, mulus smooth . Baik tidaknya koordinasi gerak.seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan gerakan secara mulus, tepat precise , dan efiesien. Hal ini berarti seseorang yang memiliki koordinasi gerak yang baik bukan hanya mampu melakukan keterampilan gerak dengan sempurna tetapi juga mampu melakukan gerakan keterampilan yang baru baginya. 4 Kekuatan Strength Kekuatan merupakan salah satu unsur kemampuan biomotorik yang yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu gerakan keterampilan skill dalam olahri Secara umum strength untuk didefinisikan sebagai kekuatan otot yang digunakan untuk melawan objek yang dapat dipindahkon atau digerakkan atau dan juga yang tidak dapat dipindahkan. Dari uraian di atas, maka strength merupakan faktor yang sangat penting dan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik. Seorang pemain sepakbola akan melakukan gerakan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola passing, heading, dribbling, shooting dengan baik apabila ia memiliki kekuatan otot yang baik. Dalam istilah yang sederhana strength kemampuan untuk menerapkan kekuatan dalam melawan beban. Strength dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan ketrampilan gerak Bompa, 2000 : 94. Tentang pentingnya peranan strength dalam aktivitas fisik, Harsono 1988:177 mengemukakan: 1 kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, 2 kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atletseseorang dari kemungkinan cidera, dan 3 dengan kekuatan atlet akan dapat commit to user 90 lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi. 5 Kecepatan Speed Harsono 1988:216 mengatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat ukan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Agar dapat melakukan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola dengan baik, seseorang harus memiliki kemampuan unsur-unsur biomotorik yang baik seperti: power otot lengan dan otot tungkai, kelincahan, koordinasi mata-tangan, dan kecepatan. Dalam melakukan gerakan passing,stopping, heading, dribbling dan shooting sepakbola agar memperoleh hasil maksimal, maka unsur kemampuan gerak umum yan telah diuraikan di atas sangat memegang peranan penting, karena dengan kemampuan tersebut, maka seseorang akan dapat melakukan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola dengan baik. Kemampuan mengarahkan dan menempatkan bola yang tepat dalam melakukan passing merupakan faktor utama keberhasilan dari seorang pemain sepakbola mengingat fungsi utama dari passing dalam permainan adalah mengoper bola kepada teman se-tim dalam membangun sebuah serangan dan juga sangat di butuhkan dalam melakukan serangan terutama digunakan untuk mengecoh lawan untuk menciptakan gol ke gawang lawan. commit to user 91

B. Penelitian yang Relevan