PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA

(1)

commit to user

1

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN

DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR

SEPAK DAN TAHAN BOLA PADA PERMAINAN

SEPAKBOLA

(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Diajukan oleh :

KODRAD BUDIYONO

NIM: A.120809114

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

2 PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN DAN

KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)

Disusun Oleh KODRAD BUDIYONO

A. 120809114

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd ……… ……….

NIP. 196007271987021001

Pembimbing II Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO ………

………. NIP.

194805311976031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragan

Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 194911081976091001


(3)

commit to user

3 PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN DAN PEMBELAJARAN DAN

KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

(Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta)

Disusun Oleh KODRAD BUDIYONO

A. 120809114

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Tanggal

Ketua Prof. Dr. Sugiyanto ……… ……....

Sekretaris Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd ……… ……....

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M. Pd ………. …...

2. Prof. Dr. dr.Muchsin Doewes, AIFO ……….... ………

Mengetahui

Ketua Program Studi Prof. Dr. Sugiyanto ……… .……..

Ilmu Keolahragaan NIP. 194911081976091001

Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph. D ……… ………


(4)

commit to user

4

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya : Nama : Kodrad Budiyono

NIM : A. 120809114

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul, “PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN GERAK TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK DAN TAHAN BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA“ adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,

Yang Membuat Pernyataan

Kodarad Budiyono NIM. A. 120809114


(5)

commit to user

5

MOTTO


(6)

commit to user

6

PERSEMBAHAN


(7)

commit to user

7 Kakak-kakak tercinta yang selalu memotivasi dan mengiringi langkah-langkahku di setiap saat.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak Dan Tahan Bola Dalam Permainan Sepak Bola“, dapat saya selesaikan dengan baik.

Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :


(8)

commit to user

8 a. Prof. Dr. dr. Moch. Syamsulhadi, Sp. KJ (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc,Ph.D, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Prof. Dr. H. M. Furqon H,M.Pd, Sebagai Pembimbing I, yang telah mencurahkan

pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai terselesaikannya tesis ini.

d. Prof. Dr. dr. H. Muchsin Doewes, AIFO, Pembimbing II yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selesai.

e. Prof. Dr. Sugiyanto, Sebagai Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. f. Prof. Dr.Ir.H. Ongko Cahyono, M.Sc, Rektor Universitas Tunas Pembangunan

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

g. Drs. Nurrudin Priya Budi Santoso, M.Or., Dekan FKIP UTP Surakarta yang telah memberikan izin penelitian di JPOK FKIP UTP Surakarata.

h. Drs. Teddy Agoeng. PD 3 FKIP UTP Surakarta, yang selalu member motivasi dan semangat.

i. Rekan-rekan Program Pascasarjana IOR angkatan 2009 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.

j. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.


(9)

commit to user

9 Surakarta, Januari 2011 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ………..….. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……….. iii

HALAMAN PERNYATAAN……… iv

MOTTO……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR……… xii


(10)

commit to user

10

ABSTRAK………. xiv

ABSTRACT………... xv

BAB I.PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ……...………...……….. 1

B. Perumusan Masalah ………..………….. 10

C. Tujuan Penelitian ………..……….. 11

D. Manfaat Penelitian ………..… 11

BAB II.KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .…………. 13

A. Kajian Teori……. ……….. 13

1. Permainan Sepakbola………... 13

a. Hakekat Permainan Sepakbola……….. 13

b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola..……. 16

2. Pendekatan Pembelajaran.……..……….…….. 20

a. Pendekatan Pembelajaran Bermain……….. 32

b. Pendekatan Pembelajaran Drill……….……… 38

3. Kemampuan Gerak …….……….. 42

a. Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak……... 55

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak…… 68

c. Peranan Kemampuan Gerak dalam Sepakbola……… 70

B. Penelitian yang Relevan………. 75

C. Kerangka Berfikir………...……… 76

D. Rumusan Hipotesis……….………....…….…... 79

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 80

A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 80

B. Metode dan Rancangan Penelitian…….……… 81

C. Variabel Penelitian………. 83

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian………...………. 84

E. Populasi dan Sampel ……….. 85

F. Teknik Pengumpulan Data ……… 87


(11)

commit to user

11

BAB IV. HASIL PENELITIAN……….. 95

A. Deskripsi Data………. 95

B. Pengujian Persyaratan Analisis……… 99

C. Pengujian Hipotesis………. 101

D. Pembahasan Hasil Penelitian………... 105

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……….. 110

A. Kesimpulan……….. 110

B. Implikasi……… 111

C. Saran………... 112

DAFTAR PUSTAKA ………... 113

LAMPIRAN………... 116

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar... 68 Tabel 2. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ………... 82

Tabel 3. Ringkasan ANAVA untuk Uji Reliabilitas………... 88

Tabel 4. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen Faktorial 2X2…………... 92

Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Sepak Dan Tahan Bola tiap Kelompok Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Siswa……… 96

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekwensi Populasi……….. 99


(12)

commit to user

12 Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenites pada Populasi……… 100

Tabel 8. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Dasar Berdasarkan Jenis Pembelajaran dan Kemampuan Gerak

Siswa……… 101 Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Penggunaan Metode

Pembelajaran (A1 dan A2)……… 102

Tabel 10. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Usia Siswa

(B1 dan B2)……….. 102

Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor……….. 103 Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls

Setelah Analisis Varians………..……….. 103 Tabel 13. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B

Terhadap Kemampuan Sepak dan Tahan bola……… 107


(13)

commit to user

13 DAFTAR GAMBAR

Hala man

Gambar 1. Cara Menendang Bola………...……….... 17 Gambar 2. Cara Menerima Bola…..……… ………….... 19 Gambar 3. Komponen Gerakan Efisien……….……... 55 Gambar 4. Histogram Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan

Sepak dan Tahan Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Siswa………. 97 Gambar 5. Histrogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kemampuan Sepak dan

Tahan Bola Pada Tiap Kelompok Perlakuan….………... 98 Gambar 6. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan


(14)

commit to user

14 DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tes Sepak dan Tahan Bola…………..…………... 116

Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Gerak……....…... 118

Lampiran 3. Foto-Foto Pelaksanaan Penelitian Pendekatan

Pembelajaran dan Kemampuan Gerak ……… 122

Lampiran 4 Data hasil Tes Sepak dan Tahan Bola...……….... 129

Lampiran 5. Data hasil Tes Kemampuan Gerak……….………... 130 Lampiran 6. Rekapitulasi Data Hasil Tes Sepak dan Tahan Bola


(15)

commit to user

15 ABSTRAK

KODRAD BUDIYONO. A 120809114, Perbedaan Pengaruh Pendekartan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak dan Tahan Bola Pada Permainan Sepakbola (Studi Eksperimen Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Drill Pada Siswa Putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan). Tesis:Surakarta. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan Drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola. (2) Perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola antara siswa yang berkemampuan gerak rendah dan tinggi. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemapuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SD Muhammadiyah 3 Nusukan Surakarta yang berjumlah 60 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik Purposive Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman-Kleus pada taraf signifikansi a = 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola. (2) Ada perbedaan hasil belajar sepak dan tahan bola yang signifikan antara siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan kemampuan gerak. (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan tingkat tingkat kemampuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola: a) siswa dengan kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain. b) Mahasiswa yang memiliki kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran drill.

Kata – kata kunci : Pendekatan pembelajaran, kemampuan gerak, dan hasil belajar sepak dan tahan bola.


(16)

commit to user

16 ABSTRACT

KODARD BUDIYONO. A120809114, the differences of the studying approach effect and the motor ability to the result of the football studies and the defence of the ball in the football game (the experiment studies of the game learning approach and drill to the boy students of SD Muhammadiyah 3 Surakarta). Thesis: Surakarta. UNS Surakarta Graduate Program, January 2011.

This research is aimed to know: (1) the differences of the effect between the playing approach studies and drill to the result of the football game. (2) the differences of the effect of the football result studies and the defence of the ball between the students who have the high and low of the motor ability. (3) the effect of the interaction between the studying approach and the motor ability to the result of the football and the defence of the ball in football game.

The method which used in this research is the experiment method with the factorial design 2x2. The population of the research is 60 boy students of SD Muhammadiyah 3 Surakarta, This sample of the research is 40 students, which is took by the purposive random sampling Data analysis techniques used in this research are two ways ANAVA followed by Newman-Kleus Range Test at significance level of ά = 0.05.

The result of the research shows that: (1) there are the differences of the signicant between the playing studying approach and drill to the result of the football studies and the defence of the ball. (2) there are the differences in the result of the football studies and the defence of the ball which is significant between the students who have the high and low of the motor ability. (3) there are some effects between the interaction which is signicant between the playing approach studies and the level of the basic ability to the result of the football studies and the defence of the ball : (a) the students who have the high motor ability are more appropriate if they are given by the playing approach studies. (b) university students who have the motor ability are more appropriate if they are given by the drill of the approach studies.

The key word : The approach of the studies, the motor ability,the result of the football studies and the defence of the ball.


(17)

commit to user

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani mengandung pengertian yang menyangkut suatu aspek dan bentuk kegiatan tertentu dari pelajar dalam proses pendidikan. Pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan jasmani dan kesehatan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat sehari-hari mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan individu maupun kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, serta emosi yang selaras, serasi dan seimbang. Ateng (2003:52) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan jasmani antara lain : (a) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan organik, (b) Keterampilan neuromuskuler motorik, (c) Perkembangan intelektual, (d) Perkembangan emosional.

Tujuan pendidikan jasmani yang ingin dicapai bernaung di bawah payung ranah-ranah sebagai berikut: ranah kognitif yang mencakup perkembangan intelektual, kegiatan kognitif dapat mencakup mulai dari ingatan tentang informasi yang sederhana sampai pada penafsiran yang tersusun secara canggih dan kesimpulan tentang informasi yang diterima. Ranah afektif yang mencakup perkembangan sosial-personal-emosional, keterampilan afektif dapat mencakup mulai dari emosi yang sederhana sampai interaksi sosial yang canggih. Ranah psikomotor, yang mencakup perkembangan neuromuskular atau syaraf


(18)

commit to user

18 otot, keterampilan psikomotor mencakup mulai dari kegiatan reflek yang tidak disengaja sampai penampilan keterampilan olahraga yang dipadu dengan baik.

Dalam proses belajar gerak banyak faktor yang berpengaruh, seperti faktor siswa, faktor latihan, faktor lingkungan dan faktor guru. Faktor pelajar merupakan faktor penentu utma dalam dalam proses belajar gerak.Motivasi bagi siswa itu sangat penting agar tujuan belajar dapat tercapai. Motor penggerak dalam belajar gerak agar bisa berhasil berasal dari siswa sendiri. Dengan motivasi yang besar, maka semangat belajar siswa akan tinggi pula.

Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun. Perkembangan fisik pada anak besar cenderung berbeda dengan masa sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat dibandingkan pertumbuhan togok. Pada tahun-tahun awal masa anak besar pertumbuhan jaringan tulang tulang lebih cepat dibanding pertumbuhan jaringan otot dan lemah, dengan demikian pada umumnya anak menjadi tampak kurus. pada tahun-tahun terakhir masa anak perkembangan jaringan otot mulai lebih cepat hal ini berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang menjadi lebih cepat juga.

Pada masa anak besar kecenderungan pertumbuhan fisik kearah tipe tubuh tertentu mulai terlihat, Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu faktor utama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani harus diprogram dengan baik dan benar-benar tepat, baik yang berhubungan dengan bentuk, lama, tingkat kesukarannya. Dampak perubahan yang mungkin terjadi pada diri siswa, situasi maupun tujuan yang hendak dicapai.


(19)

commit to user

19 Hal ini dapat dimengerti, karena kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah gerakan-gerakan jasmani yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan demikian bila salah pilih dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental siswa, bahkan kemungkinan dapat menimbulkan cacat badan maupun cacat rohani. Demikian jelaslah bahwa memilih kegiatan pembelajaran merupakan langkah penting di dalam penyusunan strategi pembelajaran pendidikan jasmani. Prakteknya, kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah banyak yang disusun secara sistematik baik yang berkenaan dengan bentuk, urutan waktu, lama pelaksanaan, tingkat kesukaran bahkan sudah dikaitkan dengan tujuan dan penilaian proses pembelajaran.

Pendidikan jasmani sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang dipilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga kesehatan


(20)

commit to user

20 terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.

Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang


(21)

commit to user

21 diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan ini akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar. Kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang amat kompleks, dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap awal pembelajaran, siswa baru mengenal substansi yang dipelajari baik yang menyangkut aspek pembelajaran kognitif, afektif maupun psikomotor. Bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang asing pada mulanya, namun setelah guru berusaha untuk memusatkan dan menarik perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Siswa sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, ada beberapa faktor pendukung yang diperlukan antara lain faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode atau cara untuk menyampaikan informasi. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus


(22)

commit to user

22 cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Efisiensinya terletak pada kecepatan dikuasainya materi pelajaran yang disajikan, sekalipun dalam waktu yang relatif pendek. Sehingga hendaknya guru dalam mengajar menggunakan pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang berarti kepada siswa, baik secara fisik maupun psikis sehingga akan meningkatkan partisipasi minat gerak seluruh siswa sehingga tingkat kualitas gerak maksimal. Dengan demikian jika metode yang dipilih itu tepat maka efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu akan produktif yaitu memberikan hasil yang banyak.

Metode pendekatan pembelajaran bermain dan drill merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran anak, karena kedua pendekatan tersebut yang lebih sering dipelajari dan dianggap lebih praktis dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani. Meskipun ada anggapan bahwa kedua metode ini tidak menarik dan membosankan atau sering dikatakan guru tidak kreatif, perlu diingat bahwa tidak ada metode pendekatan pembelajaran yang paling baik untuk selamanya dan setiap metode pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Terpenting adalah pendekatan pembelajaran itu akan baik jika pelakunya baik dan dilakukan dengan baik pula, tentunya dengan memperhatikan sarana dan prasarana, lingkungan dan karakteristik-karakteristik siswanya.


(23)

commit to user

23 Pendekatan bermain dan drill adalah salah satu cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui bentuk modifikasi permainan. Dalam pendekatan bermain siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat memliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur kompetitif, sehingga siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya.

Berdasarkan uraian pendekatan pembelajaran bermain dan drill yang telah diungkapkan di atas menggambarkan bahwa, pendekatan bermain merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar ketrampilan dasar bermain sepakbola khususnya sepak dan tahan bola. Namun pencapaian hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran saja, masih ada faktor lain seperti kemampuan kondisi fisik siswa, motifasi, sarana dan prasarana dan lain-lain.

Pendekatan pembelajaran yang tepat, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan gerak dasar yang telah dimiliki siswa. Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor umur. Faktor umur memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara kapasitas. Setiap kelompok umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang disebabkan faktor lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran. Anak yang memiliki tahapan umur lebih tinggi memiliki aspek kognisi yang lebih tinggi pula. Aspek kognisi mempengaruhi penerimaan


(24)

commit to user

24 informasi; makin tinggi tingkat kognisi makin mudah menerima informasi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya olahraga kurang memperhatikan karakteristik siswa yang didasarkan pada perkembangan usia. Sebagai contoh pembelajaran olahraga di sekolah dasar anak-anak kelas II diberikan pembelajaran yang sama dengan anak kelas V. Karakteristik fisik, mental dan sosial dipastikan memiliki perbedaan, oleh karena itu semestinya diberikan model pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok umur di Sekolah Dasar diperkirakan antara 7 – 12 tahun, maka dalam penelitian ini nantinya akan mengambil sampel siswa kelompok umur 8-11 tahun yang diperkirakan duduk dikelas II – VI. Uraian diatas menimbulkan permasalahan apakah ada perbedaan hasil pembelajaran yang diberikan kepada anak yang memiliki perbedaan usia.

Kemampuan gerak dasar juga mempengaruhi didalam mempelajari ketrampilan gerak dalam suatu cabang olahraga. Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik, maka akan meningkat pula kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat diidentifikasikan dalam bentuk gerakan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, lancar dan terkontrol, pola gerakan makin bervariasi dan bertenaga. Berbagai macam kegiatan yang mungkin dapat dilakukan apabila anak memperoleh kesempatan melakukan gerakan-gerakan yang lebih luas atau pada masa anaknya tidak terkekang. Gerakan-gerakan yang dilakukan bentuknya dapat menyerupai gerakan orang dewasa pada umumnya, hanya perbedaannya terletak pada pelaksanaan gerak yang masih lemah dan kurang bertenaga. Hal ini


(25)

commit to user

25 disebabkan kapasitas fisik anak belum dapat menyamai kapasitas fisik orang dewasa. Selain itu kapasitas fisik masing-masing anak tidak sama, hal ini disebabkan karena perbedaan koordinasi tubuh, ukuran tubuh dan kekuatan otot, sehingga terdapat kemampuan gerak dasar tinggi dan kemampuan gerak dasar rendah. Dengan demikian akan berbeda pula hasil pembelajaran didalam proses ketrampilan geraknya.

Sepakbola merupakan cabang olahraga permainan yang peraturannya dapat dimodifikasi, sehingga termasuk materi yang harus diberikan pada mata pelajaran pendidikan jasmani sekolah dasar. Bermain sepakbola memiliki unsur dasar yang sangat kompleks. Kompleksitas permainan membawa implikasi terhadap proses pembelajaran ketrampilan bermain sepakbola. Ketrampilan bermain merupakan hasil dari proses pembelajaran sejak usia dini. Pembelajaran sangat dipengaruhi kondisi siswa yang berupa faktor tinggi rendahnya kemampuan dasar, usia pertumbuhan, dan perkembangan fisik,mental dan sosial. Pada anak usia sekolah dasar (SD) memiliki karakteristik pertumbuhan fisik, mental dan sosial berbeda dengan usia-usia pada jenjang pendidikan lain. Oleh karena didalam pembelajaran keterampilan dibutuhkan metode mengajar yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengaruh gaya mengajar, kemampuan gerak dan kelompok umur terhadap keterampilan teknik dasar bermain sepakbola pada tingkat usia sekolah dasar merupakan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran ini adalah penguasaan unsur dasar bermain sepakbola yang diformulasikan dalam bentuk tes keterampilan.


(26)

commit to user

26 Mengingat begitu besar pengaruh pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola, maka perlu adanya penelitian tentang “Perbedaan Pengaruh pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Gerak Terhadap Hasil Belajar Sepak dan Tahan Bola Pada Permainan Sepakbola”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola ?

2. Adakah perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah?

3. Adakah pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan gerak terhadap peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :


(27)

commit to user

27 1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola pada siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta.

2. Perbedaan pengaruh hasil belajar sepak dan tahan bola pada permainan sepakbola bagi siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah pada siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta.

3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan gerak terhadap hasil belajar sepak dan tahan pada permainan sepakbola pada siswa putra SD Muhammadiyah 3 Surakarta.

.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat :

1. Memberikan wawasan pengetahuan terhadap para guru tentang pentingnya memilih pendekatan pembelajaran untuk menungkatkan ketrampilan bermain sepak bola, khususnya sepak dan tahan bola.

2. Bagi guru sebagai kajian dan referensi untuk menerapkan pendekatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga Sekolah Dasar

3. Memberikan sumbangan tentang pentingnya memperhatikan faktor motorik dalam upaya peningkatan ketrampilan teknik dasar bermain sepak bola.


(28)

commit to user

28 4. Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran maupun latihan bagi siswa atau atlet dalam rangka meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.

5. Secara teori untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel-variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa atau atlet dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar bermain sepakbola.


(29)

commit to user

29 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. KAJIAN TEORI

1. Permainan Sepakbola

a. Hakekat Permainan Sepakbola

Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerja sama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerja sama tim yang tangguh diperlukan permain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari beracam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain tidak lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik yang sangat menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerja sama kolektif akan tercapai.

Bagaimana anak dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepakbola seseorang harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang terus menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan saraf otot, untuk pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai


(30)

commit to user

30 sejak usia muda. Usia dimulainya latihan sepak bola menurut Sneyers (1988:11), yaitu: Usia pemula pemain sepak bola dimulai umur 6-13 tahun”. Menurut Yumisul Hairy (1999:39), yakni: ”Gambaran umum umur seseorang mulai latihan sepakbola yaitu umur 10-12 tahun, umur spesialisasi 11-13 tahun dan untuk mencapai puncak prestasi umur 18-24 tahun”.

Keterampilan teknik dasar bermain sepakbola adalah semua gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepak bola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua lengan dan tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball feeling yang sempurna serta peka terhadap bola.

Penguasaan keterampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha pengkajian terhadap peserta didik, bentuk dan modal pembelajaran serta faktor-faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan keterampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan-gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi saraf dan diperoleh dari hasil belajar Oleh karena itu untuk memperoleh tingkat keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem saraf dapat terkoordinasi dengan


(31)

commit to user

31 sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Pyke (1980:61), menyatakan bahwa : “Tanpa belajar atau latihan suatu keterampilan tidak akan tercapai”.

Teknik dasar bermain sepakbola merupakan semua gerakan-gerakan yang diperlukan untuk bermain sepakbola. Kemudian untuk bermain ditingkatkan menjadi keterampilan teknik bermain sepakbola yaitu penerapan teknik dasar bermain ke dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola meliputi teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan semua gerakan-gerakan tanpa bola yang terdiri dan lari cepat, mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu dengan badan dan gerakan-gerakan khusus penjaga gawang. Sedangkan teknik dengan bola meliputi mengenal bola, menendang bola, mengontrol bola, mengiring bola, heading, melempar bola. Beberapa teknik dasar yang perlu dipelajari menurut Sneyyer (1998:110), yaitu:

Mengendalikan bola dengan kaki, paha, dada dan kepala, meneruskan bola tanpa ditahan, dribbling, tendangan sambil salto, pass pendek dan panjang, melempar bola, tendangan langsung dan tidak langsung, tendangan sudut pendek dan yang panjang, menyundul bola, memberi efek pada bola dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fuchs (1981:48), adalah: “Keterampilan teknis bermain sepak bola terdiri dari menendang, trapping, dribling, volleying, heading dan throw-in”. Selanjutnya disebutkan secara garis besarnya keterampilan teknis bermain sepak bola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepak bola meliputi : menendang (instep kick, inside foot kick, outside foot kick, heel kick, trapping atau mcnghentikan bola (sole of the foot trap, foot trap, body trap). Tiap bagian dapat


(32)

commit to user

32 diajarkan secara terpisah-pisah sesuai dengan kebutuhan bahan atau materi pembelajaran.

Indikator penguasaan keterampilan bermain sepak bola, apabila masing-masing siswa menguasai dan mampu melakukan berbagai teknik dasar bermain sepakbola tersebut. Dalam proses pembelajaran selanjutnya, siswa agar selalu mempelajari dan mempraktekkan berulang-ulang bagaimana mengolah dan mempermainkan bola agar dapat menumbuhkan naluri terhadap gerak bola.

b. Sepak dan Tahan Bola dalam Permainan Sepakbola

1). Menendang atau Menyepak Bola

Menendang bola merupakan teknik dasar dengan bola yang paling banyak dilakukan dalam permainan sepakbola. Maka teknik dasar menendang bola merupakan dasar didalam bermain sepakbola. Seorang pemain yang tidak menguasai teknik menendang bola dengan baik, tidak akan menjadi pemain yang baik. Kesebelasan yang baik adalah semua kesebelasan yang semuanya menguasai teknik menendang bola dengan baik, dengan cepat, cermat dan tepat pada sasaran, sasaran teman maupun dalam membuat gol kemulut gawang lawan.

Supaya bermain dengan cepat pemain harus menguasai semua gerakan bagian dari teknik dan dapat memainkan bola dengan segala situasi dan posisi. Tidak mempergunakan gerakan – gerakan yang tidak perlu, kecuali memperlambat gerakan, juga membuang – buang tenaga. Pada waktu mendapat operan atau memberi operan. Pemain harus mempunyai ketrampilan menendang bola, tendangan operan kepada teman yang bergerak mudah diterima dan tanpa mendapatkan rintangan dari lawan, maupun tendangan tembakan kegawang


(33)

commit to user

33 lawan, maupun tendangan tembakan dengan sasaran tepat luang mulut gawang tanpa mendapat rintangan dari penjaga gawang.

Gambar 1. Cara menendang bola Prinsif teknik menendang bola, Menurut Soekatamsi (1988 : 45) :

a. Kaki tumpu

Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada persiapan menendang dan merupakan letak titik berat badan. Posisi kaki tumpu atau dimana harus meletakkan kaki tumpu terhadap bola, posisi kaki tumpu terhadap bola akan menentukan arah lintasan bola dan tinggi rendahnya lambungan bola. Lutut kaki tumpu kaki sedikit ditekuk dan pada waktu menendang lutut diluruskan. Gerakan dari lutut ditekuk kemudian diluruskan merupakan kekuatan mendorong kedepan.

b. Kaki yang menendang

Kaki yang menendang adalah kaki yang digunakan untuk menendang bola. Pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola pada saat menendang dikuatkan atau ditengahkan, tidak boleh bergerak. Tungkai kaki yang menendang


(34)

commit to user

34 diangkat kebelakang kemudian diayunkan kedepan sehingga bagian kaki yang digunakan untuk menendang mengenai bola, kemudian diteruskan dengan gerak lanjutan kedepan, dan seterusnya bergerak lari untuk mencari posisi.

c. Bagaimana bola yang ditendang

Merupakan bagian sebelah mana bola yang ditendang, akan menentukan : Yaitu arah dan jalan bola, tinggi rendahnya lambungan bola.

d. Sikap badan

Sikap badan pada waktu menendang sangat dipengaruhi oleh posisi tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola, maka pada saat menendang bola tepat diatas bola dan badan akan sedikit condong kedepan, sikap badan ini untuk tendangan bola menggulir rendah atau melambung sedang. posisi kaki tumpu berada disamping belakang bola, maka pada waktu menendang bola badan berada diatas belakang bola hingga sikap badan condong kebelakang, maka hasil tendangan bola melambung tinggi.

e. Pandangan mata

Pandangan mata terutama untuk mengamati situasi atau keadaan permainan, akan tetapi pada saat akan menendang bola mata harus melihat pada bola dan ke arah mana bola akan ditendang.

2). Menerima atau Menahan Bola

Menerima bola diartikan sebagai cara menangkap bola, menghentikan bola atau menguasai bola. Menerima bola dapat dilakukan dengan semua bagian badan dari kaki sampai dahi (kepala), kecuali dengan lengan dan tangan. Dalam menerima bola atau menghentikan bola pada dasarnya adalah dengan cara


(35)

commit to user

35 mengurangi kekuatan atau kecepatan bola hingga bola berhenti untuk kemudian dikuasai.

Prinsip menerima bola, menurut Soekatamsi (1988 : 124) :

1. Lari menjemput datangnya arah bola, pandangan mata tertuju kearah bola. 2. kaki tumpu menerima seluruh berat badan , lutut ditekuk sedikit.

3. Bagian badan atau bagian kaki yang dipergunakan untuk menerima bola, pada waktu kontak dengan bola digerakkan mengikuti arah lintasan bola hingga bola berhenti atau tidak mental (mantul) dan berhenti dekat badan, selanjutnya bola dikuasai.

4. Sebelum menerima bola harus segera dipikirkan bola akan diapakan setelah dikuasai, dioperkan kepada teman, digiring atau ditembakkan ke arah mulut gawang lawan.


(36)

commit to user

36

2. Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah agar anak mampu secara tepat menguasai dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat anak mampu menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang diajarkan. Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat melukukan secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari sisi interaksi guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar. Dapat


(37)

commit to user

37 didefinisikan bahwa gaya mengajar adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan untuk membantu siswa dalam mencapai penguasaan keterampilan.

Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne dalam Brophy (1990 : 129), mengemukakan bahwa “Hirarki belajar adalah dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : (1) Belajar signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya menyiapkan kelas dengan bunyi bel. (2) Belajar respon stimulus yaitu belajar suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan (3) Belajar diskriminasi yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama supaya mempunyai respon pada perbedaan ciri individu, misalnya mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif.

Piaget dalam Brophy (1990:134) menyatakan dalam pembelajaran gerak disebut “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang


(38)

commit to user

38 korektif. Latihan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta siswa sebagai umpan balik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams (1991:134) bahwa “Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif.

Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari bertambah bebannya dan yang mudah sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap oleh siswa dan memperoleh hasil belajar secara optimal yang berupa perubahan-perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena setiap individu memiliki kemampuan gerak dasar yang berbeda. Nana Sudjana (2002:109) bahwa Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : (a) proses belajar-mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat. (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. (c) proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan-belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi


(39)

commit to user

39 penyampaiannya. (e) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.

Menurut Gagne dalam Sugiyanto, Sudjarwo (1994:233), bahwa “belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Kompleksitas pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi pengembangan ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan akademiknya mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya.

Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut Magill (1980:8) adalah “Perubahan dari individu yang didasarkan dari perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil praktek. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu.


(40)

commit to user

40 Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.

Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif, afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif Guiford dalam Magill (l980:2), menamakan “intelectual activities)” yaitu "kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.

Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa “Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia


(41)

commit to user

41 dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”. Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.

Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak. Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik (penggabungan sensor) dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit yang paling sederhana dan otot (neoromuskular).

Menurut Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:203), bahwa “Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang


(42)

commit to user

42 mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam olahraga. Misalnya penjaga belakang (catcher) baseball harus melihat bola yang masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip.

Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal masa anak-anak usia 2-8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak-anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.


(43)

commit to user

43 Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:204) bahwa “Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan”.

Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga.

Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang


(44)

commit to user

44 terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.

Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205) menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :

Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya

Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat


(45)

commit to user

45 program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya

Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya.

Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam mengajar teknik dasar bermain sepakbola harus dipusatkan pada dasar-dasar menendang bola pada saat siswa memusatkan perhatian secara kognitif pada tugas tersebut. Jika pola-pola itu telah baik dan terpadu murid mulai mengendalikan jarak tendangan bola sampai mengendalikan bola yang datang kearahnya. Seolah-olah seperti permainan yang sesungguhnya. Tujuan guru memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon


(46)

commit to user

46 gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap yang lebih kompleks.

Banyak metode-metode yang sering digunakan dalam stretegi pembelajaran. Hal ini bias peneraapan cara-cara mengajar agar proses belajar bias berjalan dengan baik dan tujuan bias tercapai. Dalam menentukan stratetegi mengajar seorang guru bias memilih atau menerapkan cara-cara atau metode-metode yang sering digunakan dalam pengajaran gerak olahraga. Menurut Sugiyanto, Sudjarwo (1993:78), ada beberapa macam metode pembelajaran diantaranya adalah:

1. Metode praktek keseluruhan 2. Metode praktek bagian 3. Metode drill

4. Metode pemecahan masalah 5. Metode bermain

6. Metode ketepatan 7. Metode kecepatan

Dari beberapa macam metode pendekatan mengajar diatas, pada dasarnya memliki tujuan yang sama. Hanya saja dalam setiap metode meliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan


(47)

commit to user

47 sebagai suatu prestasi yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan McClenaghan (1993:205) bahwa “Menunjukkan bagaimana mengubah satu variabel kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan seorang pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang tampak sebelum memulai gerakan.

Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih berkaitan dengan rekreasi. Seseorang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia 25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan gerak. Menurut Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:207) bahwa “Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga


(48)

commit to user

48 yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan bertambahnya umur”.

a. Pendekatan Pembelajaran Bermain

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.

2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.


(49)

commit to user

49 3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.

Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Penggunaan metode pendekatan ketepatan dan pendekatan kecepatan perlu memperhatikan gerakan yang dipelajari dan penerapannya dalam kondisi nyata pada saat bermain. Meningkatkan ketepatan gerakan pada latihan yang mendahulukan ketepatan. Pada gerakan ketrampilan dimana kelanjutan (momentum) gerakan sangat diperlukan, permulaan belajar yang menekankan ketepatan berakibat merugikan perkembangan selanjutnya.

1) Bermain

Bermain sangat di sukai oleh anak-anak, karena sifat dari bermain sendiri adalah menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan ”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin (1992:17) mengartikan ”bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat atau produktif untuk menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon (2008: 4) menyatakan bahwa


(50)

commit to user

50 Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari bermain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas gerak siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa.

Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 9-10) kegiatan penjas bernuansa permainan mengandung beberapa ciri sebagai berikut:

1. siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu. 2. mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secara sehat.

3. menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat berlatih.

4. tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan kemampuan siswa dan menjadi tantangan.

5. menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang baru.


(51)

commit to user

51 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu untuk bersenang-senang.

2) Fungsi Bermain

Melalui Pendekatan pembelajaran bermain maka pendekatan pembelajaran yang diberikan terkemas dalam bentuk situasi permainan yang sebenarnya. Melalui pendekatan pembelajaran bermain, akan senantiasa tercipta suasana belajar yang memungkinkan siswa untuk selalu bergerak sesuai dengan tugas dan tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran pendidikan jasmani, pendekatan bermain merupakan salah satu cara pembelajaran yang memberikan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerak, serta keterampilan siswa secara menyeluruh.

Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintaka (1992: 7) ”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”.


(52)

commit to user

52 Selanjutnya menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) dengan bemain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, kegiatan bermain dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:

1. manfaat bermain untuk perkembangan fisik. 2. manfaat bermain untuk perkembangan motorik. 3. manfaat bermain untuk perkembangan sosial. 4. manfaat bermain untuk perkembangan emosional.

5. manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga.

3) Modifikasi Permainan

Modifikasi permainan mencakup perkembangan, pengurangan dan penguasaan perilaku tertentu. Ini biasanya bermanfaat dalam menyatakan elemen-elemen khusus dalam permainan yang berlebih-lebihan dalam lingkungan yang menyenangkan, aman dan agak menantang.

Elemen-elemen ini dirasakan kurang bagi para pemain muda yang kurang pengalaman sebagai seperangkat dasar yang dilihat oleh siswa sebagai suatu yang dapat dicapai oleh siswa. Dengan perubahan-perubahan pada peraturan tertentu yang lebih aman dan pada situasi-situasi yang tidak dibuat-buat akan dapat dijamin dalam permainan tersebut yang biasanya meliputi kontak fisik dan perilaku siswadapat diawasi. Modifikasi permainan dan peraturan dapat dipakai sebagai bahan untuk mengatur ketrampilan dan taktik agar lebih bermakna yang sebenarnya. Hal ini akan membantu dalam pengembangan pengertrian tentang hubungan antara peningkatan gerak.


(53)

commit to user

53

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola

dengan Pendekatan Bermain

Pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan bermain merupakan cara belajar sepak dan tahan bola yang dilakukan dalam bentuk permainan. Permainan sepak dan tahan bola sepakbola dilakukan berdasarkan peraturan permainan yang telah di tentukan oleh pengajar atau pelatih. Namun dari permainan tersebut hanya menggunakan teknik dasar sepak dan tahan bola. Permainan sepak dan tahan bola tersebut pemain tidak diperbolehkan memainkan teknik lainnya. Jika memainkan teknik lainnya (selainsepak dan tahan bola) dianggap sebagai pelanggaran, sehingga mendapat hukuman bola menjadi hak lawan dan dilakukan tendangan dari samping lapangan.Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain dapat di identifikasi kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan pembelajaran sepak dan tahan bolasepakbola dengan pendekatan bermain antara lain:

1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan gembira serta motivasi belajar meningkat.

2) Dapat meningkatkan kerjasama tim dan memicu siswa untuk berfikir dan 3) memecahkan masalah yang dihadapi dalam permainan.

4) Aturan pelaksanaan gerak diberikan secara sederhana dan memberikan situasi gembira.

5) Gerakan-gerakan sepak dan tahan bola dapat dilakukan secara variatif dan meningkatkan perkembangan siswa.


(54)

commit to user

54 Kelemahan pembelajaran sepak dan tahan bola sepakbola dengan pendekatan bermain antara lain:

1) Bagi siswa yang belum menguasai teknik sepak dan tahan bola kurang tertarik, sehingga kurang senang dengan permainan.

2) Akan sering terjadi kesalahan teknik (siswa sering melakukan teknik selain Sepak dan tahan bola).

3) Permainan akan sering berhenti karena sering terjadi kesalahan teknik.

4) Konsep pemahaman diri atau pribadi cenderung kurang. 5) Kurang cocok untuk belajar ketrampilan tingkat dasar.

a. Pendekatan Pembelajaran Drill

Pendekatan drill pada dasarnya merupakan pendekatan belajar yang berorientasi pada guru sebagai cara pendekatan didalam belajar gerak pada siswa sekolah dasar. Dalam metode pendekatan drill memang memilki kelebihan dan kekurangan seperti halnya metode-metode pendekatan pembelajaran yang lainnya. Dalam pendekatan drill guru harus menciftakan situasi tertentu untuk memacu siswa berfikir dan berbuat sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru. Gurulah yang menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan itu. Siswa melakuakan gerakan-gerakan sesuai apa yang diinstruksikan oleh guru,dan melakukannya berulang-ulang. Misalnya didalam mengajar bermain sepakbola, guru menetapkan tujuan pengyaitu murid mampu melakukan ketrampilan dasar bermain sepak bola seperti sepak dan tahan bola.


(55)

commit to user

55 Metode pendekatan drill sangat sesuai apabila digunakan untuk siswa yang tujuan belajarnya adalah agar siswa menguasai ketrampilan gerak tertentuyang sudah pasti atau sudah baku dengan materi belajarnya berbentuk gerakan yang bersifat ketrampilan tertutup atau self paced.

Sugiyanto, Sudjarwo (1994 : 84) ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila pendekatan drill yang digunakan yaitu ;

1) Pendekatan Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.

2) Siswa diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pada pelaksanaan gerak serta ketepatan penggunaannya. Apabila siswa tidak meningkat dalam penguasaan geraknya, situasi dapat dianalisa untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaan.

3) Selama proses pelaksanaan pendekatan drill perlu sesekali mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Koreksi pada tahap awal kepada semua siswa bisa memberikan rangsangan yang efektif. Sejalan dengan pelaksanaan koreksi, diperlukan komentar umum tentang gerakan yang benar. Siswa harus disadarkan akan tujuan tercapai melalui

pendekatan drill.

4) Pelaksanaan pendekatan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.

5) Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi pendekatan drill kesituasi permainan yang sebenarnya. Latihan peralihan ini berbentuk drill beberapa unsur gerakan yang dilakukan secara berangkai mendekati situasi dan permasalahan yang ada dalam permainanyang ada dalam permainan yang sebenarnya.

6) Suasanan kompetitif perlu diciftakan dalam pelaksanaan pendekatan drill tetapi tetap ada kontrol kebenaran gerakannya.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Sepak dan Tahan Bola dengan Pendekatan

Drill

Sesuai dengan pengertian pendekatan drill, maka pembelajaran sepak dan tahan bola disusun dan diatur oleh guru atau pelatih dan siswa melakukan tugas sesuai instruksi dari guru. Pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola dengan pendekatan drill yaitu, guru mengatur siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan pembelajaran sepak dan tahan bola semua siswa memperoleh


(1)

commit to user

126

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan pendekatan pembelajaran drill terhadap hasil belajar sepak dan tahan bola. Pengaruh pendekatan pembelajaran drill lebih baik daripada pendekatan pembelajaran bermain

2. Ada perbedaan hasil belajar sepak dan tahan bola yang signifikan antara siswa yang mempunyai kemampuan gerak tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan gerak rendah. Peningkatan kemampuan sepak tahan bola pada siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih baik dari pada yang memiliki kemampuan gerak rendah.

3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran drill dan kemampuan gerak terhadap kemampuan sepak dan tahan bola. a). Siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih cocok jika diberikan

pendekatan pembelajaran bermain.

b). Siswa dengan kemampuan gerak rendah lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran drill.


(2)

commit to user

127

B. Implikasi

Kesimpulan dari hasil penelitan ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpilan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Metode pendekatan pembelajaran bermain dan drill serta kemampuan gerak

merupakan variabel – variabel yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola. Selain memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku dalam sepak dan tahan bola, variabel lain juga harus diperhatikan. Dimana indikator kemampuan gerak yang dimaksud adalah kemampuan gerak tinggi dan rendah.

2. Pendekatan pembelajaran drill terntyata memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola . Kebaikan pendekatan pembelajaran drill ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola.

3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode pembelajaran

dapat meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, masih ada faktor lain yaitu kemampuan gerak. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola yang sangat signifikan antara kelompok yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan rendah. Hal ini mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya peningkatan hasil belajar sepak dan tahan bola hendaknya memperhatikan faktor kemampuan gerak.


(3)

commit to user

128

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan saran – saran sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran drill merupakan pembelajaran yang cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, sehingga disarankan agar para guru dan pelatih memprogramkan pendekatan pembelajaran drill

untuk meningkatkan kemampuan sepak dan tahan bola.

2. Pendekatan pembelajaran drill memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, sehingga pengajar dan

pelatih lebih memilih pendekatan pembelajaran drill dalam upaya

meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan boala siswanya.

3. Penerapan penggunaan metode pendekatan pembelajaran drill untuk

meningkatkan hasil belajar sepak dan tahan bola, perlu memperhatikan faktor kemampuan gerak.

4. Meskipun hasil tes kemampuan sepak tahan bola dalam penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah, tetap disarankan kepada guru pendidikan jasmani untuk selalu mengembangkan kemampuan gerak dasar sebagai landasan untuk meningkatkan kemampuan sepak tahan bola.


(4)

commit to user

129 DAFTAR PUSTAKA

Ateng, A. 2003. Olahraga Di Sekolah. Dalam Perkembangan Olahraga Terkini, Kajian Para Pakar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Depdiknas. Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Penjas Dikdasmen.

Aip Syarifuddin. 2004. Atletik. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Penilaian Tenaga Kerja.

Bompa, Tudor O. 1990. The Theory and Metodology of Training the Key to

Athletic Performance. Dubuque, IOWA: Kendall/Hunt.

Brooks, George A., and Thomas D. Fahey. 1984. Exercise Physiology Human

Bionergetics and Its Aplication. New York : Juhn Willy An Sons Inc.

Baumgartner, Ted A., Andrew, S. Jackson, Mathew, T. Mahar and David, A. Rowe. 1998. Measurement For Evaluation in Physical Education And

Exercise Science. 5th ed USA : Wm.C. Brown Communication, Inc.

Broer, Marion R. And Ronald F. Zernicde. 1979. Efficiency of Human Movement. Philadelphia : W.B. Sounders Company.

Drowatzky, John N. 1975. Motor Learning : Principles and Practices. Minncapolis. Minnesota : Burgess Publishing Company.

Fleishman, Edwin A. 1965. The Structure and Measurement of Physical Fitnes. Washington, DC : Prentice Hall Inc.

Fuch, Erich, Dieter Kruter and Gunter Johnson. 1981. Sepakbola: Pembinaan

Teknik dan Kondisi (Terjemahan: Agus Setiadi). Jakarta: Penerbit PT.

Gramedia.

Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. 3rd Edition. New York : Holt, Rinchart and Winston.

Glass, Gene., and Hopkins, D. Kenneth. 1984. Statistical Methods in Education

and Physicology, Second Edition, New Jersey : Printies Hal. Inc.

Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. 3rd Edition. New York : Holt, Rinchart and Winston.

Harrow, Anita J. 1977. A. Taxonomy of The Psychomotor Domain. Second Edition. New York : David Mc. Kay Company Inc.

Harsono. 1988. Choaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Choaching.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti.

Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan Anak. (Terjemahan olah Meitasari Tjandrasa dan Mushichah Zarkasih). Edisi ke 6 Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Yunusul Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Magill, Richard A. 1980. Motor Learning : Concepts and Applications. IOWA : Wm.C. Brown Company Publishers.

Mathews, Donald K. 1972.Measurement in Physical Education. Philadclphia : W.B. Saunders Company.


(5)

commit to user

130

M. Furqon H.2008. Mendidik Anak dengan Bermain.Buku Pegangan Guru Penjas

di Sekolah Dasar. Universitas Sebalas Maret.

Mosston, Muska and Ashworth. 1994. Teaching Physical Education. Fourth Edition. Mac. Millan Publishing Company. New York USA.

Nana Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru Agresindo.

Nossek, J. 1982. General Theory of Training. National Institute for Sports, Lagos: Pan African Press.

Nurhasan. 2001. Petujuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya : UNESA Perss. Pate, Russell.R; Bruce McClenaghan; dan Robert Rotella,. 1984. Dasar-dasar

Ilmiah Kepelatihan. Terjemahan Kasio Dwijowianto. Semarang : IKIP

Semarang Press.

Pyke, f.s. 1980. Toward Better Coaching Advanced Coaching manual. Australian Coaching Counchil Incorporate.

Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Rusli Lutan & Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Romizowsky, A.J 1981.Desihning Intuctional System. New York : Kogan Page, Random/Nichols Publishing.

Schmidt, Ricard.1988. Motor Control and Learning Behavioral Empharsis; ISA. Champaign Kinetics Books.

Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York : Mac. Millan Publishing Co. Inc.

Sneyers, Jeff. 1988. Sepak Bola Latihan dan Strategi Bermain. (Alih Bahasa : L. Lanjang) Jakarta : PT. Rosdo Jaya Putra Offset.

Soekatamsi. 1985. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Universitas Sebelas Maret.

Sukintana. 1992. Teori Bermain Untuk D2, PDSD Penjaskes. Jakarta :

Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Tenaga Kependidikan.

Sulaiman. 2008. Sepak Takraw Pedoman Bagi Guru Olahraga, Pembina, Pelatih,

dan Atlet. Semarang :Unnes Press.

Sugiyanto,. Sudjarwo. 1994. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana. 2000. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.


(6)

commit to user

131 Thompson, Peter, J.L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan. (terjemahan

Suyono). Jakarta: Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.

Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-dasar ketrampilan atletik bermain untuk sekolah

lanjutan Tingkat pertama (SLTP). Jakarta: Depdiknas. Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.