Sistem Analisis Saponifikasi TINJAUAN PUSTAKA

commit to user dimanfaatkan. Salah satu produk sampingnya adalah minyak ikan lemuru lemuru precook oil yang merupakan limbah dan hanya dijual murah untuk digunakan dalam industri cat, vernis, dan bahan campuran pakan ternak atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Minyak ikan lemuru lemuru precook oil adalah limbah cair yang dihasilkan pada tahap prapemasakan precooking dalam proses pengalengan ikan lemuru. Industri pengalengan ikan lemuru dapat menghasilkan lemuru precook oil sebanyak 5 dari total bahan baku yang digunakan Rasyid, 2001. Minyak sawit diperoleh dari hasil ekstraksi buah kelapa sawit Elaeis guinensis JACQ dengan proses fraksinasi minyak dengan tujuan memisahkan minyak sawit menjadi dua bagian besar yaitu minyak cair sebanyak 70 – 80 dan minyak padat sebanyak 20-30. Minyak sawit adalah minyak yang serba guna, murah dan lebih tahan panas dibanding dengan minyak nabati lain. Minyak sawit juga mengandung senyawa- senyawa seperti air, α dan ß karoten, vitamin E, sterol, fosfolipida, glikolipida, asam lemak bebas dan komponen yang mengakibatkan bau yang tidak disenangi Murdiati, 1992.

D. Sistem Analisis

Kamal 1994 menjelaskan bahwa ada dua sistem analisis kimia yang selalu dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui macam fraksi atau senyawa yang merupakan penyusun pakan. Kedua sistem tersebut adalah: 1. Sistem Analisa Proksimat Analisa proksimat merupakan dasar analisa kimia yang berguna untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, selain itu juga untuk menentukan pakan standar untuk semua jenis ternak. Berikut ini merupakan diagram analisis proksimat dapat dilihat dalam Gambar 6. commit to user Gambar 6. Skema Sistem Analisa Proksimat Kamal, 1994. 2. Sistem Analisa Serat Deterjen Bahan pakan asal tanaman yang berupa hijauan terdiri dari dua kelompok fraksi yaitu fraksi penyusun isi sel dan fraksi penyusun dinding sel. Berikut ini merupakan skema analisis serat deterjen dalam Gambar 7. PAKAN kering udara Kering Oven 100-105 C Ekstrak Ether Bakar BAHAN ORGANIK Kjeldahl Rebus asam H 2 SO 4 1.25 AIR menguap ABU LEMAK KASAR larut Destruksi H 2 SO 4 Ampas Filtrat Rebus Basa H 2 SO 4 1.25 Destilasi NaOH 50 Ampas Filtrat Tanur 500-600 C SERAT KASAR menguap Abu Tampung H 3 BO 3 0.1 N Tampung H 2 SO 4 0.1 N Titrasi Blanko Titrasi Blanko Titrasi Sampel Titrasi Sampel NaOH 0.1 N HCl 0.1 N NITROGEN NITROGEN commit to user Gambar 7. Skema Sistem Analisa Serat Detergent Kamal, 1994

E. Saponifikasi

Bila lemak dipanaskan dengan alkali seperti Natrium Hidroksida, maka lemak pecah menjadi gliserol dan garam alkali dari asam-asam lemak. Garam- garam alkali tersebut dinamakan sabun dan prosesnya disebut penyabunan. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabun suatu jumlah lemak adalah ukuran dari panjangnya rantai asam lemak yang ada. Semakin kecil molekul- molekul asam lemak semakin banyak jumlah molekul-molekul tersebut per gram lemak dan semakin besar jumlah alkali yang dibutuhkan untuk PAKAN neutral deterjen reagent H 2 SO 4 Acid Detergent Soluble ADS hemiselulosa Silika abu Tanur 500-600 C Lignin Selulosa larut Neutral Detergent Soluble NDS isi sel protein, lemak, karbohidrat Neutral Detergent in-Soluble Fiber NDF Dinding sel acid deterjen reagent Acid Detergent in-Soluble Fiber ADF selulosa, lignin, silika Ampas Lignin dan silika KMnO 4 Lignin larut Ampas Selulosa dan silika Tanur 500-600 C Silika Selulosa gas commit to user penyabunan. Ukuran tersebut dinamakan bilangan penyabunan Anggorodi, 1990. Hasil penelitian Adawiah 2006 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan domba yang diberi ransum suplementasi minyak ikan, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung lebih tinggi P0,01 dibandingkan dengan ransum suplementasi minyak jagung, sabun zink minyak ikan, dan sabun zink minyak jagung. Konsumsi bahan kering domba yang diberi ransum suplementasi minyak jagung dan sabun kalsium minyak jagung lebih tinggi P0,01 dibandingkan dengan domba yang diberi ransum suplementasi minyak ikan, sabun kalsium minyak ikan, sabun zink minyak ikan, dan sabun zink minyak jagung. Kecernaan bahan kering ransum yang disuplementasi sabun kalsium minyak ikan lebih tinggi P0,01 dibandingkan ransum lainnya. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan lemak dalam bentuk sabun kalsium pada taraf 3 lebih efektif dibandingkan dengan sabun zink pada taraf 3 dan minyak tanpa pengolahan pada taraf 1.5 pada domba Garut betina umur 6 sampai 12 bulan. Lemak dalam bentuk sabun kalsium memperbaiki produktivitas ternak, diduga karena asam-asam lemak esensial dapat langsung dimanfaatkan oleh ternak tanpa didegradasi oleh mikroba rumen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan sebagai pembangun struktur sel dan struktur membran sel. Hasil penelitian Tanuwiria et al. 2006 melaporkan bahwa minyak jagung dan suplementasi komplek Ca-minyak minyak jagung, minyak kacang tanah dan minyak ikan yang dilakukan pengujian secara in vitro tidak mempengaruhi fermentabilitas VFA dan NH 3 , kecernaan bahan kering dan bahan organik. Produksi VFA dari setiap ransum perlakuan berada pada kisaran normal, sesuai dengan Sutardi 1979 cit Tanuwiria et al. 2006 bahwa kadar VFA yang optimum untuk pertumbuhan mikroba rumen adalah 80-160 mM. Kecernaan bahan kering dan bahan oranik antara perlakuan berbeda tidak nyata P0.05. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mikroba berada pada kondisi normal, dengan normalnya aktivitas mikroba berarti jumlah pakan yang commit to user dikonsumsi dan laju pakan di dalam rumen antara keempat perlakuan tidak ada perbedaan. Hasil penelitian Adawiah 2007 melaporkan bahwa konsentrasi NH 3 rumen domba yang diberi ransum suplementasi minyak jagung, sabun kalsium minyak ikan, dan sabun kalsium minyak jagung lebih tinggi P0,05 dibandingkan dengan domba yang diberi ransum suplementasi minyak ikan pada domba Garut betina dengan bobot badan 22.38 ± 3.56 kg. Kadar NH 3 dalam penelitian antara 8.0 dan 11.0 mM, dimana kadar NH 3 berada pada kisaran normal yaitu 4 sampai 14 mM Satter Slyter, 1974; Sutardi, 1979; Preston Leng, 1987; Adawiah, 2007 sehingga mendukung pertumbuhan mikroba dalam rumen. Kisaran VFA yang layak bagi kelangsungan hidup ternak adalah 80 sampai 160 mM, kadar VFA dalam penelitian ini antara 95 sampai 118 mM. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan proteksi lemak yang digunakan pada ransum ruminansia tidak menurunkan kecernaan serat atau menghambat pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, produk fermentasi serat oleh mikroba tetap dalam batas normal pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian Widiyanto 2007 menunjukkan bahwa suplementasi minyak biji kapok MBK 5 tanpa proteksi tidak mempengaruhi utilitas pakan serat. Utilitas serat menurun bila aras suplementasi MBK ditingkatkan menjadi 10 atau lebih tanpa proteksi. Penurunan utilitas serat makin besar sejalan dengan makin tingginya aras suplementasi MBK. Proteksi asam lemak tidak jenuh dapat memperbaiki daya guna pakan serat, yang tercermin pada peningkatan Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik, dan NDF rumput lapangan yang tersuplementasi MBK 10 dan 15. Suplementasi MBK sampai 5 tidak berpengaruh pada produksi protein total. Suplementasi MBK 10 atau lebih menurunkan daya guna pakan serat. Proteksi asam lemak tidak jenuh mengurangi penurunan daya guna pakan serat tersuplementasi MBK. commit to user

F. Kecernaan

Dokumen yang terkait

Pendugaan Kadar Neutral Detergent Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Pakan Berdasarkan Hasil Analisa Proksimat

0 6 81

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS BIR DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 48

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN, pH DAN NH3 CAIRAN RUMEN SAPI PO BERFISTUL

0 5 50

PENGARUH COATING MINYAK SAWIT PADA UREA TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, NEUTRAL DETERGENT FIBER (NDF) DAN ACID DETERGENT FIBER (ADF) DALAM RANSUM DOMBA LOKAL JANTAN

0 4 38

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN KECERNAAN SERAT KASAR DOMBA LOKAL JANTAN

0 10 90

PENGARUH PENAMBAHAN MIKROBA LOKAL (MOL) TERHADAP KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER PADA RANSUM LENGKAP TERFERMENTASI.

0 0 2

SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU TERPROTEKSI DAN L-CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA PAKAN SAPI PERAH LAKTASI.

0 1 4

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF RANSUM SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 2 3

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU DAN L-KARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK ITIK LOKAL JANTAN (ANAS PLATHYRYNCHOS).

0 0 4

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU DAN MINYAK KELAPA SAWIT TERPROTEKSI DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING DOMBA LOKAL JANTAN.

0 0 9