gestroi KEEFEKTIVAN BEBERAPA SPESIES CENDAWAN
pertumbuhan yang lebih intensif pada permukaan tubuh rayap setelah 6 hari aplikasi. Bahkan pada kerapatan 10
7
konidiaml isolat ini dapat membunuh 100 rayap. Berdasarkan analisis probit, nilai LC
50
dan LT
50
berturut-turut adalah 3,9 x 10
5
konidiaml dan 2,06 hari Desyanti et al. 2005 Jones et al. 1996, pada penelitiannya menggunakan 4 isolat B. bassiana
dan 3 isolat M. anisopliae yang dievaluasi kemampuannya untuk digunakan sebagai perbaikan agens pengendalian rayap C. formosanus. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa strain B. bassiana 787 mempunyai nilai LC
50
paling rendah tetapi secara dekat diikuti oleh ke tiga isolat M. anisopliae. Nilai LC
50
dari empat isolat berkisar antara 33 - 40 konidiarayap. Strain B. bassiana 787
digagaskan mempunyai potensial tertinggi sebagai perbaikan agens pengendalian rayap C. formosanus sebab nilai LT
50
yang cukup rendah 2,9 hari dan nilai LC
50
juga rendah yaitu 33 konidiarayap. Suzuki 1991 telah memperoleh respon termitisida yang nyata dari spesies,
M. anisopliae, B. bassiana dan P. fumosoroseus. Namun spesies ini, secara
umum menghasilkan tingkat patogenisitas bervariasi antar strain dan antar jenis inang isolat.
Setiap spesies cendawan entomopatogen akan efektif sebagai agens pengendalian hama bila di dalam aplikasi menggunakan kerapatan konidia yang
optimum, pada penelitian ini perlakuan menggunakan beberapa spesies cendawan entomopatogen dengan berbagai variasi kerapatan konidia, menghasilkan nilai
Lethal Concentration yang bervariasi Tabel 5.2.
Setelah spesies M. brunneum secara berurutan diikuti oleh M. anisopliae, F. oxysporum, A. flavus
dan B. bassiana namun hanya spesies M. brunneum yang memiliki nilai LC terendah dibandingkan spesies yang lainnya pada setiap
tingkatan LC LC
95
,
50
dan
25
, pada spesies cendawan lainnya terlihat tingkat LC
50
dan
25
yang tidak konstan. Hal ini juga tercermin pada pola kurva yang berbeda untuk setiap spesies cendawan, bahwa spesies cendawan yang hanya
efektif pada kerapatan konidia tinggi akan memiliki nilai LC lebih tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh spesies cendawan A. flavus dan F. oxysporum Gambar
5.1.
Spesies cendawan A. flavus dan F. oxysporum selain tidak efektif pada tingkat kerapatan konidia yang lebih rendah juga mempunyai sifat yang
merugikan. Tanada dan Kaya 1993 menyatakan A. flavus juga menghasilkan aflatoxins
yang dapat menghasilkan tumor pada organ hati vertebrata termasuk manusia, sedangkan F. oxysporum umumnya bersifat sebagai patogen pada
banyak tanaman Salleh 2005. Diduga hal ini sebagai penyebab A. flavus dan F. oxysporum
tidak digunakan sebagai agens hayati untuk pengendalian hama. Sifat yang dapat merugikan terhadap pengguna, tanaman dan lingkungan hidup
lainnya akan dapat menambah permasalahan baru. Tanada dan Kaya 1993 menyatakan cendawan entomopatogen Aspergillus
terdiri dari banyak spesies seperti A. flavus, A. parasiticus, A. tamari, A. ochraceus, A. fumigatus, A. repens dan A. versicolor,
dan cendawan ini umumnya sebagai saprofit akan tetapi dapat menginfeksi serangga pada
rentangan jenis yang luas. Salleh 2005, secara spesifik mengklasifikasikan cendawan Fusarium
berdasarkan penyebarannya di alam: 94 sebagai penyebab penyakit tanaman atau berasosiasi dengan penyakit tanaman, 5 terdapat pada makanan, 1 pada
sumber lainnya dan hanya 0,5 sebagai patogen pada hewan dan manusia. Menurut Teetor-Barsch dan Roberts 1993 cendawan spesies Fusarium
diketahui kelimpahannya di alam dan juga keragaman tempat ia berasosiasi di antaranya pada tanaman hidup maupun yang telah mati serta pada banyak hewan,
terutama serangga. Perhatian khusus diberikan terhadap rentangan inang dari Fusarium
, teristimewa antara inang tanaman dan serangga, sehingga diharapkan cendawan ini memungkinkan berpotensi untuk mengendalikan hama.
Selanjutnya dinyatakan bahwa dari sejumlah besar Fusarium spp. yang bersifat entomopatogen beberapa diantaranya bersifat lemah dan sebagai patogen
fakultatif. Kususnya pada ordo Lepidoptera dan Coleoptera, cendawan akan mengkolonisasi inangnya yang mati sebagai sapropit. Pada segolongan kecil
kasus, tingkat patogenisitas Fusarium terhadap tanaman dan serangga oleh isolat yang sama juga ditemukan. Dan tingkat potensi isolat Fusarium yang
menyebabkan mortalitas tinggi terhadap serangga juga memperlihatkan sepesifik inang yang tinggi dan tidak berbahaya terhadap jenis tanaman.