10 20
30 40
50 60
70
Mortalitas Penurunan berat contoh uji
Variabel pengam atan M
o rt
a li
ta s
da n P
e n
ur una
n
be ra
t c ontoh
uj i
Vektor Kontrol
koloni, sangat effektif memproteksi koloninya dari infeksi M. anisopliae. Dalam hal ini C. formosanus lebih resisten terhadap serangan M. anisopliae bahkan
dalam waktu 3 jam, lebih dari 80 konidia yang ada dipermukaan tubuh C. formosanus
dapat berpindah ke dalam saluran pencernaan. Kramm et al. 1982; Hanel dan Watson 1983 dalam Strack 2003
menjelaskan, secara alami konidia dapat menempel pada kutikula serangga, dan dengan mudah berpindah ke individu lainnya dengan lazimnya melalui interaksi
prilaku koloni. Rayap merupakan serangga sosial yang menarik di dalam berbagai aktivitas yang memerlukan seringnya terjadi kontak fisik langsung dengan
anggota koloni. Trophallaxis pertukaran makanan yang dimuntahkan kembali, proctodeal trophallaxis
mengkonsumsi buangan anal dan grooming secara teratur merupakan hal yang perlu di dalam koloni. Diperkirakan lewat prilaku
grooming propagul cendawan dapat ditransfer dari satu individu vektor ke
individu lainnya. Penelitian lain yang dilakukan Yoshimura et al. 1992 tentang uji penularan
dengan satu ekor rayap pekerja mati terinfeksi C. coronatus ditempatkan di antara 20 atau 50 rayap pekerja sehat, secara berurutan mortalitas 100 dapat dicapai
dalam waktu 4 dan 5 hari. Penggunaan patogen C. coronatus dalam teknik penularan untuk mengendalikan rayap tanah seperti C. formosanus patut
dipertimbangkan
Gambar 6.6 Mortalitas rayap
C. curvignathus dan penurunan berat contoh uji pada perlakuan 10 vektor diinokulasi dengan cendawan
entomopatogen
M. brunneum setelah 15 hari pengamatan.
Penurunan berat contoh uji
Pengujian penurunan berat contoh uji akibat serangan rayap pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan cendawan entomopatogen
M. brunneum terhadap serangan rayap. Hasil penelitian pada perlakuan penularan
dengan 10 vektor yang diinokulasi dengan M. brunneum di dalam koloni rayap C. curvignathus
di laboratorium, menunjukkan penurunan berat contoh uji berbeda nyata dengan kontrol Tabel 6.2 .
Tabe1 6.2. Penurunan berat contoh uji oleh serangan rayap C. curvignathus
pada perlakuan 10 vektor diinokulasi dengan cendawan entomopatogen
M. brunneum setelah 15 hari pengamatan.
Perlakuan Penurunan berat
Vektor 10 11,27 b
Kontrol 47,82 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5.
Penurunan berat contoh uji pada perlakuan vektor 10 mengindikasikan penurunan serangan rayap jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan
penularan cendawan M. brunneum di dalam koloni dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme tubuh rayap sehingga menurunkan aktifitas dan daya
konsumsi. Menurut Sari et al. 2004 penghambatan aktifitas makan antifeedant diindikasikan oleh kehilangan berat contoh uji. Apabila kehilangan berat contoh
uji kecil bearti penghambat aktifitas makannya tinggi. Berat contoh uji menurun pada perlakuan 10 vektor sebanyak 11,27
Tabel 6.2 dan Gambar 6.6. Hal ini diperkirakan sebelum individu rayap sehat terkontaminasi cendawan M. brunneum akibat penularan dari rayap vektor, rayap
mampu menyerang contoh uji secara aktif. Namun setelah penularan terjadi, aktifitas rayap dan kemampuan konsumsi menurun sampai terjadi mortalitas.
Tanada dan Kaya 1993 menyatakan periode kematian serangga oleh cendawan entomopatogen umumnya tidak ditandai oleh gejala tertentu pada awal
infeksi. Hanya setelah infeksi dan penyebaran cendawan terjadi di dalam tubuh, serangga menjadi kurang aktif. Gejala yang sama juga terlihat pada rayap, tahap
ahir infeksi, rayap akan kehilangan tenaga, diam dan kemudian mati. Selanjutnya
dinyatakan bahwa periode dari infeksi sampai serangga mati sesingkat-singkatnya 3 hari dan selama-lamanya 12 hari, periode ini bervariasi tergantung juga dengan
ukuran serangga. Serangan rayap C. curvignathus selain berakibat pada penurunan berat
contoh uji, juga terlihat pada tingkatan serangan pada contoh uji Gambar 6.7. Pada tingkat serangan, perlakuan dengan 10 vektor juga terlihat lebih sedikit
dibandingkan dengan tingkat serangan pada kontrol.
Gambar 6.7. Tingkat serangan contoh uji oleh rayap C. curvignathus pada
perlakuan 10 vektor diinokulasi dengan cendawan entomopatogen M. brunneum setelah 15 hari pengamatan.
Kesimpulan
Mortalitas rayap C. gestroi meningkat seiring dengan meningkatnya proporsi vektor di dalam unit percobaan dan lamanya waktu pengamatan.
Dengan penggunaan vektor sampai dengan 10 dalam 15 hari pengamatan, cendawan M. anisopliae, M. brunneum dan B. bassiana mampu menyebabkan
mortalitas rayap lebih dari 90 sedangkan mortalitas pada rayap kontrol hanya 5. Pada uji terhadap rayap C. curvignathus, perlakuan dengan 10 vektor
diinokulasi dengan M. brunneum hanya dapat menyebabkan mortalitas 60 mortalitas kontrol 13,25 dan penurunan berat contoh uji 11,27 kontrol
47,82 selama 15 hari pengamatan.
Maaf .......................
Lembar Halaman Ini Pada Aslinya Memang Tidak Ada
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN