Analisis Data
Untuk setiap tahapan penelitian, data hasil penelitian dianalisis berdasarkan rancangan penelitian sebagai berikut:
1. Tahap penelitian I, data hasil penelitian variabel mortalitas rayap C. gestroi
dan sporulasi in vivo dengan perlakuan 16 isolat cendawan entomopatogen, karakterisasi fisiologis cendawan viabilitas, diameter
koloni dan sporulasi in vitro spesies cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae
Metsch. Sorok., Metarhizium brunneum Petch., Beauveria bassiana
Bals Vuill., Fusarium oxysporum Link., Aspergillus flavus
Link., Myrothecium roridum Tode EXFR dan kontrol dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap satu faktor dengan uji ragam
ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test Steel Torrie 1993.
2. Tahap penelitian II, untuk mendapatkan korelasi antara masing-masing spesies cendawan M. anisopliae, M. brunneum, B. bassiana, F.
oxysporum dan A. flavus dengan tingkatan kerapatan konidia 10
5
, 5.10
5
, 10
6
, 5.10
6
, 10
7
konidiaml dan kontrol terhadap mortalitas rayap C. gestroi,
lethal concentrations LC untuk uji keefektifan berbagai spesies cendawan dan lethal time LT pada uji metode kontak dan umpan
adalah bersasarkan analisis probit Finney 1971. 3. Tahap penelitian III, untuk mendapatkan korelasi antara masing-masing
spesies cendawan M. anisopliae, M. brunneum, B. bassiana dan F. oxysporum
dengan proporsi vektor 10, 20, 30, 40, 50 dan kontrol terhadap mortalitas rayap C. gestroi pada uji aplikasi dengan
metode penularan di laboratorium dianalisis berdasarkan analisis regresi Mattjik Sumertajaya, 2000 sedangkan terhadap mortalitas rayap C.
curvignathus dengan perlakuan proporsi vektor 10 yang diinokulasi
dengan LC
95
M. brunneum dan kontrol di analisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap satu faktor dengan uji ragam ANOVA dan dilanjutkan
dengan uji Duncan’s Multiple Range Test Steel Torrie 1993.
BAB IV ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI TAPIS CENDAWAN
ENTOMOPATOGEN DARI BERBAGAI INANG DI ALAM DAN PATOGENISITASNYA TERHADAP RAYAP TANAH
COPTOTERMES GESTROI WASMANN
Abstrak
Cendawan entomopatogen dari berbagai inang atau inokulum di alam yaitu
dari ulat krop kubis Crocidolomia pavonana F., ulat grayak Spodoptera litura F., walang sangit Leptocorisa oratorius F., penghisap polong Riptortus
linearis L., rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren., tanah dan pasir
telah diisolasi dan identifikasi untuk menentukan patogenisitasnya terhadap rayap tanah Coptotermes gestroi Wasmann, kemudian masing-masing isolat
ditempatkan pada suhu 4 C. Sebelum digunakan, semua isolat dikulturkan
kembali pada media agar Sabouraud Dextrose Agar with Yeast Extract SDAY dan data yang diperoleh dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap satu
faktor dengan uji sidik ragam. Perbedaan antara isolat diuji lanjut menggunakan Duncans Multiple Range Test. Hasil isolasi mengindikasikan keragaman spesies
cendawan lebih tinggi pada inang yang berasal dari hama tanaman terinfeksi dibandingkan dari sumber inokulum yang berasal dari tanah dan pasir, setelah
diidentifikasi beberapa spesies cendawan yang ditemukan adalah: Beauveria bassiana
Bals. Vuill., Metarhizium anisopliae Metsch. Sorok, Metarhizium brunneum
Petch, Paecilomyces fumosoroseus Wize Brown dan Smith, Penicillium citrinum
Thom. Verticilium lecanii Zimmermann, Aspergillus flavus
Link., Myrothecium roridum Tode ExFR, Fusarium oxysporum Link., dan Fusarium
solani Link., spesies B. bassiana paling dominan. Uji patogenisitas mengindikasikan bahwa umumnya isolat bersifat patogen terhadap rayap dan
dapat menyebabkan mortalitas lebih dari 60 setelah 6 hari inokulasi. Mortalitas rayap tertinggi disebabkan oleh M. anisopliae dari inang penghisap polong, M.
brunneum dari pasir, M. roridum dari tanah, B. bassiana dari inang walang
sangit, F. oxysporum dari inang ulat grayak, dan A. flavus dari inang rayap tanah yaitu dapat menyebabkan mortalitas rayap 100, dan diikuti oleh kemampuan
bersporulasi secara in vivo yang cukup tinggi 76,25 - 96,25 kecuali spesies M. anisopliae
dan M. roridum. Kemudian
i
solat-isolat terseleksi disiapkan untuk dipelajari karakterisasi fisiologisnya, hasilnya mengindikasikan: kemampuan
berkecambah tertinggi oleh M. brunneum dari pasir, diameter koloni tertinggi oleh F. oxysporum dari inang ulat grayak dan kemampuan bersporulasi secara in
vitro tertinggi oleh B. bassiana dari inang walang sangit.
Kata kunci:
Bio-kontrol, uji tapis,
cendawan entomopatogen, patogenisitas, karakter fisiologis, C. gestroi