penting di dalam menetapkan kemampuan cendawan entomopatogen menyerang inangnya. Sebagai contoh, kelembaban relatif yang tinggi biasanya dibutuhkan
konidia untuk berkecambah pada kutikula inang, sedangkan kelembaban relatif rendah dibutuhkan untuk pembentukan konidia yang siap menyebar ke inang
baru. Gambar 5.1. Laju mortalitas rayap tanah
C. gestroi setelah 6 hari diinokulasi dengan berbagai tingkatan kerapatan konidia 10
7
, 5.10
6
, 10
6
, 5.10
5
, 10
5
konidiaml beberapa spesies cendawan entomopatogen.
M. anisopliae
20 40
60 80
100
1 2
3 4
5 6
Waktu hari M
o rt
a lit
a s
10 7 5.10 6
10 6 5.10 5
10 5 kontrol
B. b assiana
20 40
60 80
100
1 2
3 4
5 6
Waktu hari M
o rt
a lit
a s
10 7 5.10 6
10 6 5.10 5
10 5 kontrol
M. b runneum
20 40
60 80
100
1 2
3 4
5 6
Waktu hari M
o rt
a lit
a s
10 7 5.10 6
10 6 5.10 5
10 5 kontrol
F. oxysporum
20 40
60 80
100
1 2
3 4
5 6
Waktu hari M
o rt
a lit
a s
10 7 5.10 6
10 6 5.10 5
10 5 kontrol
A. flafus 20
40 60
80 100
1 2
3 4
5 6
Waktu hari M
or ta
lit as
10 7 5.10 6
10 6 5.10 5
10 5 control
Untuk setiap spesies cendawan yang diuji pada penelitian ini, tingkat kerapatan konidia memperlihatkan reaksi yang nyata terhadap mortalitas rayap
C. gestroi . Secara umum ada korelasi antara tingkat kerapatan konidia dengan
mortalitas, semakin tinggi kerapatan konidia yang di perlakukan juga menunjukkan tingkat mortalitas rayap C. gestroi yang tinggi. Dalam hal ini
diperkirakan bahwa semakin tinggi kerapatan konidiaml yang diaplikasikan terhadap rayap, memungkinkan kontak konidia dengan tubuh rayap dalam jumlah
yang lebih banyak. Keadaan ini memberi peluang yang lebih baik bagi konidia untuk berhasil berkecambah dan berpenetrasi ke dalam tubuh rayap C. gestroi.
Selain tingkat kerapatan konidia, lamanya waktu pencelupan rayap ke dalam suspensi konidia diperkirakan juga akan berpengaruh, namun dalam penelitian ini
lama pencelupan untuk semua tingkat kerapatan konidia dilakukan dalam waktu 4 detik.
Penelitian oleh Yoshimura dan Takahashi 1998, menunjukan bahwa pada kontak selama satu menit dengan formulasi berkerapatan konidia B. brongniartii
tinggi 3,3 x 10
8
konidiacm
3
menghasilkan 100 mortalitas serangga uji dalam waktu 5 hari, sedangkan dengan formulasi konidia berkerapatan rendah kontak
selama satu hari hanya menghasilkan 50 mortalitas dalam waktu yang sama. Yoshimura et al. 1992 menyatakan bahwa tingkat patogenisitas cendawan
entomopatogen Conidiobolus coronatus terhadap rayap C. formosanus di laboratorium dengan pemaparan rayap kasta pekerja terhadap koloni cendawan di
medium agar selama 3 jam menyebabkan 100 mortalitas dalam waktu 9 hari, walaupun hanya 2 atau 3 konidia yang menempel pada permukaan masing-
masing tubuh rayap setelah pemaparan pada cendawan. Semua rayap pekerja mati hanya dalam 1 hari setelah pemaparan selama 6 atau 24 jam. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa C. coronatus mempunyai potensi tinggi untuk membunuh rayap dalam waktu singkat.
Lethal Concentration LC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC
95, 50
dan
25
dari cendawan M. brunneum
paling rendah dibandingkan nilai LC dari spesies cendawan lainnya yang diuji pada penelitian ini, secara berurutan: 1,21 x 10
6
konidiaml, 1,80 x 10
5
konidiaml dan 8,60 x 10
4
konidiaml. Hal ini mengindikasikan bahwa M. brunneum
paling tinggi tingkat patogenisitasnya dibandingkan spesies cendawan entomopatogen lainnya terhadap rayap tanah C. gestroi Tabel 5.2.