curvignathus terkontaminasi vektor dengan individu rayap sehat di dalam

Penurunan berat contoh uji Pengujian penurunan berat contoh uji akibat serangan rayap pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan cendawan entomopatogen M. brunneum terhadap serangan rayap. Hasil penelitian pada perlakuan penularan dengan 10 vektor yang diinokulasi dengan M. brunneum di dalam koloni rayap C. curvignathus di laboratorium, menunjukkan penurunan berat contoh uji berbeda nyata dengan kontrol Tabel 6.2 . Tabe1 6.2. Penurunan berat contoh uji oleh serangan rayap C. curvignathus pada perlakuan 10 vektor diinokulasi dengan cendawan entomopatogen

M. brunneum setelah 15 hari pengamatan.

Perlakuan Penurunan berat Vektor 10 11,27 b Kontrol 47,82 a Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5. Penurunan berat contoh uji pada perlakuan vektor 10 mengindikasikan penurunan serangan rayap jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan penularan cendawan M. brunneum di dalam koloni dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme tubuh rayap sehingga menurunkan aktifitas dan daya konsumsi. Menurut Sari et al. 2004 penghambatan aktifitas makan antifeedant diindikasikan oleh kehilangan berat contoh uji. Apabila kehilangan berat contoh uji kecil bearti penghambat aktifitas makannya tinggi. Berat contoh uji menurun pada perlakuan 10 vektor sebanyak 11,27 Tabel 6.2 dan Gambar 6.6. Hal ini diperkirakan sebelum individu rayap sehat terkontaminasi cendawan M. brunneum akibat penularan dari rayap vektor, rayap mampu menyerang contoh uji secara aktif. Namun setelah penularan terjadi, aktifitas rayap dan kemampuan konsumsi menurun sampai terjadi mortalitas. Tanada dan Kaya 1993 menyatakan periode kematian serangga oleh cendawan entomopatogen umumnya tidak ditandai oleh gejala tertentu pada awal infeksi. Hanya setelah infeksi dan penyebaran cendawan terjadi di dalam tubuh, serangga menjadi kurang aktif. Gejala yang sama juga terlihat pada rayap, tahap ahir infeksi, rayap akan kehilangan tenaga, diam dan kemudian mati. Selanjutnya dinyatakan bahwa periode dari infeksi sampai serangga mati sesingkat-singkatnya 3 hari dan selama-lamanya 12 hari, periode ini bervariasi tergantung juga dengan ukuran serangga. Serangan rayap C. curvignathus selain berakibat pada penurunan berat contoh uji, juga terlihat pada tingkatan serangan pada contoh uji Gambar 6.7. Pada tingkat serangan, perlakuan dengan 10 vektor juga terlihat lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat serangan pada kontrol. Gambar 6.7. Tingkat serangan contoh uji oleh rayap C. curvignathus pada perlakuan 10 vektor diinokulasi dengan cendawan entomopatogen M. brunneum setelah 15 hari pengamatan. Kesimpulan Mortalitas rayap C. gestroi meningkat seiring dengan meningkatnya proporsi vektor di dalam unit percobaan dan lamanya waktu pengamatan. Dengan penggunaan vektor sampai dengan 10 dalam 15 hari pengamatan, cendawan M. anisopliae, M. brunneum dan B. bassiana mampu menyebabkan mortalitas rayap lebih dari 90 sedangkan mortalitas pada rayap kontrol hanya 5. Pada uji terhadap rayap C. curvignathus, perlakuan dengan 10 vektor diinokulasi dengan M. brunneum hanya dapat menyebabkan mortalitas 60 mortalitas kontrol 13,25 dan penurunan berat contoh uji 11,27 kontrol 47,82 selama 15 hari pengamatan.