PEMBAHASAN Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik.

BAB 5. PEMBAHASAN

Studi Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum pada studi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provisi Sumatera Utara. Tujuan khusus dari studi ini untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dan expressed emotion, dan untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dengan komponen expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan karakteristik demografik dari sampel studi, ditemukan paling banyak adalah kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 45 orang 45, berjenis kelamin perempuan sebanyak 65 orang 65, yang kawin sebanyak 74 orang 74, yang tidak bekerja sebanyak 51 orang 51, dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 44 orang 44 Pada studi ini memperlihatkan bahwa tingkat beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik, paling banyak dijumpai pada beban pertengahan sebanyak 36 orang 36. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Darwin pada tahun 2012 di Jakarta, 6 dan Ratnawati pada tahun 2014 di Medan, bahwa beban perawatan caregiver paling banyak dijumpai pada beban sedangberat. 29 Hasil studi ini juga sesuai dengan studi yang di lakukan oleh Zahid tahun 2010 di Kuwait dimana dijumpai sebanyak 34 anggota keluarga 28.1 yang berperan sebagai pengasuh yang memiliki beban perawatan sedang hingga berat. 17 Pada studi ini paling banyak dijumpai umur 51-60 tahun sebanyak 45 orang 45. Umur berkorelasi positif dengan beban perawatan, dimana ketika umur pengasuh menjadi lebih tua, mereka khawatir tentang siapa yang akan mengurus anggota keluarga mereka yang sakit di masa yang akan Universitas Sumatera Utara datang. 16 Pada studi ini, mayoritas subjek studi adalah perempuan sebanyak 65 orang 65. Hal ini sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia umumnya menempatkan perempuan untuk mengurus rumah tangga termasuk anggota keluarga yang sakit, sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah. 6 Laki-laki dan perempuan mungkin mengalami beban yang berbeda. Schneider, Steele, Cadell, dan Hemsworth pada tahun 2010 melakukan penelitian di Kanada untuk menentukan perbedaan jenis kelamin pada 273 orang tua yang merawat anak-anak dengan penyakit skizofrenik. 16 Pada studi ini dijumpai tingkat pendidikan paling banyak pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 44 orang 44. Tingkat pendidikan merupakan variabel yang dapat memodulasi tingkat beban yang dialami oleh keluarga. Dalam studi sebelumnya, pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki beban yang ringan. Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi mengenai penyakit skizofrenik dan sumber daya sosial, memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik bagi pasien skizofrenik. 30 Pada studi ini dijumpai expressed emotion yang tinggi sebanyak 73 orang 73 pada keluarga pasien skizofrenik. Expressed emotion yang tinggi juga dijumpai pada studi yang dilakukan oleh Darwin pada tahun 2013 di Jakarta, Carra pada tahun 2012 di Italia, Aquilera pada tahun 2010 di Amerika, dimana expressed emotion yang tinggi berhubungan dengan tingkat pengetahuan pengasuh mengenai skizofrenia, dan juga dipengaruhi oleh sosial budaya setempat. 3,6,10 Pada studi ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion p =0.004. Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Darwin pada tahun 2013, dan Carra pada tahun 2102, yang menunjukkan menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik. 6,10 Studi lain juga menunjukkan bahwa beban perawatan memiliki dampak pada emosional, kesehatan fisik, kehidupan sosial, dan status keuangan sebagai akibat melakukan Universitas Sumatera Utara perawatan terhadap orang yang sakit. Mereka memandang adanya beban akibat persepsi subjektif pengasuh saat merawat pasien. Distress pada keluarga secara signifikan berkaitan dengan perilaku pasien skizofrenik dan tingginya distress berkaitan dengan tingginya expressed emotion, sehingga keluhan keluarga tentang masalah perilaku pasien skizofrenik perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan keberhasilan terapi. 6 Dalam studi yang dilakukan Carra tahun 2012, tingginya expressed emotion pada keluarga yang merawat pasien dengan penyakit kronis tampaknya lebih terkait dengan reaksi personal secara langsung daripada perawatan yang sebenarnya, khususnya pada pasien psikotik episode pertama. Jika pengasuh dalam jangka waktu yang panjang meyakini bahwa mereka tidak dapat mengontrol penyakit psien, mereka akan lebih merasakan stres dan depresi, memiliki pandangan yang lebih negatif terhadap dampak perawatan, sehingga meningkatkan perasaan beban yang mereka rasakan. 10 Pada studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion p = 0.001 dan terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion p= 0.002. Dimana tekanan pribadi menggambarkan bagaimana pengalaman tersebut dirasakan oleh pengasuh secara pribadi sebagai penuh dengan tekanan, dan tekanan peran menggambarkan stres yang diakibatkan karena konflik dalam peran atau kelebihan beban dari pengasuh, 25 sehingga hal ini dapat menyebabkan timbulnya expressed emotion yang tinggi dalam merawat pasien skizofrenik. Pada studi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved p=0.013 dan terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan emotional over involved p=0.001. Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Blanch tahun 2010 di Spanyol, bahwa terdapat hubungan bermakna antara beban perawatan dengan emotional over involved . 31 Pada studi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments p=0.076 dan Universitas Sumatera Utara tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments p=0.262. Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Blanch tahun 2010 di Spanyol, bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara beban perawatan baik beban subjektif maupun beban objektif dengan critical comments. 31 Menurut Avaret-Jimenez dan kawan-kawan pada tahun 2010, dua subskala pada expressed emotion meskipun tampak berhubungan tetapi memiliki faktor yang berbeda, dimana emotional over involved lebih berhubungan dengan distres pada pengasuh daripada critical comments. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa critical comments lebih berhubungan dengan ciri kepribadian pengasuh, juga berhubungan dengan durasi psikosis yang tidak terobati, lamanya penyakit yang dialami pasien, dan episode psikotik yang berulang. Sedangkan emotional over involved kemungkinan lebih tampak sebagai mekanisme koping pengasuh dalam mengurangi dampak penyakit dan distres yang mereka rasakan. 32 Keterbatasan dalam studi ini adalah tidak mengukur lamanya penyakit yang dialami pasien dan lama waktu anggota keluarga dalam merawat pasien, dimana hal ini dapat memberikan pengaruh terhadap beban yang dirasakan oleh keluarga pasien skizofrenik. Tetapi di dalam studi ini mampu menunjukkan bahwa komponen-komponen pada beban perawatan, seperti tekanan peran dan tekan pribadi juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna dengan expressed emotion, sehingga dapat menjadi masukan terhadap klinisi untuk memberikan informasi mengenai bagaimana dampak beban dan expressed emotion keluarga terhadap pasien skizofrenik, sehingga keberhasilan terapi dapat dicapai. Universitas Sumatera Utara

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN