Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik.

(1)

HUBUNGAN ANTARA BEBAN PERAWATAN DENGAN EXPRESSED EMOTION

PADA KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIK

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan untuk Mencapai Keahlian dalam Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

NANDA SARI NURALITA

Nomor Induk Mahasiswa : 097106007

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik.

Nama Mahasiswa : Nanda Sari Nuralita Nomor Induk Mahasiswa : 097106007

Program : Spesialisasi Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui : Pembimbing I :

Prof. dr. Bahagia loebis, SpKJ (K) Pembimbing II:

dr.Vita Camellia, MKed(KJ), SpKJ

An. Ketua Departemen Ketua Program Studi Sekretaris Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa

Ilmu Kedokteran Jiwa

dr.Vita Camellia,MKed(KJ), SpKJ Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked(KJ), SpKJ(K) NIP.19780404 200501 2 002 NIP.19720501 199903 2 004


(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN PERAWATAN DENGAN

EXPRESSED EMOTION PADA KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, secara khusus dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ingin mengucapkan rasa hormat, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Pendidikan Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis meyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked.K.J., Sp.KJ(K), selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru yang telah banyak memberikan dukungan, arahan, bimbingan, dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis yang penuh dengan kesabaran dan perhatian telah membimbing, dorongan, dukungan memberikan pengarahan dan masukan-masukan yang sangat berharga dalam mengikuti pendidikan spesialisasi.

4. dr. H. Harun T.Parinduri, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian, yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

5. (Alm) Prof. dr. Syamsir BS, Sp.KJ (K), sebagai guru yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan dukungan, arahan,


(5)

bimbingan, dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

6. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

7. dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked.K.J., M.Sc., Sp.KJ, sebagai guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, dan masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 8. dr. Vita Camellia M.Ked.K.J., Sp.KJ, selaku Sekretaris Departemen

Ilmu Kedokteran Jiwa juga sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengetahuan, dorongan, masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

9. dr. Muhammad Surya Husada M.Ked.K.J., Sp.KJ, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa dan juga sebagai pembimbing akademik yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengarahan, masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi

10. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, pengarahan, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan Referat Besar ini serta dukungan selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi ini.

11. dr. Raharjo Suparto, Sp.KJ, (Alm).dr. H. Marhanuddin Umar, Sp.KJ (K), sebagai guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

12. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.K.J.,M.Kes., sebagai guru dan Wakil Direktur Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan, atas izin, kesempatan, fasilitas dan


(6)

pengarahan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

13. dr. Juskitar Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan pengetahuan, dorongan, masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

14. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan, masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

15. Almh. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

16. dr. Vera RB Marpaung, Sp.KJ sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

17. dr. Machnizar Sentani,Sp.KJ sebagai guru, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, memberikan masukan-masukan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

18. dr. Donald F. Sitompul Sp.KJ; dr. Yono,Sp.KJ; (Almh) dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ; dr. Evawaty Siahaan, Sp.KJ; dr. Artina Roga Ginting, Sp.KJ; dr. Rosminta Girsang, SpKJ; dr. Imat S. Depari, Sp.KJ; dr. Mariati, Sp.KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp.KJ; dr. Citra Julita Tarigan, Sp.KJ; dr. Vera R.B. Marpaung, Sp.KJ; dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.KJ; dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ; dr.Juwita Saragih, Sp.KJ; dr Rudyhard Hutagalung, Sp.KJ; dr Laila Sari, Sp.KJ; dr Friedrich Lupini,Sp.KJ; dr. Evalina Perangin-Angin, Sp.KJ; dr. Victor Eliezer Perangin-Angin, Sp.KJ. dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.KJ; dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ; dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ dr. Ira Dania, Sp.KJ, Ricky Tarigan, M.Ked.K.J., Sp.KJ, dr. Mila Harahap,


(7)

M.Ked.K.J., Sp.KJ, dr. Baginda Harahap, M.Ked.K.J., Sp.KJ, dr. Andreas Xaverio Bangun, M.Ked.K.J.,Sp.K.J., dr. Duma Melva Tampubolon, M.Ked.K.J.,Sp.K.J., dr. Dian Budianti Amalina, M.Ked.K.J.,Sp.K.J., dr. Hanip Fahri, M.M., M.Ked.K.J.,Sp.K.J., dr. Lenni C Sihite, M.Ked.K.J.,Sp.K.J., dr. Superida Ginting Suka, M.Ked.K.J.,Sp.K.J., sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Spesialisasi.

19. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan, Direktur RS Brimob Poldasu, Kepala RS Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan Medan, Kepala Puskesmas Bawang Raya Medan, atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

20. Teman-teman sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny T. Tambunan, M.Ked.K.J., dr. M. Yusuf Siregar, M.Ked.K.J., dr. Ferdinan Leo Sianturi, M.Ked.K.J., dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, M.Ked.K.J., dr.Tiodoris Siregar, M.Ked.K.J., dr. Endang Sutry Rahayu M.Ked.K.J., dr Nauli Aulia Lubis, M.Ked.K.J., dr. Wijaya Taufik Tiji, M.Ked.K.J., dr. Agussyah Putra, M.Ked.K.J., dr. Alfi Syahri Rangkuti, M.Ked.K.J., dr. Gusri Girsang, M.Ked.K.J., dr. Rini Gusya Liza, dr. Dessi Wahyuni, M.Ked.K.J., dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked.K.J., dr. Reny Fransiska Barus, M.Ked.K.J., dr. Susiati, M.Ked.K.J., dr. Annisa Fransiska, M.Ked.K.J., dr Dessy Mawar Zalia, M.Ked.K.J., dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked.K.J., dr. Nining Gilang Sari, M.Ked.K.J., dr. Rosa Yunilda, M.Ked.K.J., dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Arsusy Widyastuti, dr. Poltak Jeremia Sirait, M.Ked.K.J., dr. Manahap Cerarius Fransiskus Pardosi, dr. M. Affandy, dr. Rona Hanani Simamora, M.Ked.K.J., dr. Deasy Hendriati, M.Ked.K.J., dr. Novi Prasanty, M.Ked.K.J., dr. Endah Tri Lestari, M.Ked.K.J., dr. Trisna Marni, dr. Novita Linda akbar, dr. Catherine M.Ked.K.J., dr.Cindy Chias Arthy, dr. Friska Gurning, yang banyak memberikan masukan berharga


(8)

kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan yang membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan pendidikan spesialisasi.

21. Ainul Mardiah, ST dan Zurriati, S.Psi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan surat menyurat selama mengikuti pendidikan spesialisasi

22. Teman-teman di layanan digital perpustakaan Universitas Sumatera Utara : Evi Yulifimar,S.Sos, Yuli Handayani,S.Sos, Diani Hartati, S.Sos, M.Salim, A.Md, Heri Satria, S.Sos, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

23. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Alm.dr.H.Mohd Amin dan ibunda Hj.Nursiah, yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan kepada penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini. Demikian juga kepada kakak-kakak: Ainul Mardiah, S.T, dan Dewi Astini, S.H.

24. Buat kedua mertua H.Syamsuddin dan Hj.Umi Salamah yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama ini. 25. Buat suami tercinta: Zulikar,S.T, dan anak-anak tercinta M.Daffa Aulia

dan M.Raihan Firdausa, terima kasih atas segala doa, cinta, kesabaran, dukungan dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas waktu yang diberikan kepada penulis selama penulis menjalani Program Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kedokteran Jiwa dan menyelesaikan laporan kasus ini.

26. Semua pihak diberbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani pendidikan spesialisasi.


(9)

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat, dan handai taulan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2015

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Ucapan Terima Kasih iii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Singkatan dan Lambang xii

Abstrak xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Hipotesis 3 1.4. Tujuan Penelitian 3 1.5 Manfaat Penelitian 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Skizofrenia 5 2.2. Beban perawatan pada pasien skizofrenik 6 2.3. Pengaruh expressed emotion pada pasien skizofrenik 9

2.4. Hubungan beban perawatan dengan expressed emotion pada pasien skizofrenik 9

2.5. Family Questionnaire (FQ) 9

2.6 Zarit Burden Interview (ZBI) 11

BAB 3. METODE PENELITIAN 14

3.1. Desain Penelitian 14

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 14

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 14

3.4. Besar Sampel 14


(11)

3.6. Persetujuan setelah penjelasan/Informed Consent 16

3.7. Etika Penelitian 16

3.8. Cara Kerja 16

3.9. Kerangka Operasional 17

3.10. Identifikasi Variabel 17

3.11. Definisi Operasional 18

3.12. Rencana Pengolahan dan dan Penyajian Data 20

BAB 4. HASIL PENELITIAN 22

BAB 5. PEMBAHASAN 29

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 33

1. Kesimpulan 33

2. Saran 34

BAB 7. RINGKASAN 35

DAFTAR RUJUKAN 37

Lampiran

1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 3. Data Sampel Penelitian

4. Riwayat Hidup Peneliti

5. Surat persetujuan komite etik 6. Zarit Burden Interview (ZBI) 7. Family Questionnaire (FQ)


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik demografik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan

status perkawinan 22

Tabel 4.2. Beban perawatan pada keluarga pasien

skizofrenik 23

Tabel 4.3 Expressed emotion pada keluarga pasien

skizofrenik 23

Tabel 4.4. Hubungan antara beban perawatan dengan

expressed emotion 24

Tabel 4.5. Hubungan antara tekanan peran dengan

expressed emotion 24

Tabel 4.6. Hubungan antara tekanan pribadi dengan

expressed emotion 25

Tabel 4.7. Hubungan antara tekanan peran dengan

emotional over involved 26

Tabel 4.8. Hubungan antara tekanan pribadi dengan

emotional over involved 26

Tabel 4.9. Hubungan antara tekanan peran dengan critical

comments 27

Tabel 4.10. Hubungan antara tekanan peran dengan

emotional over involved 28


(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition - Text Revision

CC : Critical Comments

EE : Expressed Emotion

EOI : Emotional Over Involved

FF : Family Questionnaire

GAF : Global Assessment of Functioning

n : Jumlah sampel

RSJ : Rumah Sakit Jiwa

PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

PANSS : Positive and Negative Syndrome Scale

PT : Perguruan Tinggi

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SLTA : Sekolah Menengah Atas

ZBI : Zarit Burden Interview < : Lebih kecil dari


(14)

ABSTRAK

Latar belakang : Sekitar 49.2% pada keluarga yang merawat pasien

skizofrenik mengalami expressed emotion yang tinggi, disebabkan akibat penambahan peran dalam memberikan perawatan pada pasien skizofrenik.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik, dan untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dengan expressed emotion, serta untuk mengetahui komponen beban perawatan dengan komponen expressed emotion

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap 100 pasien skizofrenik yang datang berobat ke instalasi rawat jalan BLUD RS Jiwa Propinsi Sumatera Utara. Tingkat Beban perawatan caregiver dengan menggunakan Zarit Burden Interview (ZBI), untuk mengetahui expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik menggunakan Family Questionnaire (FQ). Untuk mengetahui hubgungan antara beban perawatan dengan expressed emotion, serta komponen-komponen yang berperan di dalammnya digunakan uji Chi Square. Kriteria untuk signifikansi ada tidaknya hubungan adalah dengan menggunakan nilai P < 0,05.

Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan

expressed emotion (p =0.004), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion (p = 0.001), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion (p=0.002), terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved

(p=0.013), terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan

emotional over involved (p=0.001), tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments (p=0.076), tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments (p=0.262).

Kesimpulan : Beban perawatan mempunyai hubungan dengan expressed emotion, komponen di dalam beban perawatan juga


(15)

mempunyai hubungan dengan expressed emotion, tetapi komponen-komponen di dalam beban perawatan hanya berhubungan emotional over involved, dan tidak berhubungan dengan critical comments.

Kata kunci : beban perawatan, expressed emotion, anggota keluarga pasien skizofrenik, pasien skizofrenik.


(16)

ABSTRAK

Latar belakang : Sekitar 49.2% pada keluarga yang merawat pasien

skizofrenik mengalami expressed emotion yang tinggi, disebabkan akibat penambahan peran dalam memberikan perawatan pada pasien skizofrenik.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik, dan untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dengan expressed emotion, serta untuk mengetahui komponen beban perawatan dengan komponen expressed emotion

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap 100 pasien skizofrenik yang datang berobat ke instalasi rawat jalan BLUD RS Jiwa Propinsi Sumatera Utara. Tingkat Beban perawatan caregiver dengan menggunakan Zarit Burden Interview (ZBI), untuk mengetahui expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik menggunakan Family Questionnaire (FQ). Untuk mengetahui hubgungan antara beban perawatan dengan expressed emotion, serta komponen-komponen yang berperan di dalammnya digunakan uji Chi Square. Kriteria untuk signifikansi ada tidaknya hubungan adalah dengan menggunakan nilai P < 0,05.

Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan

expressed emotion (p =0.004), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion (p = 0.001), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion (p=0.002), terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved

(p=0.013), terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan

emotional over involved (p=0.001), tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments (p=0.076), tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments (p=0.262).

Kesimpulan : Beban perawatan mempunyai hubungan dengan expressed emotion, komponen di dalam beban perawatan juga


(17)

mempunyai hubungan dengan expressed emotion, tetapi komponen-komponen di dalam beban perawatan hanya berhubungan emotional over involved, dan tidak berhubungan dengan critical comments.

Kata kunci : beban perawatan, expressed emotion, anggota keluarga pasien skizofrenik, pasien skizofrenik.


(18)

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Skizofrenia adalah suatu sindroma klinis yang yang bervariasi, tetapi sangat mengganggu, psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi, dan aspek lain dari tingkah laku. Manifestasi ekspresi ini bervariasi pada seluruh pasien dan dari waktu ke waktu, tetapi efek dari penyakit ini selalu berat dan biasanya memiliki jangka waktu yang lama. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mempengaruhi orang-orang dari semua kelas sosial. Baik pasien dan keluarganya sering menngalami perawatan yang buruk dan pengucilan sosial karena ketidaktahuan yang luas tentang gangguan tersebut.1 Meskipun fenomenologinya menarik, patofisiologi dan etiologi skizofrenia masih belum jelas, dan orang dengan penyakit ini mengalami penderitaan yang berat. Kurangnya pengetahuan yang kritis tentang fungsi otak mendasari ketidakmampuan kita untuk menjelaskan target molekul untuk perawatan definitif atau strategi pencegahan yang rasional.2

Skizofrenia adalah penyakit mental yang serius yang membebani secara individu, keluarga mereka, dan masyarakat. Meskipun faktor biologis sangat penting untuk pemahaman skizofrenia, faktor sosial juga memainkan peran dalam menentukan hasil pada gangguan ini.3 Pasien skizofrenik yang dirawat inap, yang kembali pada lingkungan keluarga yang ditandai dengan tingginya tingkat kritikan, keterlibatan emosional yang berlebihan, atau permusuhan (disebut sebagai expressed emotion yang tinggi) lebih cenderung mengalami kekambuhan dibandingkan dengan pasien skizofrenik yang kembali pada keluarga yang ditandai dengan expressed emotion yang rendah.3-6 Ekspresi ditetapkan sebagai pengukuran empiris yang dapat dipercaya sebagai beberapa aspek emosional kehidupan keluarga. Konsep expressed emotion didasarkan pada bagaimana keluarga pasien psikiatri secara spontan berbicara tentang pasien. Dalam dekade terakhir, studi tentang expressed emotion


(19)

telah dilakukan pada berbagai sampel pasien, dan status expressed emotion pada umumnya telah terbukti menjadi prediktor yang baik bagi kekambuhan gangguan psikiatri. Misalnya, risiko terjadinya kekambuhan pada pasien skizofrenik setelah dirawat pada keluarga yang memiliki expressed emotion yang tinggi dua kali lebih besar dibandingkan pada pasien dengan expressed emotion keluarga yang rendah.5

Dalam perjalanan awal gejala psikosis, munculnya expressed emotion yang tinggi, rata-rata, terdapat pada lebih dari setengah pada yang merawat pasien. Penelitian expressed emotion pada episode pertama kemungkinan berkontribusi terhadap pemahaman tentang asal usul penyakit dan membutuhkan intervensi pada tahap ini. Penelitian sekarang ini banyak menginvestigasi beberapa aspek penilaian terhadap pengasuh; pada penilaian utama diperkirakan bahwa expressed emotion pengasuh akan menunjukkan lebih banyak defisit fungsi sosial dan lebih sering berpikir tentang beban secara subjektif; pada penilaian kedua expressed emotion yang tinggi diprediksikan akan lebih banyak menggunakan avoidant coping, dengan mengacu pada hasil penilaian diprediksikan bahwa expressed emotion yang tinggi pada pengasuh akan lebih mengalami lebih banyak distres dan depresi serta faktor penilaian pada expressed emotion akan menjadi prediktor yang lebih kuat daripada karakteristik penyakit itu sendiri.6

Selain itu, penambahan peran sebagai pengasuh pasien dapat menyebabkan timbulnya beban pada pengasuh sendiri dan dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi mereka.7-8 Dalam beberapa tahun terakhir, pandangan dari beban pengasuh telah luas melibatkan masalah fisik, psikologis, sosial dan keuangan yang dialami oleh pengasuh keluarga yang merawat kerabat dengan gangguan kronis atau mental. Dilaporkan hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dan beban keluarga tidak konsisten.8-9

Penelitian yang dilakukan Darwin dan kawan-kawan pada tahun 2013 di Jakarta, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion keluarga pasien skizofrenik


(20)

(p<0,001).6 Studi yang dilakukan Carra dan kawan-kawan pada tahun 2012 di Italia, juga menunjukkan realita yang besar di Eropa bagian selatan bahwa terdapat suatu hubungan antara expressed emotion pengasuh yang tinggi dengan beban secara subjektif.10 Berdasarkan hal tersebut maka melalui penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang berobat jalan pada di BLUD RSJ Propinsi Sumatera Utara, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan informasi terhadap klinisi dan keluarga pasien skizofrenik.

I.2. Rumusan masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik ?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik

I.4. Tujuan penelitian 1.4.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik

1.4.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui berapakah proporsi beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik

2. Untuk mengetahui berapakah proporsi expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik

3. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan peran dengan expressed emotion


(21)

4. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan pribadi dengan expressed emotion

5. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan peran dengan emotional over involved

6. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan pribadi dengan emotional over involved

7. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan peran dengan critical comments

8. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan pribadi dengan critical comments

I.5. Manfaat penelitian 1. Bidang pendidikan

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion keluarga pasien skizofrenik.

2. Bidang penelitian

Hasil studi ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian selanjutnya yang sejenis atau penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan.

3. Bidang pelayanan kesehatan

Dengan mengetahui adanya hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion keluarga pasien skizofrenik dapat membantu klinisi untuk memberikan informasi dan masukan terhadap keluarga pasien skizofrenik.


(22)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Skizofrenia

Skizofrenia didefinisikan sebagai abnormalitas pada satu atau lebih dari lima domain berikut: waham, halusinasi, pikiran yang kacau (berbicara), perilaku yang abnormal atau sangat tidak teratur (termasuk katatonia), dan simtom negatif. Skizofrenia berlangsung selama minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan dari simton fase aktif.11 Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia adalah sekitar 1 persen, yang berarti bahwa sekitar 1 dari 100 orang dapat menimbulkan skizofrenia dalam hidupnya. The Epidemiologic Catchment Area study yang disponsori oleh Institut Nasional Kesehatan Mental melaporkan prevalensi seumur hidup skizofrenia sebesar 0.6 sampai 1.9 persen. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of mental disorder Text Revision (DSM-IV-TR), kejadian tahunan skizofrenia berkisar 0.5 sampai 5.0 per 10.000, dengan beberapa variasi geografis (misalnya, insiden lebih tinggi untuk orang yang lahir di daerah perkotaan negara-negara industri). Skizofrenia ditemukan dalam semua masyarakat dan wilayah geografis, dan insiden dan prevalensi kira-kira sama di seluruh dunia.1

Prevalensi skizofrenia adalah sama pada laki-laki dan perempuan. Tetapi, awitan dan perjalanan penyakit berbeda berdasarkan jenis kelamin. Awitan terjadi lebih cepat pada laki-laki daripada perempuan. Lebih dari setengah dari semua pasien skizofrenik laki-laki, tetapi hanya sepertiga dari semua pasien skizofrenik perempuan, yang pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa sebelum usia 25 tahun. Usia puncak awitan adalah 10 sampai 25 tahun untuk laki-laki, dan 25 sampai 35 tahun untuk perempuan. Awitan skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau setelah usia 60 tahun sangatlah jarang. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung mengalami gangguan gejala negatif daripada perempuan, dan perempuan lebih cenderung memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Secara umum, hasil akhir terhadap pasien skizofrenik perempuan lebih baik daripada pasien skizofrenik


(23)

laki-laki. Ketika awitan terjadi setelah usia 45 tahun, gangguan ini disebut sebagai awitan lambat.1 Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0.3-1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah mengalami skizofrenia.12

II.2 Beban perawatan pada pasien skizofrenik

Penyakit mental yang berat, seperti skizofrenia, memiliki konsekuensi yang luas bagi pasien dan keluarga mereka. Bagi pasien sendiri, perawatan diri mungkin akan terhambat, kapasitas untuk hubungan sosial berkurang, dan berkurangnya peluang pekerjaan. Penyakit mental menciptakan hambatan untuk hidup mandiri dan dapat mengurangi kepuasan hidup. Keluarga pasien mengalami perasaan kehilangan dan kesedihan. Mereka dihadapkan dengan ketidakpastian dan perasaan malu, bersalah, dan kemarahan. Seperti pasien skizofrenik sendiri, mereka merasa tersingkir dan terisolasi secara sosial. Hidup mereka dapat terganggu dengan memberikan perawatan lebih dari biasanya yang sesuai untuk usia pasien. Dalam kasus-kasus di mana timbal balik antara anggota keluarga tidak seimbang, perubahan perawatan normal berubah menjadi pengasuhan. Penambahan peran asuhan pada peran keluarga yang sudah ada dapat menjadi stres, baik secara psikologis maupun ekonomis.13

Penderitaan dan beban dalam merawat anggota keluarga yang sakit mental dirasakan sangatlah tinggi.14 Beban didefinisikan sebagai dampak negatif dari merawat orang yang mengalami gangguan yang dialami oleh pengasuh pada aktivitas mereka (beban objektif) atau perasaan (beban subjektif) yang melibatkan emosional, kesehatan fisik, kehidupan sosial, dan status keuangan.7,10

Beban telah didefinisikan sejak tahun 1966. Grad dan Sainsbury pada tahun 1966 menyatakan bahwa beban adalah dampak negatif terhadap keluarga oleh karena merawat anggota keluarga yang sakit. Selanjutnya, beban itu dibagi ke beban objektif dan beban subjektif .7,15


(24)

Hoenig dan Hamilton mendefinisikan beban objektif sebagai suatu peristiwa atau kegiatan yang berhubungan dengan pengalaman negatif caregiver, sedangkan beban subjektif merupakan perasaan yang muncul pada caregiver yang disebabkan oleh pemenuhan pengasuhan dari fungsi caregiver. 8,16,17

Zarit, Reever & Bach-Peterson mendefinisikan beban caregiver sejauh mana caregiver merasakan emosional, kesehatan fisik, kehidupan sosial, dan status keuangan mereka sebagai akibat dari merawat kerabat mereka yang sakit. Mereka melihat suatu beban sebagai suatu hasil persepsi subjektif caregiver ketika merawat orang yang mengalami gangguan. 16,18,19

II.3 Pengaruh expressed emotion keluarga terhadap pasien skizofrenik

Banyak faktor yang terlibat dalam kekambuhan skizofrenia. Salah satu faktor kontribusi yang secara konsisten ditemukan berhubungan dengan kekambuhan adalah emosional di dalam lingkungan rumah yang ditunjukkan oleh anggota keluarga pasien skizofrenik yang disebut sebagai expressed emotion. Secara umum, expressed emotion mengukur suasana emosional di dalam lingkungan rumah berdasarkan indeks adanya sikap kritis/ critical comments (CC), perilaku bermusuhan, dan keterlibatan emosional yang berlebihan (emotional over involved {EOI})/ sikap yang mengganggu ketika keluarga berbicara tentang pasien dalam sebuah wawancara yang dilakukan selama pasien di rawat di rumah sakit jiwa.20

Expressed emotion merupakan pengukuran dari sikap keluarga terhadap pasien psikotik dan juga terhadap emosional lingkungan dari keseluruhan pasien. Konsep expressed emotion diperkenalkan pada studi yang dilakukan oleh Brown dan kawan-kawan, dimana expressed emotion terbukti memiliki pengaruh pada kekambuhan pasien skizofrenik. Nilai prediktif expressed emotion dikonfirmasikan dalam studi replikasi dilakukan oleh Vaughn dan Leff. Beberapa respons emosi negatif


(25)

diungkapkan oleh keluarga, seperti permusuhan, kritikan dan keterlibatan emosional yang berlebihan, yang mendalam pada kasus penyakit mental yang disebabkan stigma sosial dan prilaku psikotik yang tidak terduga, secara signifikan berhubungan dengan kekambuhan pada pasien psikotik. Sejumlah penelitian telah dilakukan yang melibatkan tidak hanya pasien skizofrenik tetapi juga pasien dengan bentuk-bentuk psikosis, seperti gangguan afektif dan gangguan makan. Expressed emotion yang tinggi merupakan faktor risiko untuk kekambuhan dalam berbagai kondisi psikopatologis.21

Expressed emotion ditetapkan sebagai pengukuran empiris yang dapat dipercaya sebagai beberapa aspek emosional kehidupan keluarga. Konsep ekspresi emosi didasarkan pada bagaimana keluarga pasien psikiatri secara spontan berbicara tentang pasien. Keluarga diklasifikasikan memiliki expressed emotion yang tinggi jika mereka memberikan komentar kritis lebih dari jumlah ambang yang ditentukan atau menunjukkan adanya tanda-tanda permusuhan atau ditandai keterlibatan emosional yang berlebihan.4-5 Dalam dekade terakhir, studi tentang expressed emotion telah dilakukan pada berbagai sampel pasien, dan status expressed emotion pada umumnya telah terbukti menjadi prediktor yang baik bagi kekambuhan gangguan psikiatri. Misalnya, risiko terjadinya kekambuhan pada pasien skizofrenia setelah dirawat pada keluarga yang memiliki expressed emotion yang tinggi dua kali lebih besar dibandingkan pada pasien dengan expressed emotion keluarga yang rendah.5,22 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan kawan-kawan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa expressed emotion yang tinggi berhubungan dengan sikap pasien terhadap kepatuhan pengobatan dan kontak sosial.4

Penelitian yang luas terhadap expressed emotion telah mampu menunjukkan dengan baik bahwa fenomena ini sebagai prediktor yang handal dan kuat terhadap berbagai kekambuhan gangguan yang bervariasi selain skizofrenia, termasuk gangguan mood, gangguan makan, alkohol, depresi, serta penyakit fisik. Bagaimanapun juga, sedikitnya


(26)

pemahaman tentang mekanisme dan proses ini mempunyai hubungan yang konsisten antara expressed emotion dan kekambuhan. Penelitian telah memberikan beberapa bukti dimana expressed emotion merupakan cerminan dari pola perilaku transaksional antara pasien dan gaya koping keluarga, dan menunjukkan hubungan dua arah.4 Sebuah tinjauan pada 13 studi baru-baru ini yang meneliti hubungan antara expressed emotion dan atribusi dari pengasuh tentang perilaku pasien mendukung kesimpulan bahwa keyakinan pengasuh memainkan peran penting dalam proses kekambuhan dalam cara yang bervariasi. Oleh karena itu, informasi yang valid dari pendapat tersebut tampaknya penting untuk mengembangkan intervensi terapi pada keluarga yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka secara spesifik.22

II.4 Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada pasien skizofrenik

Beban dan stres yang tinggi pada keluarga yang merawat pasien telah dilaporkan secara subjektif dan hal ini menyebabkan munculnya expressed emotion yang tinggi. Ikatan kekeluargaan yang kuat terlihat dapat mengurangi beban perawatan yang berdampak pada expressed emotion keluarga.6 Expressed emotion yang tinggi pada keluarga yang mengalami penyakit kronik tampaknya lebih berkaitan dengan reaksi personal secara langsung dan tanggung jawab dalam perawatan, terutama pada psikosis episode pertama. Jika pengasuh dalam jangka waktu yang lama meyakini bahwa mereka tidak dapat merawat penyakit pasien, mereka lebih merasakan stres dan depresi, memiliki pandangan yang lebih negatif dari dampak perawatan, dan kurangnya strategi proaktif pada avoidant coping, sehingga kemungkinan besar dapat meningkatkan perasaan beban yang dirasakan.10

II.5 Family Questionnaire (FQ)

Meskipun banyak usaha untuk mengukur stres pada pengasuh pasien skizofrenia, beberapa penulis telah mengeksplorasi korelasi antara


(27)

penilaian keluarga dengan simtom dan tingkah laku stres psikologis dan beban yang mereka alami. Quinn dan kawan-kawan mengusulkan bahwa FQ memberikan penilaian yang dibutuhkan untuk mengukur perbedaan dimensi terhadap stres dalam merespons simtom pada pasien skizofrenik.14

FQ merupakan skala laporan diri (selft-report scale) untuk menilai expressed emotion; dikembangkan dan divalidasi oleh Wiedemanna, Raykia, Feinsteinb, dan Hahlwegc departemen psikiatri dan psikoterapi dari Universitas Tubingen, di Jerman. Pengembangan versi awal pada FQ dilakukan oleh para ahli klinis yang berpengalaman, disusun berdasarkan pernyataan anggota keluarga penderita skizofrenia, mengenai interaksi dan cara bersosialisasi dalam keluarga. Kuesioner ini diperkenalkan pertama sekali pada tahun 2001 dan terdiri dari 130 pertanyaan, selanjutnya pada tahun 2002 mengalami pemampatan menjadi 30 butir dan pada akhirnya versi yang terbaru terdiri dari 20 pertanyaan. Di dalam FQ terdapat empat pilihan jawaban yang memungkinkan mulai dari tidak pernah/sangat jarang = 0; jarang = 1; sering = 2; hingga sangat sering= 3. Nilai titik potong (cutt of score) pada FQ adalah 23 (ekspresi emosi rendah ≤ 23 < ekspresi emosi tinggi).23

Instrumen ini telah divalidasi di Indonesia oleh Nurtantri pada tahun 2005, dimana akurasi pengukuran FQ terhadap seseorang yang mempunyai expressed emotion tinggi adalah sebesar 94.3%. Sensitivitas alat ukur ini adalah sebesar 95.5% dengan spesifisitas 93.8%.23

Pengembangan versi akhir FQ terdiri dari 20 butir pertanyaan, yang mencakup 2 dimensi (domain) yang berbeda dari expressed emotion keluarga pasien skizofrenik, yaitu: kritik/ critical comments dan keterlibatan emosional yang berlebihan/ emotional over involvement. Critical comments didasari oleh isi dan/atau intonasi suara. Kata-kata yang menyatakan kritik apabila keluarga tidak menyukai, tidak menyetujui atau sikap/ perilaku yang menampakkan kemarahan. Emotional over involvement didasari oleh terdapatnya respons emosional yang berlebihan terhadap penyakit pasien, ditandai dengan pengorbanan diri yang tidak


(28)

biasa dan perilaku sayang/ setia yang berlebihan, atau memberikan perlindungan yang sangat berlebihan. Hasil dari analisis faktor menunjukkan 2 underlying construct dari ke 20 butir pertanyaan FQ. Faktor ke-1 mempunyai korelasi yang kuat pada butir-butir pertanyaan 3, 5, 9, 13, 17, dan 19, yang sesuai dengan butir pertanyaan pada komponen EOI. Faktor ke-2 mempunyai korelasi yang kuat pada butir-butir pertanyaan 2, 4, 12, dan 16 yang sesuai dengan butir-butir pertanyaan pada komponen CC.

II.6 Zarit Burden Interview (ZBI)

The Zarit Burden interview (ZBI) merupakan suatu instrumen yang dikembangkan oleh Profesor Steven H. Zarit dari Universitas Pennsylania yang sering digunakan untuk menilai beban perawatan. Instrumen ini sudah diadaptasi dalam berbagai bahasa dan digunakan di berbagai negara antara lain Amerika Utara dan Eropa. Kesahihan dan keandalan instrumen ini juga telah dilakukan antara lain di Jepang, Korea, dan Cina.25

Zarit Burden Interview versi bahasa Indonesia telah divalidasi oleh Rahmat LAE pada tahun 2009 dengan : 25

a. Validitas

• Kemampuan mendeteksi adanya caregiver dengan beban perawatan sebesar 75.7% (sensitivitas) dan mendeteksi adanya caregiver tanpa beban perawatan sebesar 83.6% (spesifitas)

• Dengan keakuratan pengelompokan tersebut sebesar 79.2% b. Realibilitas

• Didapatkan nilai cronbach alpha adalah 0.837 ( Z=0.351, p > 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa ZBI andal dalam mengukur beban caregiver

Instrumen ini dapat digunakan dengan cara self-rating maupun sebagai bagian dari wawancara. Pada caregiver ditanyakan 22 pertanyaan mengenai dampak dalam merawat lanjut usia dengan


(29)

disabilitas dalam kehidupan mereka, akan dinilai seberapa jauh merasa terbeban. Caregiver diminta untuk berespon terhadap 22 pertanyaan tersebut. Dalam setiap pertanyaan, caregiver diminta menandai seberapa sering mereka merasakan hal tersebut. Setiap butir pertanyaan dinilai dari 0 sampai 4, 0 = tidak pernah, 1 = jarang, 2 = kadang-kadang, 3 = agak sering dan 4 = hampir selalu. Butir pertanyaan terakhir tentang bagaimana responden merasakan beban sehubungan peran mereka sebagai carer dinilai dari 0 sampai 4. Angka 0 = tidak sama sekali, 1 = sedikit, 2 = sedang, 3 = berat & 4 = sangat berat. Nilai total dihitung dengan cara menambahkan setiap butir dengan nilai bervariasi antara 0 sampai 88. Tidak ada skor cutoff tetapi semakin tinggi nilai yang didapat berarti semakin tinggi beban caregiver. Pedoman interpretasi nilai yang diperoleh sebagai berikut: 0-20 beban sedikit atau tidak ada, 21-40 beban ringan sampai sedang, 41-60 beban sedang sampai berat, 61-88 beban berat.

24-25

Ada dua skala pada ZBI yaitu tekanan pribadi (personal strain) dan tekanan peran (role strain). Tekanan pribadi meliputi pertanyaan nomor 1, 4, 5, 8, 9, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21 sedangkan tekanan peran meliputi pertanyaan nomor 2, 3, 6, 11, 12, 13. Tekanan pribadi menggambarkan bagaimana pengalaman tersebut dirasakan oleh pengasuh secara pribadi sebagai penuh dengan tekanan, dan tekanan peran adalah stres yang diakibatkan karena konflik dalam peran atau kelebihan beban dari pengasuh.25


(30)

Kerangka Teori

Pasien skizofrenik

Keluarga pasien skizofrenik

Beban perawatan

Expressed emotion Beban subjektif:

• distres

• perasaan kehilangan

• kekhawatiran

Beban Objektif:

• kesehatan

• ekonomi

• kehidupan sosial


(31)

Kerangka Konsep

Pasien skizofrenik

Keluarga pasien skizofrenik

Beban perawatan

Expressed emotion • Tekanan pribadi

• Tekanan peran

critical commentsemotional over


(32)

BAB III. METODE PENELITIAN

III. 1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional.

III.2. Tempat dan Waktu

1. Tempat penelitian : Instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian : 1 September 2014-31 November 2014

III.3. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi target : anggota keluarga pasien skizofrenik. 2. Populasi terjangkau : anggota keluarga yang membawa pasien

skizofrenik berobat ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara periode 1 September 2014 - 31 November 2014.

3. Sampel penelitian : anggota keluarga yang membawa pasien skizofrenik berobat ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 4. Cara pengambilan sampel : non probability sampling jenis

consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

III.4. Besar Sampel

1. Besar sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah:26

n = {( Z1-α/2√Po (1-Po) + Z1-β√Pa (1-Pa)} 2 (Pa-Po) 2


(33)

n = {(1.96√0.492 (1-0.492) + 0.84√0.64(1-0.64)}2 (0.64-0.492)2

n = 86.02

Zα = deviat baku alfa = 5% Zβ = deviat baku beta = 20%

Po = perkiraan proporsi expressed emotion yang diketahui = 49.2%

Pa = Perkiraan proporsi di populasi = 64%

Kesimpulan :

Perhitungan besar sampel yang memberikan jumlah besar sampel minimal untuk studi ini adalah 86 sampel, dengan demikian besar sampel untuk studi ini ditetapkan sebanyak 100 subjek.

III.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi :

Anggotakeluarga

1. Anggota keluarga yang merawat pasien skizofrenik dan tinggal serumah dengan pasien dan berinteraksi dengan pasien sekurang- kurangnya 10 jam perminggu dalam waktu minimal selama 6 bulan.

2. Berusia antara 18 - 60 tahun 3. Pendidikan minimal SMP 4. Bersedia ikut dalam studi

Pasien skizofrenik :

1. Pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria diagnosis PPDGJ III 2. Telah memasuki fase stabil pengobatan

3. Berusia 20-40 tahun 4. Memiliki kartu BPJS gratis


(34)

Kriteria eksklusi :

1. Keluarga pasien skizofrenik yang menderita gangguan psikiatri 2. Keluarga pasien skizofrenik yang memiliki riwayat penyakit

medis yang tidak memungkinkan untuk mengasuh/merawat pasien skizofrenik (misalnya : stroke, dll)

III.6. Persetujuan setelah penjelasan/Informed Consent

Semua subyek akan diminta mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut serta dalam penelitian ini setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas.

III.7. Etika Penelitian

Penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

III.8. Cara Kerja

• Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

• Keluarga pasien dan pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian.

• Selanjutnya keluarga pasien skizofrenik diminta untuk mengisi kuesioner Zarit Burden Interview untuk mengukur beban perawatan, kemudian akan dilanjutkan mengisi kuesioner Family questionnaire untuk menilai expressed emotion keluarga pasien skizofrenik.

• Pemeriksaan dilakukan secara self report dengan cara mengisi kuesioner yang diberikan kepada keluarga pasien.

• Setelah semua data terkumpul akan dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam bentuk tabel.


(35)

III.9. Kerangka Operasional

III.10. Identifikasi variabel skizofrenia

Variabel bebas : Beban perawatan keluarga pasien skizofrenik

Variabel tergantung : Expressed emotion keluarga yang dinilai dengan skala FQ.

Kriteria Inklusi

• keluarga pasien skizofrenik

• pasien skizofrenik

Kriteria eksklusi

keluarga pasien skizofrenik

informed consent

Zarit Burden Interview (ZBI)

Familly Questionnaire


(36)

III.11. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur dan cara ukur

Hasil ukur Skala

1 Expressed emotion

kesatuan dari emosi, sikap, dan perilaku yang diekspresikan oleh keluarga (caregiver) terhadap pasien skizofrenik.23

Kuesioner FQ Skor expressed emotion Ordinal

2 Critical comments

(CC)

Kata-kata yang menyatakan kritik apabila keluarga tidak menyukai, tidak menyetujui atau sikap/ perilaku yang menampakkan kemarahan. Kuesioner FQ Skor expressed emotion Ordinal

3 Emotional over involvement (EOI) Didasari oleh terdapatnya respons emosional yang berlebihan terhadap penyakit pasien, ditandai dengan pengorbanan diri yang tidak biasa dan perilaku sayang/ setia yang berlebihan, atau memberikan perlindungan yang sangat berlebihan. Kuesioner FQ Skor expressed emotion Ordinal

4 Beban

perawatan

dampak negatif dari merawat orang yang mengalami gangguan yang dialami oleh pengasuh pada aktivitas mereka (beban objektif) atau perasaan (beban subjektif) yang melibatkan

emosional, kesehatan fisik, kehidupan sosial, dan status keuangan.7,10 Kuesioner ZBI Skor beban perawatan Ordinal


(37)

5 Tekanan pribadi Menggambarkan bagaimana pengalaman tersebut dirasakan oleh pengasuh secara pribadi sebagai penuh dengan tekanan Kuesioner ZBI Skor beban perawatan Ordinal

6 Tekanan

peran

Stres yang

diakibatkan karena konflik dalam peran atau kelebihan beban dari pengasuh. Kuesioner ZBI Skor beban perawatan Ordinal

7 Zarit Burden Interview Kuesioner yang dirancang untuk menilai beban perawatan Kuesioner ZBI Skor beban perawatan Ordinal

8 Family

questionnaire

kuesioner yang dirancang untuk menilai ekspresi emosi pada anggota keluarga pasien skizofrenia, berupa skala pelaporan diri (self report scale).23

Kuesioner FQ Skor expressed emotion Ordinal

9 Fase stabil fase pengobatan

dimana pasien telah berada dalam keadaan mempertahankan remisi, meminimalkan risiko dan konsekuensi relaps, dan mengoptimalkan fungsi dan proses

recovery.28 Pasien telah melewati fase akut pengobatan (4-8 minggu) dan fase stabilisasi (minimal 6 bulan).

PANSS Fase ini

ditandai oleh semua skor PANSS adalah ≤ 3,27

Ordinal

10 Status perkawinan

Dibedakan atas masih dalam ikatan perkawinan

(menikah), dan tidak dalam ikatan

perkawinan (janda/duda, atau

Kuesioner, wawancara

1. Menikah 2. Tidak

menikah


(38)

tidak menikah) 11 Jenis kelamin laki-laki dan

perempuan

Kuesioner, wawancara

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

12 Usia lamanya hidup sejak

lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Kuesioner, tahun

1. 18-30 2. 31-40 3. 41-50 4. 51-60

Ordinal

13 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai.

Kuesioner, ijazah

1. SMP 2. SMA 3. Perguruan

Tinggi

Ordinal

14 Anggota keluarga pasien skizofrenik keluarga pasien skizofrenik yang bertindak sebagai pengasuh, perawat, atau pengawas serta penyedia kebutuhan bagi anggota keluarganya yang menderita skizofrenia.20 Kuesioner, wawancara

1. Orang tua 2. Suami/istri 3. Anak 4. Saudara

Nominal

15 Pekerjaan Kegiatan yang

ditujukan untuk mendapatkan uang

Kuesioner, wawancara

1. Bekerja 2. Tidak

bekerja

Nominal

III.12. Analisis dan penyajian data

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut: (I) Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara, (2) Koding, adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut jenisnya, (3) Tabulasi, adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti, (4) Analisis data, Pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program Stastical Package for Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui karakteristik sosiodemografik yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, status ekonomi, status kekerabatan dan lama


(39)

interaksi pada pasien skizofrenik yang berhubungan dengan beban perawatan pasien skizofrenik digunakan uji Chi Square. Kriteria untuk signifikansi ada tidaknya hubungan yang bermakna adalah dengan menggunakan nilai P < 0,05.


(40)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Sebanyak 100 Pasien skizofrenik rawat jalan di BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara, diikutsertakan dalam studi ini. Pemilihan sampel secara consecutive sampling periode 1 September 2014 - 31 November 2014.

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan karakteristik demografik klinis

Karakteristik Sampel Jumlah (n = 100) %

Umur (tahun) 18 - 30 19 19

31 - 40 15 15

41 - 50 21 21

51 - 60 45 45

Jenis Kelamin Laki-laki 35 35

Perempuan 65 65

Status Perkawinan Kawin 74 74

Tidak kawin 26 26

Pekerjaan Bekerja 49 49

Tidak bekerja 51 51

Pendidikan SMP 44 44

SMA 38 38

PT 18 18

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling banyak adalah pada kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 45 orang yaitu 45%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 65 orang yaitu 65%, yang kawin sebanyak 74 orang yaitu 74%, yang tidak bekerja sebanyak 51 orang yaitu 51%, dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 44 orang yaitu 44%


(41)

Tabel 4.2. Beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik

Beban Perawatan n %

Tidak ada beban 18 18

Beban ringan 34 34

Beban pertengahan 36 36

Beban berat 12 12

Total 100 100

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik yang terbanyak adalah beban pertengahan sebanyak 36 orang yaitu 36%, beban ringan sebanyak 34 orang yaitu 34%, tidak ada beban sebanyak 18 orang yaitu 18%, dan beban berat sebanyak 12 orang yaitu 12%.

Tabel 4.3. Expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik

Skor EE n %

Rendah (≤ 23) 27 27

Tinggi (>23) 73 73

Total 100 100

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang memiliki expressed emotion yang tinggi sebanyak 73 orang yaitu 73% dan yang memiliki expressed emotion yang rendah sebanyak 27 orang yaitu 27%.


(42)

Tabel 4.4. Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion

Expressed Emotion

Total P

n (%) n (%) Rendah Tinggi

Beban Perawatan

Tidak ada beban 17(94.4) 1 (5.6) 18 (100.0) 0.004 Beban ringan 2 (4.65) 32 (95.35) 34 (100.0)

Beban pertengahan 4 (14.81) 32 (85.19) 36 (100.0) Beban berat 4 (33.33) 8 (66.67) 12 (100.0) Total 27 (27.00) 73 (73.00) 100 (100.0)

Tabel 4.4 menunjukkan dari hasil uji Chi-Square terdapat hubungan bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion yaitu sebesar 0.004 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel, sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).

Tabel 4.5. Hubungan antara tekanan peran dengan expressed emotion

Expressed Emotion

Total P

n (%) n (%) Rendah Tinggi

Tekanan Peran

0 - 4 9 (64.28) 5 (35.72) 14 (100.0) 0.001 5 - 9 10 (35.71) 18 (64.29) 28 (100.0)

10 - 14 3 (12.50) 24 (87.50) 27 (100.0) 15 - 19 3 (11.53) 23 (88.47) 26 (100.0) 20 - 24 2 (40.00) 3 (60.00) 5 (100.0) Total 27 (27.00) 73 (73.00) 100 (100.0)


(43)

Tabel 4.5 menunjukkan dari hasil Chi-Square terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion yaitu sebesar 0.001 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).

Tabel 4.6. Hubungan antara tekanan pribadi dengan expressed emotion

Expressed Emotion

Total P

n (%) n (%) Rendah Tinggi

Tekanan Pribadi

0 - 9 6 (75.00) 2 (25.00) 8 (100.0) 0.002 10 - 19 12 (35.29) 22 (64.71) 34 (100.0)

20 - 29 4 (10.81) 33 (89.19) 37 (100.0) 30 - 39 5 (26.31) 14 (73.09) 19 (100.0) 40 - 48 0 (00.00) 2 (100.0) 2 (100.0) Total 27 (27.00) 73 (73.00) 100 (100.0)

Tabel 4.6 menunjukkan dari hasil Chi-Square terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion yaitu sebesar 0.002 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).


(44)

Tabel 4.7. Hubungan antara tekanan peran dengan emotional over involved (EOI)

emotional over involved Total P

n (%) n (%) n (%) n (%) 0 - 5 6 - 11 12 - 17 18 - 24

Tekanan Peran

0 - 5 4(28.57) 10(71.43) 0(0.00) 0(0.00) 14(100.0) 0.013 5 - 9 4(14.28) 17(60.72) 7(25.00) 0(0.00) 28(100.0)

10 - 14 1( 3.71) 16(59.25) 9(33.33) 1(3.71) 27(100.0) 15 - 19 0 (0.00) 15(57.0) 11(42.30) 0(0.00) 26(100.0) 20 - 24 1(20.00) 2(40.00) 1(20.00) 1(20.00) 5(100.0) Total 10(10.00) 60(60.00) 28(28.00) 2(2.00) 100(100.0)

Tabel 4.7 menunjukkan dari hasil Chi-Square terdapat hubungan

bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved

yaitu sebesar 0.013 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel, sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).

Tabel 4.8. Hubungan antara tekanan pribadi dengan emotional over involved (EOI)

emotional over involved Total P

n (%) n (%) n (%) n (%) 0 - 5 6 - 11 12 - 17 18 - 24

Tekanan Pribadi

0 - 9 3(37.50) 5(62.50) 0(0.00) 0(0.00) 8(100.0) 0.001 10 - 19 4(11.76) 26(76.47) 4(11.77) 0(0.00) 34(100.0)

20 - 29 2( 5.40) 18(48.64) 17(45.96) 0(0.00) 37(100.0) 30 - 39 1(5.26) 10(52.63) 6(31.57) 2(10.54) 19(100.0) 40 - 48 0(0.00) 1(50.00) 1(50.00) 0(00.00) 2(100.0) Total 10(10.00) 60(60.00) 28(28.00) 2(2.00) 100(100.0)


(45)

Tabel 4.8 menunjukkan dari hasil Chi-Square terdapat hubungan

bermakna antara tekanan pribadi dengan emotional over involved

yaitu sebesar 0.001 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel, sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).

Tabel 4.9. Hubungan antara tekanan peran dengan critical comments Critical comments

Total P

n (%) n (%) n (%) 0 - 3 4-7 8-11

Tekanan Peran

0 - 4 5 (35.71) 8 (57.14) 1 (7.15) 14 (100.0) 0.076 5 - 9 10 (35.71) 12 (42.85) 6 (21.44) 28 (100.0)

10 - 14 6 (22.22) 11 (40.74) 10(37.04) 27 (100.0) 15 - 19 3 (11.53) 17 (65.38) 6 (23.09) 26 (100.0) 20 - 24 1 (20.00) 3 (60.00) 1 (20.00) 5 (100.0) Total 25 (25.00) 51(51.00) 24(24.00) 100 (100.0)

Tabel 4.9 menunjukkan dari hasil Chi-Square tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments yaitu sebesar 0.076 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel, sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).


(46)

Tabel 4.10. Hubungan antara tekanan pribadi dengan critical comments

Critical comments

Total P

n (%) n (%) n (%) 0 - 3 4-7 8-11

Tekanan Pribadi

0 - 9 6 (75.00) 1 (12.50) 1 (12.50) 8 (100.0) 0.262 10 - 19 8 (23.52) 18 (52.94) 8 (23.54) 34(100.0)

20 - 29 7 (18.91) 20 (54.06) 10( 27.03) 37(100.0) 30 - 39 4 (26.31) 11 (57.89) 4 (15.80) 19(100.0) 40 - 48 0 (00.00) 1 (50.00) 1 (50.00) 2 (100.0) Total 25 (25.00) 51(51.00) 24 (24.00) 100 (100.0)

Tabel 4.10 menunjukkan dari hasil Chi-Square tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments yaitu sebesar 0.262 (p<0.05). Nilai p yang didapatkan pada tabel diatas setelah dilakukan penggabungan sel-sel, sehingga keseluruhan sel memiliki expected count lebih dari 5 (dapat dilihat pada lampiran SPSS).


(47)

BAB 5. PEMBAHASAN

Studi "Hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik" merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum pada studi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provisi Sumatera Utara. Tujuan khusus dari studi ini untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dan expressed emotion, dan untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dengan komponen expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan karakteristik demografik dari sampel studi, ditemukan paling banyak adalah kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 45 orang (45%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 65 orang (65%), yang kawin sebanyak 74 orang (74%), yang tidak bekerja sebanyak 51 orang (51%), dan tingkat pendidikan SMP sebanyak 44 orang (44%)

Pada studi ini memperlihatkan bahwa tingkat beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik, paling banyak dijumpai pada beban pertengahan sebanyak 36 orang (36%). Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Darwin pada tahun 2012 di Jakarta,6 dan Ratnawati pada tahun 2014 di Medan, bahwa beban perawatan caregiver paling banyak dijumpai pada beban sedang/berat.29 Hasil studi ini juga sesuai dengan studi yang di lakukan oleh Zahid tahun 2010 di Kuwait dimana dijumpai sebanyak 34 anggota keluarga (28.1%) yang berperan sebagai pengasuh yang memiliki beban perawatan sedang hingga berat.17 Pada studi ini paling banyak dijumpai umur 51-60 tahun sebanyak 45 orang (45%). Umur berkorelasi positif dengan beban perawatan, dimana ketika umur pengasuh menjadi lebih tua, mereka khawatir tentang siapa yang akan mengurus anggota keluarga mereka yang sakit di masa yang akan


(48)

datang.16 Pada studi ini, mayoritas subjek studi adalah perempuan sebanyak 65 orang (65%). Hal ini sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia umumnya menempatkan perempuan untuk mengurus rumah tangga termasuk anggota keluarga yang sakit, sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah.6 Laki-laki dan perempuan mungkin mengalami beban yang berbeda. Schneider, Steele, Cadell, dan Hemsworth pada tahun 2010 melakukan penelitian di Kanada untuk menentukan perbedaan jenis kelamin pada 273 orang tua yang merawat anak-anak dengan penyakit skizofrenik.16 Pada studi ini dijumpai tingkat pendidikan paling banyak pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 44 orang (44%). Tingkat pendidikan merupakan variabel yang dapat memodulasi tingkat beban yang dialami oleh keluarga. Dalam studi sebelumnya, pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki beban yang ringan. Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi mengenai penyakit skizofrenik dan sumber daya sosial, memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik bagi pasien skizofrenik.30

Pada studi ini dijumpai expressed emotion yang tinggi sebanyak 73 orang (73%) pada keluarga pasien skizofrenik. Expressed emotion yang tinggi juga dijumpai pada studi yang dilakukan oleh Darwin pada tahun 2013 di Jakarta, Carra pada tahun 2012 di Italia, Aquilera pada tahun 2010 di Amerika, dimana expressed emotion yang tinggi berhubungan dengan tingkat pengetahuan pengasuh mengenai skizofrenia, dan juga dipengaruhi oleh sosial budaya setempat.3,6,10

Pada studi ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion (p =0.004). Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Darwin pada tahun 2013, dan Carra pada tahun 2102, yang menunjukkan menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik.6,10 Studi lain juga menunjukkan bahwa beban perawatan memiliki dampak pada emosional, kesehatan fisik, kehidupan sosial, dan status keuangan sebagai akibat melakukan


(49)

perawatan terhadap orang yang sakit. Mereka memandang adanya beban akibat persepsi subjektif pengasuh saat merawat pasien. Distress pada keluarga secara signifikan berkaitan dengan perilaku pasien skizofrenik dan tingginya distress berkaitan dengan tingginya expressed emotion, sehingga keluhan keluarga tentang masalah perilaku pasien skizofrenik perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan keberhasilan terapi.6 Dalam studi yang dilakukan Carra tahun 2012, tingginya expressed emotion pada keluarga yang merawat pasien dengan penyakit kronis tampaknya lebih terkait dengan reaksi personal secara langsung daripada perawatan yang sebenarnya, khususnya pada pasien psikotik episode pertama. Jika pengasuh dalam jangka waktu yang panjang meyakini bahwa mereka tidak dapat mengontrol penyakit psien, mereka akan lebih merasakan stres dan depresi, memiliki pandangan yang lebih negatif terhadap dampak perawatan, sehingga meningkatkan perasaan beban yang mereka rasakan.10

Pada studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion (p = 0.001) dan terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion (p= 0.002). Dimana tekanan pribadi menggambarkan bagaimana pengalaman tersebut dirasakan oleh pengasuh secara pribadi sebagai penuh dengan tekanan, dan tekanan peran menggambarkan stres yang diakibatkan karena konflik dalam peran atau kelebihan beban dari pengasuh,25 sehingga hal ini dapat menyebabkan timbulnya expressed emotion yang tinggi dalam merawat pasien skizofrenik.

Pada studi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved (p=0.013) dan terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan emotional over involved (p=0.001). Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Blanch tahun 2010 di Spanyol, bahwa terdapat hubungan bermakna antara beban perawatan dengan emotional over involved.31

Pada studi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments (p=0.076) dan


(50)

tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments (p=0.262). Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Blanch tahun 2010 di Spanyol, bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara beban perawatan baik beban subjektif maupun beban objektif dengan critical comments.31

Menurut Avaret-Jimenez dan kawan-kawan pada tahun 2010, dua subskala pada expressed emotion meskipun tampak berhubungan tetapi memiliki faktor yang berbeda, dimana emotional over involved lebih berhubungan dengan distres pada pengasuh daripada critical comments. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa critical comments lebih berhubungan dengan ciri kepribadian pengasuh, juga berhubungan dengan durasi psikosis yang tidak terobati, lamanya penyakit yang dialami pasien, dan episode psikotik yang berulang. Sedangkan emotional over involved kemungkinan lebih tampak sebagai mekanisme koping pengasuh dalam mengurangi dampak penyakit dan distres yang mereka rasakan.32

Keterbatasan dalam studi ini adalah tidak mengukur lamanya penyakit yang dialami pasien dan lama waktu anggota keluarga dalam merawat pasien, dimana hal ini dapat memberikan pengaruh terhadap beban yang dirasakan oleh keluarga pasien skizofrenik. Tetapi di dalam studi ini mampu menunjukkan bahwa komponen-komponen pada beban perawatan, seperti tekanan peran dan tekan pribadi juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna dengan expressed emotion, sehingga dapat menjadi masukan terhadap klinisi untuk memberikan informasi mengenai bagaimana dampak beban dan expressed emotion keluarga terhadap pasien skizofrenik, sehingga keberhasilan terapi dapat dicapai.


(51)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Seratus orang subyek yang ikut serta dalam studi ini adalah anggota keluarga pasien skizofrenik yang datang ke intalasi rawat jalan Rumah Sakit Jiwa BLUD Provinsi Sumatera Utara periode 1 September 2014 - 31 November 2014, dengan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dijumpai paling kelompok umur yang paling banyak adalah 51-60 tahun, sebanyak 45 orang (45%), jenis kelamin perempuan sebanyak 65 orang (65%), yang kawin sebanyak 74 orang (74%), yang tidak bekerja sebanyak 51 orang (51%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 44 orang (44%), dan tingkat ekonomi yang rendah sebanyak 65 orang yaitu (65%).

2. Beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik yang terbanyak adalah beban pertengahan sebanyak 36 orang (36%), beban ringan sebanyak 34 orang (34%), tidak ada beban sebanyak 18 orang (18%), dan beban berat sebanyak 12 orang (12%).

3. Expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang memiliki expressed emotion yang tinggi (skor>23 ) sebanyak 73 orang (73%) dan yang memiliki expressed emotion yang rendah (skor ≤ 23) sebanyak 27 orang (27%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion (p =0.004).

5. Terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion (p = 0.001)

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion (p=0.002).

7. Terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved(p=0.013).


(52)

8. Terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan emotional over involved (p=0.001).

9. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments (p=0.076)

10. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments (p=0.262).

6.2 Saran

1. Diharapkan para klinisi tidak hanya memfokuskan perhatian terhadap pasien skizofrenik saja, tetapi hendaknya juga memberikan perhatian terhadap anggota keluarga pasien yang bertindak sebagai pengasuh pasien skizofrenik.

2. Dari studi ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion, oleh sebab itu hendaknya anggota keluarga pasien skizofrenik turut mendapatkan edukasi mengenai perjalanan penyakit dan pengobatan skizofrenia, sehingga kekambuhan dapat dicegah, kesuksesan pengobatan dapat tercapai, dan diharapkan beban perawatan dan expressed emotion mereka sebagai pengasuh dapat berkurang.

3. Bagi penulis berikutnya diharapkan studi ini dapat menjadi bahan acuan atau sejenisnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan beban perawatan dan expressed emotion keluarga pasien skizofrenik yang tidak diteliti dalam studi ini seperti pengetahuan mengenai skizofrenia, kemampuan mengatasi masalah, dan faktor-faktor dukungan dari lingkungan tempat tinggal pasien.


(53)

BAB 7. RINGKASAN

Skizofrenia adalah penyakit mental yang serius yang membebani secara individu, keluarga mereka, dan masyarakat. Pasien skizofrenik yang dirawat inap, yang kembali pada lingkungan keluarga yang ditandai dengan tingginya tingkat kritikan, keterlibatan emosional yang berlebihan, atau permusuhan (disebut sebagai expressed emotion yang tinggi) lebih cenderung mengalami kekambuhan dibandingkan dengan pasien skizofrenik yang kembali pada keluarga yang ditandai dengan expressed emotion yang rendah. Penambahan peran sebagai pengasuh pasien dapat menyebabkan timbulnya beban pada pengasuh sendiri dan dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, pandangan dari beban pengasuh telah luas melibatkan masalah fisik, psikologis, sosial dan keuangan yang dialami oleh pengasuh keluarga yang merawat kerabat mereka dengan penyakit kronis atau gangguan mental.

Tujuan studi pada studi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provisi Sumatera Utara, dan juga untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dan expressed emotion, dan untuk mengetahui hubungan antara komponen beban perawatan dengan komponen expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik.

Studi ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Studi ini dilakukan di instalasi rawat jalan BLUD RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara. Waktu Penelitian: 1 September 2014 - 31 November 2014. Sampel penelitian: anggota keluarga yang membawa pasien skizofrenik berobat ke instalasi rawat jalan BLUD RSJ Provinsi Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel : non probability sampling jenis consecutive sampling. Pengolahan dan analisis data yang diperoleh dilakukan dengan program Statistical


(54)

Package for Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion dianalisis dengan menggunakan uji analisis Chi-Square.

Pada studi ini dijumpai kelompok umur yang paling banyak adalah 51-60 tahun, jenis kelamin perempuan, kelompok yang kawin, kelompok yang tidak bekerja, dan tingkat pendidikan SMP. Beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik yang terbanyak adalah beban pertengahan dan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang paling banyak adalah yang memiliki expressed emotion yang tinggi

Pada studi ini dijumpai terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion (p=0.004), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion (p = 0.001), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion (p=0.002), terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved (p=0.013), terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan emotional over involved (p=0.001), tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments (p=0.076), dan tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments (p=0.262).


(55)

DAFTAR RUJUKAN

1. Sadock BJ, Sadock VA. Schizophrenia. In: Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry. 10thed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

2. Tamminga CA. Schizophrenia and other psychotic disorders: introduction and overview. In: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. 9thed, vol.I. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2009.p.1433-7.

3. Aguilera A, Lo'pez SR, Breitborde NJ, Kopelowicz A, Zarate R. Expressed emotion and sociocultural moderation in the course of schizophrenia. Journal of Abnormal Psychology. 2010 American Psychological Association. 2010; 119 (4) : 875–885.

4. Solomon P, Alexander L, Uhl S. The relationship of case managers’ expressed emotion to clients’ outcomes. Soc Psychiat Epidemiol. 2010; 45:165–174.

5. Bruckner E, Peter H, Rufer M, Bandelow B, Dahme B, Hand I, et al. Expressed Emotion in the partners of a non-clinical adult sample: a comparison with relatives of patients with schizophrenia and depression. German J Psychiatry. 2008; 11: 84-90.

6. Darwin P, Hadisukanto G, Elvira SD. Beban perawatan dan ekspresi emosi pada pramurawat pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa. J Indon Med Assoc. 2013; 63 (2): 46 - 51.

7. Srivastava S. Perception of burden by caregivers of patients with schizophrenia. Indian Journal Psychiatry. 2005; 47 (3):p. 148-52.

8. Nasr T, Kausar R. Psychoeducation and the family burden in schizophrenia : a randomized controlled trial. Annals of General Psychiatry.2009;17 (8):p. 1-6.

9. Sefasi A, Crumlish N, Samalani P, Kinsella A, Callaghan EO. A little knowledge : caregiver burden in schizophrenia in Malawi. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2002:p.1-5.


(56)

10. Carra G, Cazzullo CL,Clerici M. The association between expressed emotion, illness severity and subjective burden of care in relatives of patients with schizophrenia. BMC Psychiatry. 2012; 12 (140) : 1-8. 11. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of

mental disorder, 5 thed. Washington DC: APA Press; 2013.

12. Amelia DR, Anwar Z. Relapse pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2013; 01: 52-64.

13. Schene AH, Wijngaarden BV, Koeter MW. Family caregiving in schizophrenia: domains and distress. Schizophrenia Bulletin. 1998; 24(4): 609-14.

14. Chien WT, Chan SW. Further validation of the Chinese version of the Level of Expressed Emotion Scale for research and clinical use. International Journal of Nursing Studies. 2010; 47:190–204.

15. Provencher HL, Mueser KT. Positive and negative symptom behaviors and caregiver burden in relatives of persons with schizophrenia. Schizophrenia Research . 1997;26 :p.71-80.

16. Rafiyah I, Sutharangsee W. Review : Burden on family caregivers caring for patients with schizophrenia and its related factors. Nurse Media Journal of Nursing. 2011:p.29-41.

17. Zahid MA, Ohaeri JU. Relationship of family caregiver burden with quality of care and psychopathology in a sample of Arab subjects with schizophrenia. BMC Psychiatry.2010:p.1-1-11.

18. Chadda RK, Singh TB, Ganguly KK. Caregiver burden and coping : A prospective study of relationship between burden and coping in caregivers of patients with schizophrenia and bipolar affective disorder. Soc Psychiatry Epidemiol.2007;42: p. 923-30.

19. Ganguly K, Chadda RK, Singh TB. Caregiver burden and coping in schizophrenia and bipolar disorder: A Qualitative Study. American Journal of Psychiatric Rehabilitation.2010;13:p. 126-42.

20. Olivares JM, Sermon J, Hemels M, Schreiner A. Definitions and drivers of relapse in patients with schizophrenia: a systematic literature review. Annals of General Psychiatry. 2013; 12 (32): 1-11.


(57)

21. Murni AR, Oeib TP, Fatimah Y, Asmawati D. Schizophrenia relapse in Kuala Lumpur, Malaysia: do relatives’ expressed emotion and personality traits matter?. Comprehensive Psychiatry. 2013; 20: 1-10. 22. Kurihara T, Kato M, Tsukahara T, Takanoc Y, Reverger R. The low

prevalence of high levels of expressed emotion in Bali. Psychiatry Research. 2000; 94: 229-38.

23. Nurtrantri IS. Penentuan validitas dan reliabilitas family questionnaire (FQ) dalam menilai ekspresi emosi pada keluarga yang merawat penderita skizofrenia di RSCM. Jakarta :Universitas Indonesia; 2005. 24. Yusuf AJ, Nuhu FT, Akinbiyi A. Caregiver burden among relatives of

patients with schizophrenia in Katsina, Nigeria. S Afr J Psychiatry.2009:15:43-7.

25. Rahmat LAE, Dharmono S, Damping CE,Wiwie M, Govinda A, Ariawan I. Penentuan validitas dan realibilitas The Zarit Burden Interview. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2009.

26. Azhar C, Wahyuni AS. Statistika kedokteran (disertai dengan aplikasi dengan SPSS). Jakarta : Bamboedoea Communcation. 2007.

27. Carpiniello B, Pinna F, Tusconi M, Zaccheddu E, Fatteri F. Gender differences in remission and recovery of schizophrenic and schizoaffective patients: Preliminary results of a prospective cohort study. Schizophrenia Research and Treatment. 2012; 1-8.

28. Badan Pusat Statistik. Perkembangan beberapa indikator ekonomi di Indonesia. Jakarta: BPS; Mei 2012.

29. Ratnawati DM. Hubungan beban perawatan dengan karakteristik sosiodemografik caregiver pada pasien skizofrenik. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2014.

30. Caqueo A, Gutierrez J. Burden of care in families of patient with schizophrenia. Quality of Life Research. 2006;15:719-24.

31. Blanch GC, Munoz VM, García GP, García OM, Jimenez MA, Sanchez JM, et al. Effects of family psychoeducation on expressed emotion and burden of care in first-episode psychosis: a prospective


(58)

observational study. The Spanish Journal of Psychology. 2010;13 (1): 389-95

32. Jansen JE. Towards a better understanding of caregiver distress in first-episode psychosis : a study of psychological factors. Denmark : University of Copenhagen; 2014.


(1)

Package for Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion dianalisis dengan menggunakan uji analisis Chi-Square.

Pada studi ini dijumpai kelompok umur yang paling banyak adalah 51-60 tahun, jenis kelamin perempuan, kelompok yang kawin, kelompok yang tidak bekerja, dan tingkat pendidikan SMP. Beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik yang terbanyak adalah beban pertengahan dan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang paling banyak adalah yang memiliki expressed emotion yang tinggi

Pada studi ini dijumpai terdapat hubungan yang bermakna antara beban perawatan dengan expressed emotion (p=0.004), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan peran dengan expressed emotion (p = 0.001), terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan pribadi dengan expressed emotion (p=0.002), terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan emotional over involved (p=0.013), terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan emotional over involved (p=0.001), tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan peran dengan critical comments (p=0.076), dan tidak terdapat hubungan bermakna antara tekanan pribadi dengan critical comments (p=0.262).


(2)

DAFTAR RUJUKAN

1. Sadock BJ, Sadock VA. Schizophrenia. In: Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry. 10thed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

2. Tamminga CA. Schizophrenia and other psychotic disorders: introduction and overview. In: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. 9thed, vol.I. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2009.p.1433-7.

3. Aguilera A, Lo'pez SR, Breitborde NJ, Kopelowicz A, Zarate R. Expressed emotion and sociocultural moderation in the course of schizophrenia. Journal of Abnormal Psychology. 2010 American Psychological Association. 2010; 119 (4) : 875–885.

4. Solomon P, Alexander L, Uhl S. The relationship of case managers’ expressed emotion to clients’ outcomes. Soc Psychiat Epidemiol. 2010; 45:165–174.

5. Bruckner E, Peter H, Rufer M, Bandelow B, Dahme B, Hand I, et al. Expressed Emotion in the partners of a non-clinical adult sample: a comparison with relatives of patients with schizophrenia and depression. German J Psychiatry. 2008; 11: 84-90.

6. Darwin P, Hadisukanto G, Elvira SD. Beban perawatan dan ekspresi emosi pada pramurawat pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa. J Indon Med Assoc. 2013; 63 (2): 46 - 51.

7. Srivastava S. Perception of burden by caregivers of patients with schizophrenia. Indian Journal Psychiatry. 2005; 47 (3):p. 148-52.

8. Nasr T, Kausar R. Psychoeducation and the family burden in schizophrenia : a randomized controlled trial. Annals of General Psychiatry.2009;17 (8):p. 1-6.

9. Sefasi A, Crumlish N, Samalani P, Kinsella A, Callaghan EO. A little knowledge : caregiver burden in schizophrenia in Malawi. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2002:p.1-5.


(3)

10. Carra G, Cazzullo CL,Clerici M. The association between expressed emotion, illness severity and subjective burden of care in relatives of patients with schizophrenia. BMC Psychiatry. 2012; 12 (140) : 1-8. 11. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of

mental disorder, 5 thed. Washington DC: APA Press; 2013.

12. Amelia DR, Anwar Z. Relapse pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2013; 01: 52-64.

13. Schene AH, Wijngaarden BV, Koeter MW. Family caregiving in schizophrenia: domains and distress. Schizophrenia Bulletin. 1998; 24(4): 609-14.

14. Chien WT, Chan SW. Further validation of the Chinese version of the Level of Expressed Emotion Scale for research and clinical use. International Journal of Nursing Studies. 2010; 47:190–204.

15. Provencher HL, Mueser KT. Positive and negative symptom behaviors and caregiver burden in relatives of persons with schizophrenia. Schizophrenia Research . 1997;26 :p.71-80.

16. Rafiyah I, Sutharangsee W. Review : Burden on family caregivers caring for patients with schizophrenia and its related factors. Nurse Media Journal of Nursing. 2011:p.29-41.

17. Zahid MA, Ohaeri JU. Relationship of family caregiver burden with quality of care and psychopathology in a sample of Arab subjects with schizophrenia. BMC Psychiatry.2010:p.1-1-11.

18. Chadda RK, Singh TB, Ganguly KK. Caregiver burden and coping : A prospective study of relationship between burden and coping in caregivers of patients with schizophrenia and bipolar affective disorder. Soc Psychiatry Epidemiol.2007;42: p. 923-30.

19. Ganguly K, Chadda RK, Singh TB. Caregiver burden and coping in schizophrenia and bipolar disorder: A Qualitative Study. American Journal of Psychiatric Rehabilitation.2010;13:p. 126-42.

20. Olivares JM, Sermon J, Hemels M, Schreiner A. Definitions and drivers of relapse in patients with schizophrenia: a systematic literature review. Annals of General Psychiatry. 2013; 12 (32): 1-11.


(4)

21. Murni AR, Oeib TP, Fatimah Y, Asmawati D. Schizophrenia relapse in Kuala Lumpur, Malaysia: do relatives’ expressed emotion and personality traits matter?. Comprehensive Psychiatry. 2013; 20: 1-10. 22. Kurihara T, Kato M, Tsukahara T, Takanoc Y, Reverger R. The low

prevalence of high levels of expressed emotion in Bali. Psychiatry Research. 2000; 94: 229-38.

23. Nurtrantri IS. Penentuan validitas dan reliabilitas family questionnaire (FQ) dalam menilai ekspresi emosi pada keluarga yang merawat penderita skizofrenia di RSCM. Jakarta :Universitas Indonesia; 2005. 24. Yusuf AJ, Nuhu FT, Akinbiyi A. Caregiver burden among relatives of

patients with schizophrenia in Katsina, Nigeria. S Afr J Psychiatry.2009:15:43-7.

25. Rahmat LAE, Dharmono S, Damping CE,Wiwie M, Govinda A, Ariawan I. Penentuan validitas dan realibilitas The Zarit Burden Interview. Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2009.

26. Azhar C, Wahyuni AS. Statistika kedokteran (disertai dengan aplikasi dengan SPSS). Jakarta : Bamboedoea Communcation. 2007.

27. Carpiniello B, Pinna F, Tusconi M, Zaccheddu E, Fatteri F. Gender differences in remission and recovery of schizophrenic and schizoaffective patients: Preliminary results of a prospective cohort study. Schizophrenia Research and Treatment. 2012; 1-8.

28. Badan Pusat Statistik. Perkembangan beberapa indikator ekonomi di Indonesia. Jakarta: BPS; Mei 2012.

29. Ratnawati DM. Hubungan beban perawatan dengan karakteristik sosiodemografik caregiver pada pasien skizofrenik. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2014.

30. Caqueo A, Gutierrez J. Burden of care in families of patient with schizophrenia. Quality of Life Research. 2006;15:719-24.

31. Blanch GC, Munoz VM, García GP, García OM, Jimenez MA, Sanchez JM, et al. Effects of family psychoeducation on expressed emotion and burden of care in first-episode psychosis: a prospective


(5)

observational study. The Spanish Journal of Psychology. 2010;13 (1): 389-95

32. Jansen JE. Towards a better understanding of caregiver distress in first-episode psychosis : a study of psychological factors. Denmark : University of Copenhagen; 2014.


(6)