p0,001.
6
Studi yang dilakukan Carra dan kawan-kawan pada tahun 2012 di Italia, juga menunjukkan realita yang besar di Eropa bagian
selatan bahwa terdapat suatu hubungan antara expressed emotion pengasuh yang tinggi dengan beban secara subjektif.
10
Berdasarkan hal tersebut maka melalui penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat
hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang berobat jalan pada di BLUD RSJ
Propinsi Sumatera Utara, yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan informasi terhadap klinisi dan keluarga pasien skizofrenik.
I.2. Rumusan masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik ?
1.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara beban perawatan dengan expressed
emotion pada keluarga pasien skizofrenik
I.4. Tujuan penelitian 1.4.1Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik
1.4.2Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui berapakah proporsi beban perawatan pada keluarga pasien skizofrenik
2. Untuk mengetahui berapakah proporsi expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik
3. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan peran dengan expressed emotion
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan pribadi dengan expressed emotion
5. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan peran dengan emotional over involved
6. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan pribadi dengan emotional over involved
7. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan peran dengan critical comments
8. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan pribadi dengan critical comments
I.5. Manfaat penelitian 1. Bidang pendidikan
Hasil studi
ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara
beban perawatan dengan
expressed emotion keluarga pasien skizofrenik.
2. Bidang penelitian
Hasil studi ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian selanjutnya yang sejenis atau penelitian ini dijadikan sebagai bahan
acuan.
3. Bidang pelayanan kesehatan
Dengan mengetahui adanya hubungan antara beban perawatan dengan expressed emotion keluarga pasien skizofrenik dapat
membantu klinisi untuk memberikan informasi dan masukan terhadap keluarga pasien skizofrenik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Skizofrenia
Skizofrenia didefinisikan sebagai abnormalitas pada satu atau lebih dari lima domain berikut: waham, halusinasi, pikiran yang kacau
berbicara, perilaku yang abnormal atau sangat tidak teratur termasuk katatonia, dan simtom negatif. Skizofrenia berlangsung selama minimal 6
bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan dari simton fase aktif.
11
Di
Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia adalah sekitar 1 persen, yang berarti bahwa sekitar 1 dari 100 orang dapat menimbulkan
skizofrenia dalam hidupnya. The Epidemiologic Catchment Area study yang disponsori oleh Institut Nasional Kesehatan Mental melaporkan
prevalensi seumur hidup skizofrenia sebesar 0.6 sampai 1.9 persen. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of mental disorder Text
Revision DSM-IV-TR, kejadian tahunan skizofrenia berkisar 0.5 sampai 5.0 per 10.000, dengan beberapa variasi geografis misalnya, insiden
lebih tinggi untuk orang yang lahir di daerah perkotaan negara-negara industri. Skizofrenia ditemukan dalam semua masyarakat dan wilayah
geografis, dan insiden dan prevalensi kira-kira sama di seluruh dunia.
1
Prevalensi skizofrenia adalah sama pada laki-laki dan perempuan. Tetapi, awitan dan perjalanan penyakit berbeda berdasarkan jenis
kelamin. Awitan terjadi lebih cepat pada laki-laki daripada perempuan. Lebih dari setengah dari semua pasien skizofrenik laki-laki, tetapi hanya
sepertiga dari semua pasien skizofrenik perempuan, yang pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa sebelum usia 25 tahun. Usia puncak awitan
adalah 10 sampai 25 tahun untuk laki-laki, dan 25 sampai 35 tahun untuk perempuan. Awitan skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau setelah usia
60 tahun sangatlah jarang. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa laki- laki lebih cenderung mengalami gangguan gejala negatif daripada
perempuan, dan perempuan lebih cenderung memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Secara umum, hasil akhir terhadap
pasien skizofrenik perempuan lebih baik daripada pasien skizofrenik laki-
Universitas Sumatera Utara
laki. Ketika awitan terjadi setelah usia 45 tahun, gangguan ini disebut
sebagai awitan lambat.
1
Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0.3-1 dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun
ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah mengalami skizofrenia.
12
II.2 Beban perawatan pada pasien skizofrenik