BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bertambahnya populasi penduduk Indonesia dari tahun ke tahun menyebabkan
meningkatnya kebutuhan terhadap bahan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia maka sektor pertanian berusaha meningkatkan
produksi pangan. Menurut Munarso et al. 2006, upaya untuk meningkatkan produksi dengan tujuan agar tanaman tidak dirusak oleh hama dan penyakit adalah
dengan menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida pada tanaman sayuran di dataran tinggi tergolong sangat intensif, hal ini terutama disebabkan kondisi iklim
yang sejuk dengan kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi menciptakan kondisi yang baik untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman.
Ketergantungan petani pada pestisida amat tinggi, disertai dengan peningkatan dosis dan frekuensi secara terus menerus, karena hama semakin sulit
dikendalikan Waage, 1996. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran,
petani juga sering mencampur beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Tindakan yang demikian
sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida Agus, 1999.
Pada kenyataannya, dari bahan aktif pestisida yang diaplikasikan di lapangan, hanya sedikit partikel semprot yang diperlukan untuk mematikan hama.
Bagian terbesar pestisida, yakni 99 menjadi sisa dan masuk dalam sistem lingkungan melalui berbagai cara Supriyadi et al., 2001.
Udara dapat dengan mudah terkontaminasi pestisida selama proses penyemprotan. Butiran-butiran pestisida selama penyemprotan menjadi partikel
halus dapat melayang jauh terbawa angin. Residu pestisida dapat pula terjadi di tanah, apabila pestisida disemprotkan pada tanamantanah tidak mencapai sasaran
dan jatuh ke permukaan tanah dan selanjutnya diserap ke dalam tumbuhan jenis umbi-umbian. Air merupakan medium utama bagi transportasi pestisida.
Universitas Sumatera Utara
Pindahnya pestisida dapat bersama partikel air atau debu pembawa. Pestisida dapat pula menguap karena suhu yang tinggi. Pestisida yang di udara bisa kembali
ke tanah oleh hujan atau pengendapan debu Yusnaini et al., 2013.
Untuk mengurangi residu pestisida dilakukan berbagai upaya untuk mendegradasinya, diantaranya secara kimia, fisika dan biologi. Salah satu cara
yang efektif dalam mendegradasi pestisida adalah dengan biodegradasi. Menurut Liu et al. 2007, biodegradasi adalah metode umum yang digunakan dalam
menurunkan residu pestisida karena biayanya yang tidak mahal. Dalam ekosistem terdapat mikroorganisme yang mampu melakukan biodegradasi sehingga kondisi
lingkungan dapat bersifat lebih baik Capelli et al., 2001; Richard Vogel, 1999; Kim et al., 2005.
Salah satu faktor yang sering membatasi kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah
Francy et al., 1991. Sehingga mikroorganisme yang ada di lingkungan minyak bumi mampu mendegradasi hidrokarbon dengan menghasilkan metabolit berupa
biosurfaktan, biopolimer, asam, biomassa dan gas. Biosurfaktan merupakan surfaktan yang dihasilkan oleh metabolisme mikroorganisme Baker dan Herson,
1994.
Bakteri penghasil biosurfaktan antara lain Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescens, Bacillus cereus, B. thuringiensis, B. sphaericus Banat, 1995.
Berdasarkan penelitian Naibaho 2013, terdapat bakteri penghasil biosurfaktan yang diisolasi dari air Laut Belawan yang mampu mendegradasi pestisida
karbosulfan. Dan penelitian Nasution 2011, yang mendapatkan bakteri penghasil biosurfaktan yang mampu mendegradasi pestisida naftalen yang diisolasi dari
Laut Sibolga dan Laut Tanjung Balai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis melakukan penelitian tentang potensi bakteri asal Laut Belawan dalam
mendegradasi pestisida glifosat secara in vivo. 1.2 Permasalahan
Keberadaan hama menyebabkan banyak kerugian dalam bidang pertanian,
maka untuk mengatasi masalah tersebut petani menggunakan pestisida. Keberadaan pestisida sangat berperan dalam peningkatan produksi pertanian,
namun penggunaannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
Universitas Sumatera Utara
makhluk hidup karena penggunaannya yang berlebihan. Penggunaan pestisida yang berlebihan meninggalkan residu yang susah untuk didegradasi. Untuk
mengurangi dampak negatif dari pencemaran oleh pestisida maka perlu dicari cara yang aman untuk menguranginya yaitu dengan menggunakan mikroorganisme.
Penggunaan mikroorganisme dapat mengurangi residu pestisida seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana bakteri yang telah diisolasi dari tanah
pertanian terbukti mampu mendegradasi residu pestisida yang berbahan aktif glifosat yang terdapat di dalam media. Untuk itu diadakan penelitian lebih lanjut
dalam mengaplikasikan bakteri tersebut ke dalam tanah yang telah tercemar pestisida dimana bakteri akan diisolasi dari air laut Belawan dan diuji
kemampuannya dalam mendegradasi senyawa aktif dari pestisida yang berupa senyawa hidrokarbon secara in vivo.
1.3 Tujuan Penelitian