Daerah kurang rawan longsor

5.2.1 Daerah kurang rawan longsor

Daerah kurang rawan longsor merupakan daerah yang secara umum mempunyai tingkat kerawanan rendah untuk terjadinya tanah longsor. Di daerah penelitian zona yang memiliki tingkat daerah kurang rawan longsor memiliki luasan sebesar 17.879,40 ha atau 17 dari luas total daerah penelitian. Untuk tipe penutupan lahan, kelas kerawanan ini didominasi oleh tipe penutupan lahan berupa kebun campuransemak belukar seluas 12.021,68 ha. Kebun campuran memiliki sistem perakaran yang dalam dan kuat sehingga mampu mengikat agregat tanah pada tempatnya, dan dapat mengurangi potensi terjadinya bencana tanah longsor. Batuan bahan Volkanik-1 merupakan formasi geologi yang terluas di daerah kurang rawan longsor kurang rawan dengan luas 6.188,21 ha sedangkan formasi geologi terluas kedua adalah batuan bahan Aluvial dengan luas 5.711,46 ha. Bahan Volkanik terbentuk dari batu liat, batu liat berkapur dan batu kapur yang mempunyai sifat kedap air dimana pada saat penampang tanah jenuh air dapat berfungsi sebagai bidang luncur. Jenis tanah yang mendominasi kelas kerawanan ini adalah assosiasi Latosol coklat Latosol kemerahan dengan luas 4.425,86 ha dan jenis tanah assosiasi Latosol coklat Regosol dengan luas 3.267,07 ha, yang mempunyai tekstur berpasir dan agak peka terhadap erosi. Sedangkan untuk kemiringan lereng, daerah kurang rawan longsor ini bentuk lahannya datar hingga agak curam yang didominasi dengan kemiringan lereng 0-8 dengan luasan 15.943,28 ha. Kondisi curah hujan daerah ini didominasi oleh curah hujan yang relatif sedang dengan kisaran 2.000-2.500 mmtahun. Di daerah ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak ada gangguan pada lereng, sedangkan jika terdapat gerakan tanah itu terjadi pada tebing aliran sungai akibat dari aliran permukaan yang dapat menimbulkan penggerusan tanah erosi sehingga lereng bagian bawah menjadi lebih curam dan dapat mempercepat terjadinya tanah longsor pada lereng bagian atasnya. Berdasarkan hasil ground check pada lokasi daerah kurang rawan longsor terdapat kasus longsor dalam skala kecil. Kasus ini terjadi di desa Cibedug dan desa Bojong Murni Kecamatan Ciawi, dimana longsor terjadi pada gawir sungai yang penutupan lahan sekitarnya berupa semak dengan kelerengan 77,78. Semak pada umumnya memiliki sistem perakaran yang dangkal sehingga tidak dapat mengikat agregat tanah terutama bila terjadi hujan lebat dan cukup lama. Kasus lainnya terjadi di Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua, longsor terjadi pada tebing jalan yang memiliki kelerengan tanah sebesar 122,22 dengan penutupan lahan disekitarnya berupa perumahan dan tanah kosong. Pada tanah kosong jika hujan turun dengan intensitas yang cukup tinggi maka akan langsung terserap oleh tanah sehingga tanah menjadi cepat jenuh air yang mengakibatkan bobot tanah menjadi bertambah dan lebih labil. Untuk menurunkan tingkat kerawanan pada daerah kurang rawan longsor perlu dilakukan upaya-upaya konservasi yang berupa penanaman pohon yang memiliki perakaran dalam dan berdaun banyak untuk memecah butiran hujan sebelum jatuh ke tanah dengan akar tanamannya bisa berjangkar melalui massa tanah hingga masuk retakan batuan sehingga dapat berfungsi sebagai angker yang dapat mencegah terjadinya longsor dan penanaman pohon disekitar tempat tinggal untuk mengurangi air larian run off. a b c Gambar 10 Lokasi Longsor di a Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua, b Desa Cibedug Kecamatan Ciawi ,c Desa Bojong Murni Kecamatan Ciawi

5.2.2 Daerah rawan longsor