5.1.5 Penutupan lahan
Banyaknya perubahan vegetasi sebagai tutupan lahan dari areal tegakan hutan atau vegetasi lebat menjadi kebun campuran, semak beukar, pemukiman,
atau menjadi lahan kosong akan sangat berpengaruh besar terhadap kestabilan lereng terutama pada area hutan yang diubah menjadi lahan pertanian
agricultural. Dalam pengamatan, kejadian longsor juga terjadi pada daerah dengan penutupan lahan berupa tegakan tanaman keras yang memiliki kerapatan
tinggi. Sutikno 2000 meyatakan bahwa peranan vegetasi pada kasus longsor sangat kompleks. Pada kasus tertentu tumbuhan yang hidup pada lereng dengan
kemiringan tertentu justru berperan sebagai penambah beban lereng yang mendorong terjadinya longsor.
Berdasarkan hasil up-dating peta penutupan lahan tahun 2003 , diketahui bahwa jenis dan persentase penutupan lahan di daerah penelitian sebagian besar
didominasi oleh hutan dan kebun campuransemak belukar Tabel 17. Sebaran spasial penutupan lahan selengkapnya disajikan pada Gambar 7.
Tabel 17 Luas penutupan lahan daerah penelitian No
Tutupan lahan Luas ha
Persentase 1.
Awan dan bayangan awan 7.390,69
7,04 2.
Badan-badan air 41,14
0,04 3.
Hutanvegetasi lebat 33.879,06
32,3 4.
Kawasan Industri 601,51
0,57 5.
Kebun campuransemak belukar 53.934,03
51,4 6.
Lahan-lahan kosong 503,62
0,48 7.
Perkebunan 1.762,39 1,68
8. Permukimanperkampungan 6.019,71
5,74 9.
Sawah irigasi 782,02
0,75 Jumlah
104.914,17 100
Sumber : Hasil klasifikasi Citra Spot 5, KJ 284-363, 2003-07-10
Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa kebun campuransemak belukar merupakan penutupan lahan yang terluas yang terdapat di daerah penelitian yaitu
53.934,03 ha atau sekitar 51,4 dari luas total daerah penelitian. Kebun campuran memiliki sistem perakaran yang dalam dan kuat sehingga mampu mengikat
agregat tanah pada tempatnya, dan dapat mengurangi potensi terjadinya bencana tanah longsor. Akan tetapi pada kebun campuran yang sudah menjadi semak
belukar akan meningkatkan potensi terjadinya tanah longsor karena semak belukar pada umumnya tidak memiliki sistem perakaran yang kuat dan dalam yang
mampu mengikat agregat tanah terutama bila tejadi hujan lebat dan cukup lama. Lahan yang arealnya tidak di tumbuhi oleh vegetasi apapun diatasnya atau
belum dimanfaatkan oleh masyarakat disebut sebagai areal lahan kosong, jika hujan turun dengan intensitas yang cukup tinggi maka akan langsung terserap oleh
tanah sehingga tanah menjadi cepat jenuh terhadap air yang mengakibatkan bobot tanah menjadi bertambah dan lebih labil. Dengan kondisi tersebut maka areal
lahan kosong sangat beresiko terhadap terjadinya bahaya longsor, sehingga perlu dilakukan upaya konservasi melalui rehabilitasi penghijauan kembali lahan
kosong oleh penduduk maupun oleh pemerintah setempat. Pemukiman merupakan tipe penutupan lahan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan papan penduduk di sekitar daerah penelitian. Areal pemukiman ini tersebar merata diseluruh lokasi penelitian dengan luasan 6.019,71
ha atau sekitar 5,74 dari luas total daerah penelitian. Pemukiman yang terletak pada kemiringan lereng agak curam hingga sangat curam sangat rentan terhadap
resiko terkena bahaya longsoran, sehingga menimbulkan dampak negatif yang besar.
Tipe penutupan lahan berupa sawah di daerah penelitian memiliki luasan 782,02 ha atau sekitar 0,75 dari luas total daerah penelitian. Lahan sawah ini
akan sangat berpengaruh sebagai pemicu terjadinya tanah longsor apabila lahan sawah ini terletak pada daerah yang agak terjal atau daerah yang berlereng karena
dalam keadaan tersebut lereng bersifat jenuh air yang berakibat bobot massa tanah bertambah sehingga sering menjadi labil oleh karena itu perlu adanya teknik
konservasi yang cukup memadai yang berupa pembuatan terasering, sehingga tidak meningkatkan bahaya longsor.
Gambar 7 Peta Penutupan Lahan
5.2 Analisis Daerah Rawan Longsor