BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bencana Tanah Longsor
2.1.1 Definisi
Quarantelli 1998 diacu dalam Alhasanah 2006 memberikan pengertian bencana sebagai suatu kejadian aktual, lebih dari suatu ancaman yang potensial
atau dengan diistilahkan sebagai realisasi dari bahaya. Bencana pada dasarnya merupakan fenomena sosial yang terjadi ketika suatu komunitas mengalami
kerugian akibat bencana tersebut. Secara lebih rinci, definisi bencana difokuskan pada ruang dan waktu ketika suatu komunitas menghadapi bahaya yang besar dan
hancurnya berbagai fasilitas penting yang dimilikinya, jatuhnya korban manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, sehingga berpengaruh pada kemampuan
komunitas tersebut untuk mengatasinya tanpa bantuan dari pihak luar. Bencana tanah longsor adalah istilah umum dan mencakup ragam yang luas
dari bentuk-bentuk tanah dan proses-proses yang melibatkan gerakan bumi, batu- batuan atau puing-puing pada lereng bawah di bawah pengaruh gravitasi.
Biasanya, terjadinya tanah longsor didahului oleh fenomena alam lainnya, yaitu seperti gempa bumi, banjir dan gunung berapi. Kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor pada selang waktu tertentu dapat menyebabkan kerugian properti yang lebih banyak dibandingkan dengan kejadian geologi lain.
Bencana dapat terjadi karena saling bertemu dua faktor, yakni bahaya hazard dan kerentanan vulnerability. Oleh karena itu harus saling diketahui
faktor-faktor bahaya dan kerentanan yang terdapat disuatu daerah, agar daerah tersebut dapat terbebas atau terhindarkan dari bencana. Istilah bahaya atau hazard
mempunyai kemungkinan terjadinya bahaya dalam suatu periode tertentu pada suatu daerah yang berpotensi terjadinya bahaya tersebut. Bahaya berubah jadi
bencana apabila telah mengakibatkan korban jiwa, kehilangan atau kerusakan harta dan kerusakan lingkungan.
2.1.2 Tanah longsor
Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan
bergeraknya massa tanah dan batuan ke tempat yang lebih rendah. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik
tanah dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja disepanjang lereng. Perubahan gaya-gaya tersebut ditimbulkan oleh pengaruh perubahan alam
maupun tindakan manusia. Perubahan kondisi alam dapat diakibatkan oleh gempa bumi, erosi, kelembaban lereng karena penyerapan air hujan dan perubahan aliran
permukaan. Pengaruh manusia terhadap perubahan gaya-gaya antara lain adalah penambahan beban pada lereng dan tepi lereng, penggalian tanah di tepi lereng
dan penajaman sudut lereng. Tekanan jumlah penduduk yang banyak mengokupasi tanah-tanah berlereng sangat berpengaruh terhadap peningkatan
resiko longsor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah antara lain: tingkat kelerengan, karakteristik tanah, keadaan geologi, keadaan vegetasi,
curah hujanhidrologi dan aktivitas manusia di wilayah tersebut Sutikno 1997. Cruden 1991 diacu dalam Alhasanah 2006 mengemukakan longsoran
landslide sebagai pergerakan suatu massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material penyusun lereng yang merupakan pencampuran tanah dan batuan
menuruni lereng. Terjadinya longsoran pada umumnya disebabkan oleh batuan hasil pelapukan yang terletak pada topografi yang mempunyai kemiringan terjal
sampai sangat terjal dan berada di atas batuan yang bersifat kedap air impermeable sehingga berfungsi sebagai bidang luncur.
Secara teoritis, tanah longsor terjadi disebabkan adanya gaya gravitasi yang bekerja pada suatu massa tanah dan atau batuan. Dalam hal ini, besarnya
pengaruh gaya gravitasi terhadap massa tersebut, ditentukan oleh besarnya sudut kemiringan lereng terhadap bidang horizontal kelerengan. Semakin besar
kelerengan, akan semakin besar kemungkinan terjadinya gerakan massa, begitu juga sebaliknya.
Peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau batuan. kondisi
tersebut sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari
keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kekuatan geser serta peningkatan
tegangan geser tanah Suryolelono 2005, diacu dalam Alhasanah 2006. Besarnya gaya penahan material pembentuk lereng atau disebut juga sebagai
kekuatan geser shear strength menjadi berkurang karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari alam itu sendiri. Hal ini berkaitan erat dengan
kondisi geologi sebagaimana dikemukakan Sutikno 2000, yaitu sebagai berikut: a.
Komposisi dan tekstur material b.
Jenis material lempung, daya ikat antar butir lemah, bentuk butiran halus dan seragam
c. Reaksi kimia
d. Perubahan ion, hidrasi lempung dan pengeringan lempung
e. Pengaruh tekanan air pori
f. Perubahan struktur material karena pengaruh pelapukan
g. Vegetasitutupan lahan yang berubah.
Selanjutnya, Sutikno 2000 juga menjelaskan bahwa peningkatan tegangan geser dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
a. Hilangnya penahan lateral; karena aktifitas erosi, pelapukan, penambahan
kemiringan lereng, dan pemotongan lereng b.
Kelebihan beban; karena air hujan yang meresap ke tanah, pembangunan diatas lereng dan genangan air di atas lereng
c. Getaran; karena gempa bumi atau mesin kendaraan
d. Hilangnya tahanan bagian bawah lereng; karena pengikisan air, penambangan
batuan, pembuatan terowongan dan eksploitasi air tanah berlebihan e.
Tekanan lateral; karena pengisian air di pori-pori antar butiran tanah dan pengembangan tanah
f. Struktur geologi; yang berpotensi mendorong terjadinya longsor adalah kontak
antar batuan dasar dengan pelapukan batuan, adanya retakan, patahan, rekahan, sesar dan perlapisan batuan yang terlampau miring
g. Sifat batuan; pada umumnya komposisi mineral dari pelapukan batuan
vulkanis yang berupa lempung akan mudah mengembang dan bergerak. Tanah
dengan ukuran batuan yang halus dan seragam, kurang padat atau kurang kompak
h. Air; adanya genangan air, kolam ikan, rembesan, susut air cepat. Saluran air
yang terhambat pada lereng menjadi salah satu sebab yang mendorong munculnya pergerakan tanah atau longsor
i. Vegetasitutupan lahan; peranan vegetasi pada kasus longsor sangat kompleks.
Jika tumbuhan tersebut memiliki perakaran yang mampu menembus sampai lapisan batuan dasar maka tumbuhan tersebut akan sangat berfungsi sebagai
penahan masa lereng. Di sisi lain meskipun tumbuhan memiliki perakaran yang dangkal tetapi tumbuh pada lapisan tanah yang memiliki daya kohesi
yang kuat sehingga menambah kestabilan lereng. Pada kasus tersebut tumbuhan yang hidup pada lereng dengan kemiringan tertentu justru berperan
sebagai penambah beban lereng yang mendorong terjadinya longsor.
2.1.3 Faktor penyebab longsor