Karakteristik Media HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Dari Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan karakteristik plastik dengan variasi pemlastis. Bioplastik dengan pemlastis DMF menghasilkan kuat tarik sebesar 3,382 MPa dan lebih tinggi dari pada bioplastik dengan penambahan pemlastis DEG serta PEG. Kuat tarik yang tinggi menunjukkan tingginya kekuatan bahan tersebut dalam menahan gaya yang diberikan. Perpanjangan putus merupakan perubahan panjang material sampai material tersebut putus akibat menerima gaya regangan. Penambahan pemlastis dapat meningkatkan perpanjangan putus karena terbentuknya ikatan antara PHA dengan pemlastis sehingga mobilitas molekul akan mengalami peningkatan. Titik leleh merupakan salah satu sifat termal suatu polimer ketika polimer tersebut mengalami perubahan sifatbentuk karena peningkatan atau penurunan suhu. Titik leleh bioplastik dengan penambahan pemlastis PEG, DMF dan DEG secara berturut-turut adalah 158,95 o C; 166,71 o C dan 167,51 o C, sedangkan titik leleh PHA murni adalah 168,72 Rais,2007; Juari 2007 dan Delvia, 2007. Bioplastik dengan penambahan PEG memiliki titik leleh yang lebih rendah, sehingga bioplastik tersebut akan mudah mengalami perubahan sifat atau bentuk daripada bioplastik yang lainnya.

B. Karakteristik Media

Mengetahui karakterisitik media diperlukan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses biodegradasi serta kondisi yang mendukung berlangsungnya degradasi polimer. Media yang digunakan dalam proses biodegradasi adalah media padat atau tanah dengan dua perlakuan yaitu tanah dengan penambahan lumpur dan tanah tanpa penambahan lumpur. Parameter yang diukur dan dihitung untuk mengetahui karakteristik media adalah pH dan jumlah mikroorganisme. pH media tanah perlu diketahui untuk memperkirakan jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh pada media tanah sesuai dengan referensi yang telah ada serta untuk mengetahui perbedaan pH sebelum dengan pH sesudah proses biodegradasi berlangsung. Hasil pengukuran pH tanah dapat dilihat pada Gambar 8. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Bla n k o PH A mu rn i PH A+D M F PH A+D E G P H A+PEG Bla n k o PH A mu rn i PH A+D M F PH A+D E G P H A+PEG Tanah Tanah Berlumpur Perlakuan pH pH Aw al pH Akhir Gambar 8. Kurva Perubahan pH Media Pendegradasi Pada pengukuran awal yang dilakukan adalah pengukuran pH tanah, pH lumpur dan pH campuran tanah dengan lumpur. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tanah yang digunakan memiliki nilai pH sebesar 5,32; nilai pH lumpur sebesar 5,49 dan pH campuran antara tanah dengan lumpur yaitu 5,42. Ketiga nilai pH tersebut masih berada dalam selang pH pertumbuhan mikroorganisme yang toleran dalam media tanah yaitu antara 4-9. Jadi dalam kondisi tanah dan lumpur yang alami, proses degradasi dapat berlangsung karena mikroorganisme yang berperan sebagai pengurai masih bisa mempertahankan hidupnya meski dalam kondisi asam. Nilai pH tanah dan lumpur yang menunjukkan asam mengakibatkan pH campuran tanah dan lumpur masih pada selang asam yaitu sebesar 5,42. pH awal media pendegradasi menunjukkan kondisi asam, akan tetapi pH akhir setelah proses degradasi dihentikan menunjukkan tingkat keasaman yang menurun atau penetralan pH mendekati 7. Kondisi penetralan terjadi karena selain pemutusan ikatan molekul polimer, proses biodegradasi pun merupakan proses mineralisasi yang menghasilkan CO 2 , air dan energi. Oleh karena itu, kondisi tanah yang tergolong asam kuat akan mengalami penurunan tingkat keasaman dikarenakan adanya penambahan air pada media pendegradasi. pH akhir antar media menunjukkan nilai yang berbeda dikarenakan bahan atau bioplastik yang diuji bervariasi, sehingga perbedaan jenis pemlastis pun dapat mempengaruhi degradasi. pH akhir tanah tanpa sampel relatif tetap atau sama dengan pH awal, karena faktor yang mempengaruhi pH lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang diberi polimer atau sampel bioplastik. Kondisi pH telah mendukung berlangsungnya proses biodegradasi, akan tetapi masih diperlukan informasi mengenai jumlah mikroorganisme yang mampu mendegradasi bioplastik dari awal sampai akhir berlangsungnya proses biodegradasi. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan penghitungan mikroorganisme dengan metode TPC Total Plate Count dan Colonimetri sebagai alat penghitungan. Proses penghitungan bakteri dilakukan pada media tanah, lumpur dan campuran tanah dengan lumpur pada awal degradasi serta semua media dengan sampel yang berbeda pada akhir degradasi. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 9. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Bl a n k o PH A mur n i PH A + D M F PH A + D E G PH A+ P EG Bl a n k o PH A mur n i PH A + D M F PH A + D E G PH A+ P EG Tanah Tanah+Lumpur Perlakuan T o tal M ikr o o rg a n is m e 1 0.0 00 Total Mikroorganisme Aw al Total Mikroorganisme Akhir Gambar 9. Kurva Total Mikroorganisme Media Pendegradasi Sama halnya dengan pH, penghitungan total mikroorganisme pun dilakukan pada awal dan akhir proses degradasi. Pada awal degradasi, total mikroorganisme yang ada dalam media lebih sedikit jika dibandingkan dengan total mikroorganisme saat media setelah proses degradasi. Total mikroorganisme pada lumpur lebih banyak daripada tanah, karena lumpur merupakan tanah yang tergenang sehingga bakteri yang hidup didalamnya lebih bervariasi, misalnya adanya bakteri anaerobik fakultatif yang bisa hidup pada kondisi kekurangan oksigen. Total mikroba pada tanah maupun campuran tanah dengan lumpur yang digunakan sebagai media degradasi PHA dan PHA+DEG lebih banyak dibandingkan yang lainnya, karena pada kondisi tersebut mikroorganisme mampu menggunakan bioplastik sebagai bahan nutrisinya. Media yang digunakan untuk degradasi bioplastik dengan pemlastis DMF dan PEG memiliki total mikroorganisme yang lebih sedikit karena pada kondisi tersebut mikroorganisme sulit mempertahankan dirinya dengan keterbatasan kemampuan mendegradasi bioplastik sehingga nutrisi yang dibutuhkan terbatas.

C. Biodegradasi Bioplastik

Dokumen yang terkait

Kajian Biodegradasi Bioplastik Poli-B-Hidroksialkanoat dengan Penambahan Pemlastis Dimetil Ftalat dan Dietil Glikol dalam Media Padat Buatan

0 11 77

Kajian Biodegradasi Bioplastik Poli-B-Hidroksi Alkanoat dengan Penambahan Pemlastis Dietil Glikol dan Dimetil Ftalat pada Media Cair Buatan

0 8 77

Pengaruh Konsentrasi Pemlastis Dietil Glikol Terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 7 94

Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol sebagai Pemlastis pada Karakteristik Bioplastik dari Poli-Beta-Hidroksialkanoat (PHA) yang Dihasilkan Ralstronia eutropha pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 13 96

Pembuatan Bioplastik Poli-Β-Hidroksialkanoat (Pha) Yang Dihasilkan Oleh Rastonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu Dengan Pemlastis Isopropil Palmitat

1 12 98

Pengaruh Penambahan Pemlastis Dimetil Ftalat, Dietil Glikol dan Polietilen Glikol Dalam Proses Biodegradasi Poli-Β-Hidroksialkanoat (Pha) Pada Media Air Secara Aerobik

2 35 109

Pengaruh Penambahan Pemlastis Polietilen Glikol 400, Dietilen Glikol, dan Dimetil Ftalat terhadap Proses Biodegradasi Bioplastik Poli- -hidroksialkanoat pada Media Cair dengan Udara Terlimitasi

2 14 76

Karakterisasi Bioplastik Poli-Hidroksialkanoat (Pha) dengan Penambahan Polioksietilen-(20)-Sorbitan Monolaurat Sebagai Pemlastis

5 42 97

Kajian Biodegradasi Bioplastik Berbasis Poli-β-Hidroksialkanoat (PHA) Dengan Pemlastis Dimetil Ftalat Dietil Glikol Dan Polietilen Glikol Pada Lingkungan Tanah Yang Berbeda

0 8 79

Pengaruh konsentrasi pemlastis dietil glikol terhadap karakteristik bioplastik dari polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrolisat minyak sawit

0 4 3