Faktor-Faktor Pemilihan Well Completion
92
MODUL ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT
1. Kekompakan Batuan Kekompakan batuan merupakan salah satu dasar dari pemilihan well
completion khususnya formation completion sehubungan dengan pencegahan keguguran dari formasi produktifnya. Kekompakan batuan
akan berkaitan dengan kestabilan formasi yang meliputi sementasi batuan, kandungan lempung dan kekuatan formasi. Untuk
menganalisa kestabilan formasi diperlukan data logging dan coring dari lapisan produktifnya.Faktor-faktor penting dan harus diketahui serta
diperhitungkan agar metoda formation completion berhasil diterapkan dengan baik adalah kestabilan formasi. Sifat kestabilan formasi ini
sangat berkaitan erat dengan kekompakan batuan yang berpengaruh terjadinya keruntuhan lubang bor pada saat operasi pemboran dan
pada saat sumur diproduksikan.
2. Jumlah lapisan produktif Reservoir yang mempunyai jumlah lapisan produktif lebih dari satu dan
mempunyai kondisi yang berbeda-beda sehingga mempunyai produktifitas dan tekanan formasi yang berbeda pula. Untuk satu
lapisan produktif dipergunakan satu tubing single completion , sedangkan untuk lebih dari satu lapisan dengan kondisi yang berbeda-
beda maka dipergunakan lebih dari satu tubing multiple completion Agar diperoleh laju produksi yang optimum dari tiap-tiap lapisan
diperlukan data tekanan alir dasar sumur, ukuran choke yang dipakai dan letak dari kedalaman dari masing-masing lapisan produktifnya
sehingga akan menyebabkan ukuran tubing yang berbeda pula. Apabila sumur mempunyai lebih dari satu lapisan produktif dengan
perbedaan tekanan formasi yang cukup besar, akan mempengaruhi jenis tubing completion karena dikhawatirkan akan terjadi interflow
sehingga akan mempengaruhi jenis dari well completionnya. Perbedaan tekanan formasi ini akan mempengaruhi kemampuan
produksi dari masing-masing lapisan.
A
3. Productivity index Productivity indeks berhubungan dengan pemilihan dari well
completion. Aliran fluida formasi dari formasi menuju lubang sumur atau inflow performance dan diikuti aliran fluida dari dasar sumur ke
permukaan melalui tubing atau yang disebut dengan vertikal lift performance.
Dengan mengetahui productivity indeks dan dinyatakan dalam bentuk IPR dan memplot tubing performance maka akan diperoleh laju
produksi dan apabila dikaitkan dengan maximum effisien rate MER maka dapat ditentukan laju produksi optimum dan ukuran tubing yang
dipergunakan. Jadi dalam menentukan laju produksi optimum tidak boleh melebihi MER.
4. Sifat fluida formasi Fluida formasi mengadung banyak komponen penyusunnya , adanya
sifat korosi, pembentuk scale dan parafin maka perlu dilakukan tindakan pencegahan disebabkan dapat merusak peralatan produksi.
Setiap lapisan produktif pada umumnya mempunyai sifat yang berbeda sehingga dapat menyebabkan persoalan yang berbeda pula dan juga
treatment untuk penanganannya berbeda pula. Pemilihan well completion mempertimbangkan hal tersebut apakah akan dilakukan
single completion atau multiple completion.
5. Kemungkinan Pemakaian Artificial Lift Apabila sumur sudah tidak ekonomis lagi diproduksikan secara sembur
alam maka perlu dilakukan pengangkatan buatan atau artificial lift. Permasalahan akan timbul apabila setiap lapisan yang diproduksikan
mempunyai umur yang berbeda dalam meproduksikan secara sembur alam. Sehingga perlu dilakukan metoda artificial lift untuk meneruskan
produksinya. Jenis artifial lift yang dapat dipergunakan untuk membantu mengangkat fluida dari dasar sumur antara lain adalah gas
lift dan pompa.
94
MODUL ISI DENGAN PROGRAM DIKLAT