muda. Pemilih pemula dalam ritual demokrasi pemilu legislatif, pilpres selama ini sebagai objek dalam kegiatan politik, yaitu mereka
yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuannya ke tingkat yang optimal agar
dapat berperan dalam bidang politik. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pemilih
pemula yaitu; a. Warga negara Indonesia dan pada hari pemungutan suara sudah
berumur 17 tujuh belas tahun atau lebih atau sudahpernah kawin.
b. Mereka yang baru mengikuti pemilu memberikan suara pertama kali sejak pemilu yang diselenggarakan di Indonesia dengan
rentang usia 17-21 tahun. c. Mempunyai hak memilih dalam penyelenggaraan pemilu.
2. Tipe-Tipe Pemilih
Firmanzah dalam Anggraini, 2014: 24 di bukunya yang berjudul Panduan Memilih Cerdas mengelompokkan tipelogi pemilih
menjadi empat, yaitu; a. Tipe Pemilih Rasional
Pemilih jenis ini tidak terlalu mementingkan atau berorientasi pada masalah kedekatan ideologi, tetapi sangat
mementingkan kemampuan seorang kontestan. Jika seorang
kontestan memiliki visi misi dan program kerja yang bagus dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka pemilih jenis ini
akan menaruh dukungannya pada kontestan tersebut. Pemilih jenis ini juga akan melihat track record tiap-tiap kontestan
sebelum mereka menentukan pilihannya. b. Tipe Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini akan melihat program kerja yang ditawarkan seorang kontestan, lalu melihat ideologi yang dianut
oleh kontestan itu sendiri. Jadi aspek ideologi juga menjadi penilaian penting, disamping penilaian atas policy problem
solving yang ditawarkan. c.
Tipe Pemilih Tradisional Pemilih jenis ini juga sangat mementingkan ideologi,
seperti tipe pemilih kritis. Hanya saja, pemilih jenis ini sangat tidak terlalu mementingkan program kerja atau solusi yang
ditawarkan kontestan. Dalam menentukan pilihannya, pemilih jenis ini biasanya akan menilai dan melihat ketokohan seseorang.
Misalnya merekan akan menentukan pilihannya pada kontestan dengan latar belakang tertentu.
d. Tipe Pemilih Skeptis
Pemilih jenis ini bisa dikatakan bukan tipelogi pemilih yang cerdas. Pemilih jenis ini juga tidak menjadikan visi misi
atau program kerja sebagai sesuatu yang harus dipakai sebagai alat ukur untuk menilai seorang kontestan sebelum menentukan
pilihannya. Dalam menentukan pilihannya, pemilih skeptis biasanya menggunakan metode acak random. Jadi sangat tidak
objektif dan sama sekali tidak cerdas. Dari beberapa tipelogi pemilih tersebut yang mencerminkan
pemilih yang cerdas adalah pemilih rasional dan pemilih kritis. Sementara pemilih tradisional dan skeptis tergolong pada pemilih yang
tidak cerdas. Pemilih harus dapat memilih yang rasional apakah calonpartai politik tersebut benar-benar memiliki program yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat atau tidak, dan apakah calon tersebut merupakan sosok yang dapat dipercaya dalam menjalankan program
tersebut.
3. Cara menjadi pemilih cerdas