sama lain, yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing anggota masyarakat etnis batak toba.
Bila dikaitkan dengan budaya politik di indonesia, etnis batak toba tidaklah seperti etnis jawa yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap budaya politik di indonesia. Bisa
dikatakan etnis batak toba merupakan etnis yang sangat kecil dan tidak diperhitungkan dalam perpolitikan di indonesia. Dalam kelompoknya, masyarakat batak toba mencari orang yang
dianggap dan bijaksana dalam mengatasi berbagai persoalan dan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinan di bidang pemerintahan ini ditentukan melaluoi pemilihan.
Dalam pemilihan tersebut, masih terasa adanya pengaruh sisa-sisa kebiasaan lama, yaitu memberikan prioritas kepada turunan tertua dari pembuka desa. Mereka selalu
diperhitungkan dan diutamakan sebagai calon untuk dipilih menjadi pemimpin pemerintahan.
17
Ada istilah bagi orang batak toba, Dang Tumangonan Tu Halak adong do di hita buat apa memilih orang lain kalau masih ada dari kita sendiri. Seorang yang pandai,
bijaksana, belum tentu menang dalam pemilihan, bila faktor turunan atau kharisma tidak ada padanya. Intinya, seseorang yang akan duduk di tumpuk pimpinan harus mendapat
kepercayaan dari masyarakat.
1.4.3 Perilaku Politik
Sebelum berbicara mengenai perilaku politik, kita harus terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan perilaku pemilih. perilaku pemilih voting behavior adalah alasan
seseorang untuk menggunakan ataupun tidak mnggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum. Jika ia menggunakan hak pilihnya, alasan apa yang mendasarinya memilih partai
ataupun calon yang akan dipilihnya. Sedangkan perilaku politik adalah suatu kegiatan yang
17
Ibid,hal 16
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
18
Interaksi antara pemerintah dengan masyarakat, dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam
rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan suatu perilaku politik. Perilaku politik juga merupakan salah satu aspek dari
perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan, dan sebagainya. Perilaku politik
merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik. Perilaku politik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk. Dalam suatu negara misalnya ada
pihak yang memerintah dan pihak lain ada pihak yang diperintah. Terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ada yang setuju dan ada yang kurang setuju. Yang senantiasa
melakukan kegiatan politik adalah pemerintah dan partai politik karena fungsi mereka dalam bidang politik.
Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi mengandung keterkaitan dengan hal-hal lain. Perilaku politik yang ditunjukkan oleh individu merupakan
hasil pengaruh beberapa faktor. Adapun afaktor-faktor yang membentuk suatu perilaku politik adalah: 1 Faktor genetik turunan. Misalnya kecerdasan, pemalu. 2 Faktor
lingkungan. Misalnya lingkungan bermain dan lingkungan sekolah. 3 Faktor pendidikan. Misalnya pendidikan budi pekerti.
Berbicara tentang perilaku politik, satu hal yang perlu dibahas adalah apa yang disebut dengan sikap politik. Walaupun antara sikap dan perilaku terdapat kaitan yang sangat erat,
keduanya perlu dibedakan. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
19
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi baru merupakan kecenderungan. Dari
18
Ramlan Surbakti, Loc. Cit.
19
Mar’at, Sikap Manusia: Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta: Gramedia Media Sarana, 1992, hal.131.
Universitas Sumatera Utara
suatu sikap tertentu dapat diperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan berkenaan dengan objek yang dimaksud.
Berangkat dari pemahaman sifat seperti yang telah diuraikan diatas, sikap politik dapat dinyatakan sebagai kesiapan untuk beraksi terhadap objek tertentu yang bersifat politik.
Dengan munculnya sikap tertentu, akan dapat diperkirakan perilaku politik apa yang sekiranya akan muncul. Ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah misalnya menaikkan
pajak pendapatan, merupakan suatu sikap politik. Dengan adanya ketidaksetujuan tersebut, perilaku yang diperirakan akan muncul adalah peninjauan pernyataan keberatan, protes, atau
unjuk rasa. Walaupun dalam kenyataan, bisa saja perilaku semacam itu muncul, akan tetapi sekurang-kurangnya ada kecenderungan menuju kearah tersebut.
Menurut Denis Kavanagah, untuk menganalisis perilaku pemilih, antara lain sebagai berikut:
20
1. Pendekatan Struktural
Dalam pendekatan ini kita dapat melihat kegiatan masyarakat peilih ketika memilih partai sebagai produk dari konteks struktur yang luas, seperti struktur sosisal masyarakat, sistem
kepartaian, sistem pemilu, serta program-program yang ditonjolkan partai-partai peserta pemilu. Pada model ini, tingkah laku politik seseorang termasuk didalam penentuan pilihan
ditentukan oleh pengelompokkan sosial, agama, bahasa, dan etnissuku. Dalam pendekatan ini juga, mobilitas seseorang yang ingin keluar dari kelompok untuk bergabung dengan
kelompok lain masih dikemungkinkan, karena itu, pilihan seseorang akan dipengaruhi oleh latar belakang sosialekonomi, demografi, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan lain-
lain. Lewat pendekatan ini dapat dibuat peta masyarakat yang keudian dimanfaatkan sebagai basis dukungan terhadap kandidat calon.
20
Muhammad Asfar, Beberapa Pendekatan dalam Memahami Perilaku Pemilih, Jurnal Ilmu Politik Edisi No.16,Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996, hal. 47‐48
Universitas Sumatera Utara
2. Pendekatan Sosiologis
Pada dasarnya pendekatan sosialogis hampir sama dengan pendekatan struktural, hanya saja dalam pendekatan ini lebih menempatkan kegiatan memilih pada konteks sosial. Melalui
pendekatan ini, tingkah laku politik seseorang akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok, termasuk norma yang dianut oleh kelompok tersebut.
3. Pendekatan Ekologis
Dalam pendekatan ini relevan apabila dalam daerah pemilih terdapat perbedaan karakteristik pemilih yang didasarkan pada unit teritorial. Kelompok masyarakat penganut
agama, buruh, kelas menengah, suku bangsa etnis yang bertempat tinggal di daerah tertentu dapat mempengaruhi komposisi pemilih terhadap perubahan pilihan mereka.
4. Pendekatan Psikologi Sosial
Pendekatan ini menyatakan tingkah laku pemilih akan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal. Misalnya sistem kepercayaan, agama, dan pengalaman hidup
seseorang. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa tingkah laku individu akan membentuknorma kepercayaan individu.
5. Pendekatan Pilihan Rasional
Pendekatan ini merupakan lanjutan dari pendekatan psikologi sosial yang ingin melihat kegiatan perilaku pemilih sebagai produk hitung untungrugi. Dalam hal ini, faktor
pendidikan dan kesadaran pemilih akan sangat menentukan sekali. Penganut model ini sering mencoba meramalkan tindakan manusia berdasarkan pada asumsi sederhana, yakni setiap
orang berusa keras mencapai apa yang dinamakan Self interest Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat, antara lain:
21
A. Faktor Sosial, yang meliputi:
21
Samuel P Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal.6.
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikasi Politik, yaitu komunukasi yang mempunyai konsekuensi politik baik
secara aktual maupun pontensial, yang mengatur kegiatan dan keberadaan suatu konflik.
2. Kesadaran Politik, yang menyangkut minat dan pengetahuan seseorang terhadap
lingkungan masyarakat dan politik. 3.
Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. 4.
Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik yakni masyarakat menguasai kebijajakan publik dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu objek kebijakan
tertentu. B.
Faktor fisik individu dan lingkungan fisik individu Bebicara mengenai perilaku politik, yang lebih difokuskan kepada perilaku pemilih
tidaklah pernah terlepas dari partisipasi politik, partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan demokrasi sekaligus merupakan ciri khas dari Modernisasi Politik.
Huntington dan Nelson membagi pengertaian mengenai partisipasi politik dalam beberapa aspek, yakni:
22
“Pertama, partisipasi politik hanyalah mencakup kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Yang ditekankan adalah bagaimana bebagai sikap dan perasaan tersebut dengan
bentuk tindakan politik. “Kedua, yang dimaksudakn dalam partisipasi politik adalah warga negara preman biasa, bukan pejabat-pejabat pemerintah. “Ketiga, kegiatan partisipasi
politik itu hanyalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. “Keempat, partisipasi politik berupa kegiatan mempengaruhi
pemerintah yang dilakukan langsung atau tidak langsung.” Kegiatan yang termasuk dalam partisipasi politik adalah:
23
22
Loc,cit
23
Ramlan Surbakti, Op. cit., hal.141
Universitas Sumatera Utara
1. Partisipasi politik terwujud sebagai kegiatan atau perilaku luar individu warga negara
biasa yang dapat diamati dan bukan merupakan siakp dan orientasi. 2.
Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksanaan keputusan politik.
3. Kegiatan yang berhasil maupun yang gagal dalam mempengaruhi keputusan politik
pemerintah termasuk dalam partisipasi politik. 4.
Kegiatan yang mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara, dan secara tidak langsung.
5. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar
tanpa kekerasan, dan dengan cara-cara yang tidak wajar. 6.
Kegiatan individu untuk mempengaruhi pemerintah ada yang dilakukan atas kesadaran sendiri dan ada berdasarkan desakan ataupun paksaan dari pihak lain.
Bentuk partisipasi politik menurut Miriam Budiarjo adalah: “partisipasi politik dapat bersifat aktif dan pasif, bentuk yang paling sederhana dari partisipasi politik aktif adalah ikut
memberikan suara dalam Pemilu, turut serta dalma demonstrasi dan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan sumbangan.
Sedangkan bentuk partisipasi adalah bentuk partisipasi yang sebentar-sebentar. Misalnya bentuk diskusi, politik informal oleh individu-individu dalam keluarga masing-masing,
ditempat kerja, dan diantara sahabat-sahabatnya.
24
Sedangkan menurut Ramlan Surbakti, bentuk partisipasi dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif.
25
1. Partisipasi politik aktif mencakup kegiatan warga Negara mengajukan usul mengenai
sutu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda kepada
24
Miriam Budiardjo, Op. cit., hal. 10
25
Ramlan Surbakti, Memahami Politik, Jakarta: PT. Grasindo, 2003, hal.74.
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, mengajukan saran perbaikan untuk meluruskan kerjasama, membayar pajak dan ikut dalam kegiatan pemilih pimpinan kepala daerah.
2. Partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan mentaati peraturan pemerintah,
memahami dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.
1.4.4 Pemilihan Kepala Daerah Pilkada