perilaku pemilih yang preferensi politiknya justru berubah-ubah, seperti yang dialami oleh pemilih pemula. Dengan kata lain, pada teori pilihan rasional lebih melihat kepada akal
pikiran yang rasional, siapapun yang akan mencoba mempengaruhi seorang pemilih, dia tidak gampang terpengaruh sekalipun mendapatkan tawaran yang menjanjikan karena dia lebih
menggunakan logika dalam bertindak. Seorang pemilih menurut teori ini tidak tergabung dalam sebuah organisasipartai politik.
2. Teori Pemilih Psikologi
Menurut teori ini, pemilih terkait kepada partai atau kandidat presiden karena ikatan partisan dan simbolik Ikatan partisan dan simbolik ini biasanya mengakar dalam sehingga
membuat preferensi politik menjadi stabil. Karenanya teori ini juga tidak tepat dipakai untuk mejelaskan ketidakstabilan prefensi politik pemilih.
Kedua teori diatas juga mengisyaratkan partai politik yang kuat. Karena hanya dengan adanya partai politik yang kuat maka pemilih rasional dapat menimbang semua pilihan yang
ada rasional, dan pemilih psikologis dapat membuat ikatan batin dengan partai tersebut. Di negara-negara yang masih dalam proses konsilidasi demokrasi, seperti indonesia, sinyal dari
partai politik yang menginformasikan posisi idiologi dan kebijakan partai lemah atau sama sekali tidak ada, dalam negara demokrasi baru, partai politik belum berfungsi sebagaimana
mestinya, maka media massa memainkan peran besar dalam menyalurkan informasi politik. Tetapi bukan berarti media adalah saluran informasi politik satu-satunya.
1.4.1.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi dengan asumsi yang mendasari demokrasi dan partisipasi. Orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah
orang itu sendiri. Karena keputusan poltik yang dibuat dan dilaksankan pemerintah dengan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan kehidupan warga masyarakat maka warga
Universitas Sumatera Utara
masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Karena itu yang dimaksud dngan partisipasi adalah keikutan sertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala
keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai suatu kegiatan dan
membedakan partisipasi aktif dan partisipasi pasif.
9
Partisipasi aktif merupakan mencakupi semua kegiatan warga Negara dengan mengajukan usul tentang kebijakan umum, untuk
mengajukan alternative kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak
dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pemimpin pemerintah. Pada pihak yang lain bahwa partisipasi pasif antara lain beberapa kegiatan dengan mematuhi peraturan-peraturan
pemerintah, menerima dan melaksanakan dengan demikian saja setiap keputusan pemerintah. Bermacam-macam partisipasi politik yang terjadi diberbagai Negara dari bebagai waktu.
Kegiatan politik konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk non-konvensional seperti petisi, kekerasan dan revolusi. Bentuk-bentuk dan
frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas system politik, integrasi kehidupan politik dan kekuasaan politik dank epuasan atau ketidakpuasan
warga Negara.
10
Dalam buku perbandingan Sistem Politik Indonesia yang dikutip oleh Mas’oed dan Mac. Andrew 1981, Almond membedakan partisipasi politik atas dua bentuk, yaitu: 1 Partisipasi
politik konvensional yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. 2Partisipasi politik non konvensional yaitu suatu bentuk partisipasi politik yang
tidak lazi dilakukan dalam kondisi normal, bahkan dapat berupa kegiatan illegal, penuh kekerasan dan revolusioner.
9
Ramlan Surbakti,op.Cit, hal 285
10
Sudjono Sastroatmojo, Perilaku Politik, Semarang: Semarang Press,1995. Hal 74.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi dalam pemungutan suara jelas merupakan hanya partisipasi saja karena hal tersebut sering terjadi dan memiliki makna yang berbeda pada setiap penyelenggaraan
pemilihan umum. Maka sebaliknya partisipasi dalam pemungutan suara dengan meningkatkan dalam sustu masyarakat, dengan demikian bentuk-bentuk dari partisipasi
politik yang lainnya akan meningkat.
11
Pembentukan pemerintah yang didasarkan pada partai politik seringkali menciptakan harapan yang tersebar luas bahwa orang dalam menjalankan kekuasaan politik bukan karena
kelahiran melainkan berkat kemahiran dalam politik, ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi seseorang ataupun masyarakat dalam mengambil keputusan dalam pemilihan
umum yang mempengaruhi partisipasi politik yaitu:
12
1. Pendidikan, pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan
umum seseorang termasuk didalamnya dengan peningkatan penguasaan teori dan keterlampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.
Oleh karena itu pendidikan tinggi dapat memberikan informasi tentang politik dan persoalan- persoalan politik dapat judga dengan mengembangkan kecakapan dalam menganalisa
menciptakan minat dan kemampuan dalam berpolitik. 2.
Perbedaan jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin dan status social ekonomi juga dapat mempengaruhi keaktifan seseorang dalam berpartisipasi politik, bahwa kemajuan social
ekonomi suatu Negara dapat mendorong tingginya tingkat partisipasi politik. 3.
Aktifitas kampanye, pada umumnya kampanye-kampanye politik hanya dapat mencapai pengikut setiap partai, dengan memperkuat komitmen mereka untuk memberikan
11
Ibid,hal 14
12
Mochtar Mas’oed dan Collin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajahmada uniiversirty, 1986,hal
45.
Universitas Sumatera Utara
suara. Dengan demikian yang menjadi persoalan dalam kaitannya dengan tingkat bentuk partisipasi politik masyarakat adalah terletak dalam kedudukan partisipasi tersebut.
1.4.2. Perspektif Etnis