B. Analisis Data dan Pembahasan
Profesionalisme guru pasca sertifikasi diperoleh dari frequency table
, dengan program olah data statistik SPSS versi 13.00 for Windows terhadap masing-masing kegiatan yang menunjang profesionalisme guru.
Kuesioner dalam penelitian yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan yang menunjang profesionalisme guru dalam portofolio adalah sebagai
berikut: 1. Pendidikan dan Pelatihan
a. Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang relevan
Tabel 4.9 Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Relevan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
6 7,3 8 9,8 14 17,1 1 13
15,9 6
7,3 19
23,2 2 8
9,8 11
13,4 19
23,2 3
7 8,5 2 2,4 9 11 4
3 3,7 7 8,5 10 12,2 5 5
6,1 5
6,1 5
5 6,1 1 1,2 6 7,3 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebanyak 68 guru atau 82,9 telah mengikuti diklat yang relevan, berarti ada kemauan guru untuk
menambah wawasan pengetahuan walaupun hanya satu kali. Sebanyak 14 guru atau 17,1 belum pernah mengikuti diklat yang
relevan yang terdiri dari 6 guru laki-laki atau 7,3 dan 8 guru perempuan atau 9,8. Relevan apabila materi diklat secara langsung
meningkatkan kompetensi pendagogik dan kompetensi professional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal ini menunjukkan bahwa guru yang belum pernah mengikuti diklat kemungkinan disebabkan oleh belum adanya kesempatan dan adanya
kesibukan tugas mengajar. Bagi guru yang belum pernah mengikuti diklat yang relevan, diharapkan pada periode mendatang mengikuti
program diklat yang relevan guna meningkatkan kompetensi pendagogik dan kompetensi profesional.
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan
Tabel 4.10 Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Tidak
Relevan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
15 18,3 21 25,6 36 43,9 1 10
12,2 3
3,7 13
15,9 2
8 9,8 4 4,9 12 14,6 3
2 2,4 4 4,9 6 7,3 4
3 3,7 1 1,2 4 4,9 5
6 7,3 2 2,4 8 9,8 5 3
3,7 3
3,7 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 46 guru atau 56,1 yang terdiri dari 32 guru laki-laki atau 39 dan 14 guru perempuan atau
17,1 pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan dengan bidang yang digeluti. Sebanyak 36 guru atau 43,9 belum
pernah mengikuti diklat yang tidak relevan yang terdiri dari 15 guru laki-laki atau 18,3 dan 21 guru perempuan atau 25,6. Tidak relevan
apabila materi diklat tidak mendukung kinerja profesi guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang belum pernah mengikuti diklat
kemungkinan disebabkan oleh belum adanya kesempatan, kesibukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tugas mengajar dan guru lebih tertarik untuk mengikuti diklat yang relevan.. Bagi guru yang belum pernah mengikuti diklat yang tidak
relevan, diharapkan pada periode mendatang mengikuti program diklat yang tidak relevan walaupun tidak menunjang kompetensi dalam
bidang keguruan tetapi dapat menambah pengalaman. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.11 Pendidikan dan Pelatihan
No Keterangan Belum Pernah
a. Keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan
yang relevan 17,1 82,9
b. Keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan
yang tidak relevan 43,9 56,1
Jumlah 61 139
Rata-rata 30,5 69,5
2. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran a. Membuat RPP
Tabel 4.12 Pembuatan RPP
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
0 0 0 0 0 0 1 3
3,7 3
3,7 2
6 7,3 2 2,4 8 9,8 3
9 11 7 8,5 16 19,5 4
12 14,6 10 12,2 22 26,8 5 10
12,2 5
6,1 15
18,3 5 7
8,5 11
13,4 18
22 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua guru telah membuat RPP. Namun dapat ditafsirkan bahwa banyak guru yang belum membuat
RPP sesuai dengan ketentuan. Sebanyak 27 guru atau 33 hanya 1-3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kali membuat RPP dalam jangka waktu 2 tahun yang terdiri dari 3 guru atau 3,7 satu kali membuat RPP, 8 guru atau 9,8 dua kali
membuat RPP, 16 guru atau 19,5 tiga kali membuat RPP. Proporsionalnya RPP dibuat setiap kali tatap muka atau untuk satu kali
topik pembelajaran. Dalam jangka waktu 2 tahun guru dapat membuat berkali-kali RPP apabila guru membuat RPP sesuai dengan ketentuan.
Hal ini menunjukkan kemungkinan sebagian guru menggunakan RPP yang lama, karena RPP yang lama terkadang masih relevan untuk
digunakan. b. Membuat silabus
Tabel 4.13 Pembuatan Silabus
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
0 0 0 0 0 0 1
3 3,7 4 4,9 7 8,5 2 10
12,2 8
9,8 18
22 3 11
13,4 5
6,1 16
19,5 4 13
15,9 9
11 22
26,8 5
6 7,3 4 4,9 10 12,2 5
4 4,9 5 6,1 9 11 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua guru telah membuat silabus walaupun frekuensi setiap orang tidak sama. Sebagian besar guru
membuat empat kali silabus yaitu sebanyak 22 guru atau 26,8 yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,9 dan 9 guru perempuan atau
11. Sebagian besar guru membuat silabus sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 2 tahun. Hal ini mengasumsikan bahwa setiap satu
semester guru membuat satu kali silabus. Hal ini dimungkinkan karena silabus yang lama masih relevan untuk digunakan.
c. Melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi
Tabel 4.14 Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
8 9,8 4 4,9 12 14,6 1
6 7,3 8 9,8 14 17,1 2 10
12,2 7
8,5 17
20,7 3
4 4,9 5 6,1 9 11 4
7 8,5 1 1,2 8 9,8 5
5 6,1 4 4,9 9 11 5
7 8,5 6 7,3 13 15,9 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebanyak 13 guru atau 15,9 yang terdiri dari 7 guru laki-laki atau 8,5 dan 6 guru perempuan atau 7,3
telah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi lebih dari 5 kali. Sebagian besar guru melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi sebanyak 2 kali yaitu 17 guru atau 20,7 yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau
12,2 dan 7 guru perempuan atau 8,5. Sebanyak 12 guru atau 14,6 yang terdiri dari 8 guru laki-laki atau 9,8 dan 4 guru perempuan atau
4,9 belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini membuktikan bahwa
sebagian besar guru yang telah lulus sertifikasi belum dapat menggunakan teknologi informasi guna menunjang pelaksanaan
pembelajaran seperti menggunakan komputer, internet, viewer dan lain-lain. Diharapkan guru yang telah lulus sertifikasi terampil dalam
menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi. d. Membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baruinovatif
Tabel 4.15 Pembuatan dan Penerapan Model Pembelajaran yang
baruinovatif
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
9 11 2 2,4 11 13,4 1 7
8,5 10
12,2 17
20,7 2 6
77,3 7
8,5 13
15,9 3
9 11 4 4,9 13 15,9 4
7 8,5 4 4,9 11 13,4 5
5 6,1 6 7,3 11 13,4 5
4 4,9 2 2,4 6 7,3 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang telah membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baruinovatif
sebanyak 1 kali yaitu 17 guru atau 20,7 yang terdiri dari 7 guru laki- laki atau 8,5 dan 10 guru perempuan atau 12,2. Sebanyak 11 guru
atau 13,7 yang terdiri dari 9 guru laki-laki atau 11 dan 3 guru perempuan atau 3,7 belum pernah membuat dan menerapkan model
pembelajaran yang baruinovatif. Sebanyak 6 guru atau 7,3 yang terdiri dari 4 guru laki-laki atau 4,9 dan 2 guru perempuan atau 2.4
telah membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baruinovatif lebih dari 5 kali. Guru harus selalu memberikan
pengajaran sesuai dengan perkembangan jaman, untuk itu guru harus selalu membuat dan menerapkan model pembelajaran yang
baruinovatif sehingga siswa tidak bosan dengan model pembelajaran yang monoton.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.16 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
No Keterangan Belum Pernah
a. Pembuatan RPP
- 100
b. Pembuatan silabus
- 100
c. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknoliogi informasi
14,6 85,4 d. Pembuatan dan penerapan model
pembelajaran yang baruinovatif 13,4 86,6
Jumlah 28 372
Rata-rata 7 93
3. Prestasi Akademik a. Memperoleh kejuaraan dalam mengikuti lomba akademik
Tabel 4.17 Perolehan Kejuaraan Dalam Lomba Akademik
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
37 45,1 31 37,8 68 82,9 1
4 4,9 2 2,4 6 7,3 2
4 4,9 1 1,2 5 6,1 3
0 0 1 1,2 1 1,2 4 1
1,2 1
1,2 5 1
1,2 1
1,2 5 0 0 0 0 0 0
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 14 guru atau 17,1 yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 12,2 dan
4 guru perempuan atau 4,9 telah mengikuti dan memperoleh kejuaraan dalam lomba akademik. Namun sebagian besar yaitu
sebanyak 68 guru atau 82,9 yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45,1 dan 31 guru perempuan atau 37,8 belum pernah mendapatkan kejuaraan dalam lomba akademik. Hal ini mungkin disebabkan
kurangnya wawasan guru dalam bidang pengetahuan sehingga belum dapat menemukan hal-hal yang lebih kreatif sebagai guru dan
kemungkinan tidak tersedia kesempatan atau kurangnya perlombaan akademik yang diperuntukkan bagi para guru bidang studi.
b. Memperoleh sertifikat keahlianketerampilan dari lembaga institusi dalam maupun luar negeri guru olah ragaseni
Tabel 4.18 Perolehan Sertifikat KeahlianKeterampilan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
34 41,5 31 37,8 65 79,3 1
7 8,5 1 1,2 8 9,8 2
3 3,7 1 1,2 4 4,9 3 1
1,2 1
1,2 4
0 0 2 2,4 2 2,4 5 1
1,2 1
1,2 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa guru yang belum pernah memperoleh sertifikat keahlianketerampilan dari lembagainstitusi dalam maupun
luar negeri sebanyak 65 guru atau 79,3 yang terdiri dari 34 guru laki- laki atau 41,5 dan 31 guru perempuan atau 37,8. Hal ini berarti
kreativitas dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian guru-guru sangat kurang. Sebanyak 17 guru atau 20,7
yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,8 dan 4 guru perempuan atau 4,9 telah memperoleh sertifikat keahlianketerampilan. Hal ini
juga dipengaruhi oleh jumlah guru olah raga atau guru seni yang menjadi responden relatif sedikit.
c. Melaksanakan tugas sebagai instruktur
Tabel 4.19 Tugas sebagai Instruktur
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
34 41,5 30 36,6 64 78 1
5 6,1 4 4,9 9 11 2 4
4,9 4
4,9 3
1 1,2 1 1,2 2 2,4 4
0 0 0 0 0 0 5 2
2,4 2
2,4 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa sebanyak 64 guru atau 78 yang terdiri dari 34 guru laki-laki atau 41,5 dan 30 guru perempuan atau
36,6 tidak diberi tugas sebagai instruktur. Sebanyak 18 guru atau 22 yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,8 dan 5 guru
perempuan atau 6,1 pernah diberi tugas sebagai instruktur. Hal ini disebabkan tugas sebagai instruktur diberikan oleh kepala sekolah atau
instansi yang berwenang. Untuk menjadi instruktur dibutuhkan adanya prestasi atau kemampuan yang lebih pada guru tersebut.
d. Melaksanakan tugas sebagai guru inti
Tabel 4.20 Tugas sebagai Guru Inti
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
35 42,7 33 40,2 68 82,9 1
3 3,7 1 1,2 4 4,9 2
0 0 0 0 0 0 3 2
2,4 2
2,4
4 1 1,2 1 1,2 2 2,4
5 4 4,9
4 4,9
5 2 2,4
2 2,4
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa sebanyak 68 guru atau 82,9 yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7 dan 33 guru perempuan atau
42,2 tidak mendapat tugas sebagai guru inti. Sebanyak 14 guru atau 17,1 yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6 dan 2 guru
perempuan atau 2,4 pernah bertugas sebagai guru inti. Untuk menjadi guru inti dibutuhkan adanya prestasi atau kemampuan yang
lebih pada guru tersebut. e. Melaksanakan tugas sebagai tutor
Tabel 4.21 Tugas sebagai Tutor
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
35 42,7 28 34,1 63 76,8 1
3 3,7 3 3,7 6 7,3 2
3 3,7 3 3,7 6 7,3 3 1
1,2 1
1,2 4 3
3,7 3
3,7 5 1
1,2 1
1,2 5
1 1,2 1 1,2 2 2,4 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa sebanyak 63 guru atau 76,8 yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7 dan 28 guru perempuan atau
34,1 tidak mendapat tugas sebagai tutor. Sebanyak 19 guru atau 23,2 yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6 dan 7 guru
perempuan atau 8,5 pernah bertugas sebagai tutor. Untuk menjadi tutor dibutuhkan adanya prestasi atau kemampuan yang lebih pada
guru tersebut. f. Melaksanakan tugas sebagai pemandu
Tabel 4.22 Tugas sebagai Pemandu
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
33 40,2 24 29,3 57 69,5 1
2 2,4 2 2,4 4 4,9 2
4 4,9 5 6,1 9 11 3
2 2,4 2 2,4 4 4,9 4
3 3,7 1 1,2 4 4,9 5 2
2,4 2
2,4 5
1 1,2 1 1,2 2 2,4 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.20 menunjukkan bahwa sebanyak 57 guru atau 69,5 yang terdiri dari 33 guru laki-laki atau 40,2 dan 24 guru perempuan atau
29,3 tidak mendapat tugas sebagai pemandu. Sebanyak 25 guru atau 30,5 yang terdiri dari 14 guru laki-laki atau 17,1 dan 11 guru
perempuan atau 13,4 pernah bertugas sebagai pemandu. Tugas sebagai pemandu biasanya juga diberikan kepada guru yang memiliki
kemampuan yang lebih pada diri guru tersebut. g. Membimbing mahasiswa PPL per tahun
Tabel 4.23 Pembimbing Mahasiswa PPL
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
20 24,4 15 18,3 35 42,7 1 10
12,2 5
6,1 15
18,3 2
9 11 9 11 18 22 3
0 0 3 3,7 3 3,7 4 3
3,7 3
3,7 5
3 3,7 1 1,2 4 4,9 5
2 2,4 2 2,4 4 4,9 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa sebanyak 35 guru atau 42,7 yang terdiri dari 20 guru laki-laki atau 24,4 dan 15 guru perempuan atau
18,3 belum pernah membimbing mahasiswa PPL. Sebanyak 50 guru atau 57,3 yang terdiri dari 27 guru laki-laki atau 32,9 dan 20 guru
perempuan atau 24,4 pernah membimbing mahasiswa PPL. Hal ini disebabkan sebagian besar Sekolah Menengah Atas SMA di
Kabupaten Sleman yang menjadi tempat penelitian digunakan sebagai tempat PPL dari Universitas Negeri Yogyakarta UNY, Universitas
Sanata Dharma USD dan Universitas Ahmad Dahlan UAD. h. Membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara
Tabel 4.24 Pembimbing Siswa Lomba dan Memperoleh Juara
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
25 30,5 19 23,2 44 53,7 1
5 6,1 2 2,4 7 8,5 2
9 11 5 6,1 14 17,1 3
0 0 3 3,7 3 3,7 4
0 0 1 1,2 1 1,2 5
5 6,1 2 2,4 7 8,5 5
3 3,7 3 3,7 6 7,3 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa sebanyak 44 guru atau 53,7 yang terdiri dari 25 guru laki-laki atau 30,5 dan 19 guru perempuan atau
23,2 tidak pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara. Sebanyak 38 guru atau 46,3 yang terdiri dari 22
guru laki-laki atau 26,8 dan 16 guru perempuan atau 19,5 pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara, Dari hasil
penelitian ini sebagian besar guru belum pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara.
i. Membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara
Tabel 4.25 Pembimbing Siswa lomba dan Tidak Memperoleh Juara
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
23 28 16 19,5 39 47,6 1
6 7,3 5 6,1 11 13,4 2
6 7,3 7 8,5 13 15,9 3
2 2,4 1 1,2 3 3,7 4
3 3,7 4 4,9 7 8,5 5 4
4,9 4
4,9 5
3 3,7 2 2,4 5 6,1 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa sebanyak 39 guru atau 47,6 yang terdiri dari 23 guru laki-laki atau 28 dan 16 guru perempuan atau
19,5 tidak pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara. Sebanyak 43 guru atau 52,4 yang terdiri dari 24
guru laki-laki atau 29,3 dan 19 guru perempuan atau 23,2 pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara,
Dari hasil penelitian ini sebagian besar guru pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara. Hal ini berarti
sebagian besar guru telah memiliki motivasi dalam membimbing siswa, namun masih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
wawasan sehingga siswa yang dibimbing dapat berhasil memperoleh juara dalam perlombaan.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.26 Prestasi Akademik
No Keterangan Belum Pernah
a. Perolehan kejuaraan
dalam lomba akademik
82,9 17,1
b. Perolehan sertifikat keahlian keterampilan
79,3 20,7
c. Tugas sebagai
instruktur 78
22 d.
Tugas sebagai guru inti 82,9
17,1 e. Tugas
sebagai tutor
76,8 23,2 f. Tugas
sebagai pemandu
69,5 30,5 g.
Pembimbing mahasiswa PPL 42,7
57,3 h.
Pembimbing siswa lomba dan memperoleh juara
53,7 46,3 i.
Pembimbing siswa lomba dan tidak memperoleh juara
47,6 52,4 Jumlah 613,4
286,6 Rata-rata 68,15
31,84
4. Karya Pengembangan Profesi a. Menyusun buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN
Tabel 4.27 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Nasional dan ber ISBN
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
44 53,7 34 41,5 78 95,1 1 1
1,2 1
1,2 2 1
1,2 1
1,2 3
0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 5
0 0 1 1,2 1 1,2 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.24 menunjukkan bahwa sebanyak 78 guru atau 95,1 yang terdiri dari 44 guru laki-laki atau 53,7 dan 34 guru perempuan atau
41,5 belum pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN. Sebanyak 4 guru atau 4,9 yang terdiri dari 3
guru laki-laki atau 3,7 dan 1 guru perempuan atau 1,2 pernah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyusun buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN. b. Menyusun buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN
Tabel 4.28 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Provinsi dan ber ISBN
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
43 52,4 33 40,2 76 92,7 1
1 1,2 1 1,2 2 2,4 2
3 3,7 1 1,2 4 4,9 3
0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.25 menunjukkan bahwa sebanyak 76 guru atau 92,7 yang terdiri dari 43 guru laki-laki atau 52,4 dan 33 guru perempuan atau
40,2 belum pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN. Sebanyak 6 guru atau 47,3 yang terdiri dari
4 guru laki-laki atau 4,9 dan 2 guru perempuan atau 2,4 pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN.
c. Menyusun buku yang dipublikasikan secara kabupatenkota dan ber ISBN
Tabel 4.29 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara KabupatenKota dan
ber ISBN
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
44 53,7 34 41,5 78 95,1 1 1
1,2 1
1,2 2
2 2,4 1 1,2 3 3,7 3
0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa sebanyak 78 guru atau 95,1 yang terdiri dari 44 guru laki-laki atau 53,7 dan 34 guru perempuan atau
41,5 belum pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara kabupatenkota dan ber ISBN. Sebanyak 4 guru atau 4,9 yang terdiri
dari 3 guru laki-laki atau 3,7 dan 1 guru perempuan atau 1,2 pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara kabupatenkota dan
ber ISBN. Berdasarkan item p, item q, dan item r menunjukkan bahwa hampir
semua guru yang telah lulus sertifikasi tidak berusaha mengembangkan profesinya dengan menulis buku yang
dipublikasikan. Bahkan kondisi ini terjadi sejak guru-guru belum lulus sertifikasi. Hal ini nampaknya merupakan fenomena umum yang
terjadi pada para guru. Guru sangat jarang untuk mau mencoba mengembangkan diri dengan menulis buku. Kegiatan tersebut di atas
sebagian besar merupakan karya pengembangan profesi yang jarang dilakukan oleh guru, padahal kegiatan-kegiatan tersebut memiliki skor
yang lebih tinggi daripada mengikuti forum ilmiah, seminar atau pendidikan dan pelatihan. Menurut Budhi A.M. Syachrun dalam
http:www.duaberita.commainartikel-duapendidikan167- problematika-sertifikasi-guru.html apabila ada guru yang membuat
buku, sesungguhnya sudah relevan dengan pernyataan Ginandjar Kartasasmita Ketua Dewan Perwakilan Daerah yakni sertifikasi akan
menghasilkan kompetensi guru. Tetapi faktanya adalah kompetensi guru diabaikan dengan memenuhi kebutuhan administrasi belaka.
d. Menulis artikel diberbagai majalahjurnalsurat kabar baik yang terakreditasi maupun yang belum terakreditasi
Tabel 4.30 Penulisan Artikel pada MajalahJurnalSurat kabar
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
37 45,1 33 40,2 70 85,4 1
2 2,4 1 1,2 3 3,7 2 5
6,1 5
6,1 3
0 0 1 1,2 1 1,2 4
0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 5 3
3,7 3
3,7 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa sebanyak 70 guru atau 85,4 yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau 45,1 dan 33 guru perempuan atau
40,2 belum pernah menulis artikel di majalahjurnalsurat kabar baik yang terakreditasi maupun yang belum terakreditasi. Sebanyak 12 guru
atau 14,6 yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 11,9 dan 2 guru perempuan atau 12,4 pernah menulis artikel di majalahjurnalsurat
kabar. Kondisi ini juga merupakan fenomena yang dihadapi guru sebelum sertifikasi. Sebagian besar guru belum terbiasa menulis artikel
yang diterbitkan di majalahjurnalsurat kabar. Setelah sertifikasi ternyata kondisi tersebut tidak mengalami perubahan. Hal ini dapat
diartikan bahwa setelah guru menerima sertifikat sebagai pendidik profesional guru masih kurang berusaha untuk mengembangkan diri
untuk menunjang profesionalisme dengan berlatih menulis. e. Menjadi reviewer buku
Tabel 4.31 Reviewer Buku
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
35 42,7 29 35,4 64 78 1
4 4,9 4 4,9 8 9,8 2
5 6,1 1 1,2 6 7,3 3
0 0 1 1,2 1 1,2 4
0 0 0 0 0 0 5 1
1,2 1
1,2 5 2
2,4 2
2,4 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.28 menunjukkan bahwa sebanyak 64 guru atau 78 yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7 dan 29 guru perempuan atau
35,4 belum menjadi reviewer buku. Sebanyak 18 guru atau 22 yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6 dan 6 guru perempuan
atau 7,3 pernah menjadi reviewer buku. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum berusaha
meningkatkan profesionalismenya dengan mencoba menjadi reviewer buku.
f. Menulis soal ujian UNUASDA
Tabel 4.32 Penulisan Soal Ujian UNUASDA
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
38 46,3 29 35,4 67 81,7 1
5 6,1 2 2,4 7 8,5 2
1 1,2 3 3,7 4 4,9 3
0 0 1 1,2 1 1,2 4
0 0 0 0 0 0 5 1
1,2 1
1,2
5 2 2,4
2 2,4
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.29 menunjukkan bahwa sebanyak 67 guru atau 81,7 yang terdiri dari 38 guru laki-laki atau 46,3 dan 29 guru perempuan atau
35,4 belum pernah menulis soal UNUASDA. Sebanyak 15 guru atau 18,3 yang terdiri dari 9 guru laki-laki atau 11 dan 6 guru
perempuan atau 7,3 pernah menulis soal UNUASDA. Hal ini menunjukkan bahwa masih relatif sedikit guru yang telah lulus
sertifikasi terlibat dalam penyusunan soal baik untuk UNUASDA. g. Membuat diktatmodul yang dicetak lokal
Tabel 4.33 Penulisan DiktatModul
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
29 35,4 29 35,4 58 70,7 1
9 11 4 4,9 13 15,9 2
5 6,1 2 2,4 7 8,5 3 3
3,7 3
3,7 4
0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa sebanyak 58 guru atau 70,7 yang terdiri dari 29 guru laki-laki atau 35,4 dan 29 guru perempuan atau
35,4 belum pernah menyusun diktat atau modul yang dicetak lokal. Sebanyak 24 guru atau 29,3 yang terdiri dari 18 guru laki-laki atau
21,9 dan 6 guru perempuan atau 7,3 pernah menyusun diktat atau modul yang dicetak lokal. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar guru yang telah lulus sertifikasi tidak mengembangkan profesionalisme dengan cara menyusun diktat atau modul yang dapat
juga digunakan dalam proses pembelajaran. h. Membuat mediaalat pembelajaran
Tabel 4.34 Pembuatan MediaAlat Pembelajaran
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
0 12 14,6
9 11
21 25,6
1 14 17,1 13 15,9 27 32,9
2 7 8,5 6 7,3 13 15,9
3 6 7,3 4 4,9 10 12,2
4 2 2,4
2 2,4
5 1 1,2 2 2,4 3 3,7
5 5 6,1 1 1,2 6 7,3
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.31 menunjukkan bahwa sebanyak 21 guru atau 25,6 yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6 dan 9 guru perempuan atau
11 belum pernah membuat media atau alat pembelajaran. Sebanyak 61 guru atau 74,4 yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7 dan
26 guru perempuan atau 31,7 pernah membuat media atau alat pembelajaran untuk membantu memperlancar proses pembelajaran.
Hal ini berarti sebagian besar guru yang telah bersertifikat telah melaksanakan pembelajaran dengan baik dan tetap juga membuat
karya untuk mengembangkan profesinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Melakukan penelitian di bidang pendidikan
Tabel 4.35 Penelitian di Bidang Pendidikan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
32 39 29 35,4 61 74,4 1
7 8,5 3 3,7 10 12,2 2
6 7,3 2 2,4 8 9,8 3
1 1,2 1 1,2 2 2,4 4
0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.32 menunjukkan bahwa sebanyak 61 guru atau 74,4 yang terdiri dari 32 guru laki-laki atau 39 dan 29 guru perempuan atau
35,4 belum pernah melakukan penelitian. Dalam kurun waktu 1-2 tahun paling tidak seorang guru yang profesional pernah melakukan
satu kali penelitian, dan paling banyak empat kali penelitian secara mandiri dengan asumsi 1 semester melakukan 1 penelitian. Sebanyak
20 guru atau 24,4 yang terdiri dari 14 guru laki-laki atau 17 dan 6 guru perempuan atau 7,3 pernah melakukan penelitian 1-3 kali.
Hanya 1 guru laki-laki atau 1,2 pernah melakukan penelitian lebih dari 5 kali. Jika dalam kurun waktu maksimal 2 tahun guru tersebut
pernah melakukan penelitian lebih dari 5 kali, ada kemungkinan guru salah persepsi dengan termasuk menghitung penelitian sebelum guru
tersebut lulus sertifikasi. Apabila guru betul-betul melakukan penelitian lebih dari 5 kali dalam waktu maksimal 2 tahun,
kemungkinan guru yang bersangkutan melakukan penelitian secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkelompok. Salah satu karya pengembangan profesi yang jarang dilakukan oleh guru adalah melakukan penelitian dibidang pendidikan.
Mulai saat ini guru-guru dihimbau untuk melakukan penelitian di bidang pendidikan khususnya Penelitian Tindakan Kelas PTK.
Penelitian ini dapat membantu guru dalam kenaikan pangkat karena mempunyai skor yang tinggi.
j. Membuat karya seni dan karya teknologi
Tabel 4.36 Pembuatan Karya SeniKarya Teknologi
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
37 45,1 28 34,1 65 79,3 1
3 3,7 4 4,9 7 8,5 2
4 4,9 3 3,7 7 8,5 3 1
1,2 1
1,2 4
0 0 0 0 0 0 5 1
1,2 1
1,2 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.33 menunjukkan bahwa sebanyak 65 guru atau 79,3 yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau 45,1 dan 28 guru perempuan atau
34,1 belum pernah membuat karya seni dan karya teknologi. Sebanyak 17 guru atau 20,7 yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau
12,2 dan 7 guru perempuan atau 8,5 pernah membuat karya seni dan karya teknologi. Hal ini berarti hanya sedikit guru yang melakukan
pengembangan profesi setelah guru memiliki sertifikat pendidik profesional. Sebagian besar responden mempunyai usia lebih dari 50
tahun. Usia tersebut merupakan masa menjelang seorang guru purna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tugas dan pada usia tersebut produktifitas mereka akan menurun karena berbagai hal salah satunya fisik yang semakin tua dan lemah.
Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa mereka kurang melakukan kegiatan pengembangan profesi.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.37 Karya Pengembangan Profesi
No Keterangan Belum Pernah
a. Penyusunan buku yang dipublikasikan secara
nasional dan ber ISBN 95,1 4,9
b. Penyusunan buku yang dipublikasikan secara
provinsi dan ber ISBN 92,7 7,3
c. Penyusunan buku yang dipublikasikan secara
kabupatenkota dan ber ISBN 95,1 4,9
d. Penulisan artikel pada majalahjurnalkoran
85,4 14,6
e. Menjadi reviewer buku
78 22
f. Penulisan soal ujian UNUASDA
81,7 18,3
g. Penulisan diktatmodul
70,7 29,3 h. Pembuatan
mediaalat pembelajaran 25,6
74,4 i.
Penelitian di bidang pendidikan 74,4
24,4 j.
Pembuatan karya seni teknologi 79,3
20,7 Jumlah 778
222 Rata-rata 77,8
22,2
5. Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah a. Mengikuti forum ilmiah yang relevan dengan bidang yang digeluti
Tabel 4.38 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Relevan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
11 13,4 12 14,6 23 28 1
8 9,8 6 7,3 14 17,1 2 10
12,2 8
9,8 18
22 3
8 9,8 1 1,2 9 11 4
2 2,4 5 6,1 7 8,5 5
5 6,1 2 2,4 7 8,5 5
3 3,7 1 1,2 4 4,9 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.34 menunjukkan bahwa sebanyak 23 guru atau 28 yang terdiri dari 11 guru laki-laki atau 13,4 dan 12 guru perempuan atau
14,6 belum pernah mengikuti forum ilmiah yang relevan dengan bidang yang digeluti. Sebanyak 59 guru atau 72 yang terdiri dari 36
guru laki-laki atau 43,9 dan 23 guru perempuan atau 28,1 pernah mengikuti forum ilmiah yang relevan dengan bidang yang digeluti. Hal
ini berarti sebagian besar guru tetap berusaha meningkatkan pengetahuan dan wawasannya sehingga dapat mempertahankan
profesionalisme sebagai guru. Dari data menunjukkan bahwa guru laki-laki lebih rajin dalam mengikuti forum ilmiah yang relevan
dengan bidang yang digeluti. Guru laki-laki lebih banyak mengikuti forum ilmiah dikarenakan guru laki-laki banyak memiliki waktu luang
daripada guru perempuan. b. Mengikuti forum ilmiah yang tidak relevan dengan bidang yang
digeluti
Tabel 4.39 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Tidak Relevan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
19 23,2 21 25,6 40 48,8 1
6 7,3 4 4,9 10 12,2 2
5 6,1 4 4,9 9 11 3
9 11 5 6,1 14 17,1 4 2
2,4 2
2,4 5 3
3,7 3
3,7 5
3 3,7 1 1,2 4 4,9 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.35 menunjukkan bahwa sebanyak 40 guru atau 48,8 yang terdiri dari 19 guru laki-laki atau 23,2 dan 21 guru perempuan atau
25,6 belum pernah mengikuti forum ilmiah yang tidak relevan dengan bidang yang digeluti. Sebanyak 42 guru atau 51,2 yang
terdiri dari 28 guru laki-laki atau 34,1 dan 14 guru perempuan atau 17,1 pernah mengikuti forum ilmiah yang tidak relevan dengan
bidang yang digeluti. Jumlah guru yang belum pernah dengan guru yang sudah pernah mengikuti forum ilmiah yang tidak tidak relevan
hampir sama. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan sebagian guru merasa kurang tertarik mengikuti forum ilmiah yang tidak relevan
dengan bidangnya. Para guru lebih tertarik mengikuti forum ilmiah yang temanya relevan dengan bidangnya. Ada baiknya jika para guru
juga pernah mengikuti forum ilmiah yang tidak relevan dengan bidangnya agar guru memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas
yang dapat ditularkan kepada para siswa. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.40 Keikutsertaan dalam forum ilmiah
No Keterangan Belum
Pernah
a. Keikutsertaan dalam forum ilmiah yang
relevan 28 72
b. Keikutsertaan dalam forum ilmiah yang
tidak relevan 48,8 51,2
Jumlah 76,8 123,2
Rata-rata 38,4 61,6
6. Pengalaman Organisasi Di Bidang Pendidikan dan Sosial a. Menjadi pengurus organisasi di bidang pendidikan
Tabel 4.41 Pengurus Organisasi di Bidang Pendidikan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
25 30,5 25 30,5 50 61 1
6 7,3 3 3,7 9 11 2
9 11 2 2,4 11 13,4 3
2 2,4 3 3,7 5 6,1 4
1 1,2 1 1,2 2 2,4 5 2
2,4 2
2,4 5
2 2,4 1 1,2 3 3,7 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.36 menunjukkan bahwa sebanyak 50 guru atau 61 yang terdiri dari 25 guru laki-laki atau 30,5 dan 25 guru perempuan atau
30,5 belum memiliki pengalaman sebagai pengurus organisasi di bidang pendidikan. Sebanyak 32 guru atau 39 yang terdiri dari 22
guru laki-laki atau 26,8 dan 10 guru perempuan atau 12,2 sudah memiliki pengalaman pengurus organisasi di bidang pendidikan. Dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian guru yang profesional perlu melibatkan diri dalam berbagai organisasi kependidikan agar
kompetensi di bidang sosial semakin berkembang. Oleh karena itu,sebaiknya para guru yang telah lulus sertifikasi dapat terus
mengembangkan kompetensi sosialnya dengan terlibat dalam kepengurusan di organisasi bidang pendidikan.
b. Menjadi pengurus organisasi di bidang sosial
Tabel 4.42 Pengurus Organisasi Di Bidang Sosial
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
0 9 11
16 19,5
25 30,5
1 13 15,9
5 6,1
18 22
2 9 11 3 3,7 12 14,6
3 4 4,9 2 2,4 6 7,3
4 4 4,9 4 4,9 8 9,8
5 6 7,3 3 3,7 9 11
5 2 2,4 2 2,4 4 4,9
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.37 menunjukkan bahwa sebanyak 25 guru atau 30,5 yang terdiri dari 9 guru laki-laki atau 11 dan 16 guru perempuan atau
19,5 belum memiliki pengalaman sebagai pengurus organisasi di bidang sosial. Sebanyak 57 guru atau 69,5 yang terdiri dari 38 guru
laki-laki atau 46,3 dan 19 guru perempuan atau 23,2 sudah memiliki pengalaman pengurus organisasi di bidang sosial. Data
tersebut menunjukkan keterlibatan guru yang telah lulus sertifikasi dalam bidang sosial relatif besar. Kondisi ini menunjukkan bahwa
guru memiliki kesempatan yang lebih luas untuk terlibat dalam kepengurusan di bidang sosial daripada di bidang pendidikan. Hal ini
berarti sebagian besar guru telah mengembangkan kompetensi sosialnya melalui organisasi sosial.
c. Mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah
Tabel 4.43 Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
37 45,1 29 35,4 66 80,5 1
5 6,1 4 4,9 9 11 2
0 0 0 0 0 0 3
1 1,2 1 1,2 2 2,4 4 1
1,2 1
1,2 5
2 2,4 1 1,2 3 3,7 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.38 menunjukkan bahwa 66 guru atau 80,5 yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau 45,1 dan 29 guru perempuan atau 35,4 tidak
mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Tugas tambahan sebagai kepala sekolah memang tidak selalu diterima oleh setiap guru.
Jikalau sebagian besar guru tidak mendapat tambahan sebagai kepala sekolah dalam jangka waktu 1-2 tahun merupakan hal yang wajar.
Sebanyak 9 guru atau 11 terdiri dari 5 guru laki-laki atau 6,1 dan 4 guru perempuan atau 4,9 pernah sekali menjadi kepala sekolah.
Sementara itu kalau data menunjukkan ada guru yang pernah menjadi kepala sekolah lebih dari 3 kali , ada kemungkinan dihitung sejak
sebelum lulus sertifikasi. Poin ini memang bukan indikator profesionalisme guru, namun jika guru pernah menjabat sebagai kepala
sekolah diberi skor dalam penilaian portofolio. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah
Tabel 4.44 Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
32 39 27 32,9 59 72 1
4 4,9 3 3,7 7 8,5 2
7 8,5 4 4,9 11 13,4 3 1
1,2 1
1,2 4 1
1,2 1
1,2 5
1 1,2 1 1,2 2 2,4 5 1
1,2 1
1,2 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.39 menunjukkan bahwa 59 guru atau 72 yang terdiri dari 32 guru laki-laki atau 39 dan 27 guru perempuan atau 32,9 tidak
mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah. Tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah juga tidak selalu diterima oleh
setiap guru. Jikalau sebagian besar guru tidak mendapat tambahan sebagai wakil kepala sekolah dalam jangka waktu 1-2 tahun
merupakan hal yang wajar. Sebanyak 18 guru atau 21,9 terdiri dari 11 guru laki-laki atau 13,4 dan 7 guru perempuan atau 8,5 pernah
1-2 kali menjadi wakil kepala sekolah. Sementara itu kalau data menunjukkan ada guru yang pernah menjadi wakil kepala sekolah
lebih dari 3 kali , ada kemungkinan dihitung sejak sebelum lulus sertifikasi. Poin ini memang bukan indikator profesionalisme guru,
namun jika guru pernah menjabat sebagai wakil kepala sekolah diberi skor dalam penilaian portofolio.
e. Mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas
Tabel 4.45 Tugas Tambahan sebagai Wali Kelas
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
28 34,1 19 23,2 47 57,3 1
6 7,3 1 1,2 7 8,5 2
3 3,7 5 6,1 8 9,8 3
4 4,9 4 4,9 8 9,8 4 2
2,4 2
2,4 5
2 2,4 2 2,4 4 4,9 5
2 2,4 4 4,9 6 7,3 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.40 menunjukkan bahwa sebanyak 47 guru atau 57,3 yang terdiri dari 28 guru laki-laki atau 34,1 dan 19 guru perempuan atau
23,2 tidak mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas. Sebanyak 35 guru atau 42,7 yang terdiri dari 19 guru laki-laki atau 23,2 dan
16 guru perempuan atau 19,5 mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas. Guru yang tidak mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas
kemungkinan guru yang mengajar mata pelajaran agama, kesenian, dan olahraga. Tugas tambahan sebagai wali kelas biasanya untuk guru
kelas sehingga tidak semua guru akan mendapat tugas sebagai wali kelas.
f. Mendapat tugas tambahan sebagai Pembina pramuka
Tabel 4.46 Tugas Tambahan sebagai Pembina Pramuka
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
38 46,3 27 32,9 65 79,3 1
3 3,7 4 4,9 7 8,5 2
1 1,2 1 1,2 2 2,4 3
2 2,4 1 1,2 3 3,7
4 0 0 1 1,2 1 1,2
5 0 0 0 0 0 0
5 3 3,7 1 1,2 4 4,9
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.41 menunjukkan bahwa sebanyak 65 guru atau 79,3 yang terdiri dari 38 guru laki-laki atau 46,3 dan 27 guru perempuan atau
32,9 tidak mendapat tugas tambahan sebagai Pembina pramuka. Sebanyak 17 guru atau 20,7 yang terdiri dari 9 guru laki-laki atau
11 dan 7 guru perempuan atau 32,9 pernah mendapat tugas tambahan sebagai Pembina pramuka. Tugas tambahan ini juga tidak
diberikan kepada semua guru, tetapi hanya untuk beberapa guru saja sehingga tentu ada guru yang tidak ditugasi untuk membina pramuka.
g. Mendapat tugas tambahan sebagai Pembina ekstrakurikuler
Tabel 4.47 Tugas Tambahan sebagai Pembina Ekstrakulikuler
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
29 35,4 19 23,2 48 58,5 1
4 4,9 2 2,4 6 7,3 2
5 6,1 6 7,3 11 13,4 3
2 2,4 4 4,9 6 7,3 4
2 2,4 1 1,2 3 3,7 5
3 3,7 1 1,2 4 4,9 5
2 2,4 2 2,4 4 4,9 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.42 menunjukkan bahwa sebanyak 48 guru atau 58,5 yang terdiri dari 29 guru laki-laki atau 35,4 dan 19 guru perempuan atau
23,2 tidak mendapat tugas tambahan sebagai Pembina ekstrakulikuler. Sebanyak 34 guru atau 41,5 yang terdiri dari 18 guru
laki-laki atau 21,9 dan 16 guru perempuan atau 19,5 pernah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat tugas tambahan sebagai Pembina ekstrakulikuler. Tugas tambahan ini juga tidak diberikan kepada semua guru, tetapi hanya
untuk beberapa guru saja sehingga tentu ada guru yang tidak ditugasi untuk membina ekstrakulikuler.
h. Mendapat tugas tambahan sebagai Pembina lainnya
Tabel 4.48 Tugas Tambahan sebagai Pembina Lainnya
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
23 28 19 23,2 42 51,2 1 11
13,4 3
3,7 14
17,1 2
4 4,9 7 8,5 11 13,4 3
3 3,7 1 1,2 4 4,9 4
3 3,7 2 2,4 5 6,1 5
1 1,2 1 1,2 2 2,4 5
2 2,4 2 2,4 4 4,9 Jumlah
47 57,3
35 42,7
82 100
Tabel 4.43 menunjukkan bahwa sebanyak 42 guru atau 51,2 yang terdiri dari 23 guru laki-laki atau 28 dan 19 guru perempuan atau
23,2 tidak mendapat tugas tambahan sebagai Pembina lainnya. Sebanyak 40 guru atau 48,8 yang terdiri dari 24 guru laki-laki atau
29,3 dan 16 guru perempuan atau 19,5 pernah mendapat tugas tambahan sebagai Pembina lainnya. Tugas tambahan ini juga tidak
diberikan kepada semua guru, tetapi hanya untuk beberapa guru saja sehingga tentu ada guru yang tidak ditugasi untuk membina lainnya.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 4.49 Pengalaman Organisasi di Bidang Pendidikan dan Sosial
No Keterangan Belum Pernah
a. Pengurus organisasi di bidang pendidikan
61 39
b. Pengurus organisasi di bidang sosial
30,5 69,5
c. Tugas tambahan sebagai kepala sekolah
80,5 19,5
d. Tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah
72 28
e. Tugas tambahan sebagai wali kelas
57,3 42,7
f. Tugas tambahan sebagai Pembina pramuka
79,3 20,7
g. Tugas tambahan sebagai Pembina ekstrakulikuler
58,5 41,5 h.
Tugas tambahan sebagai Pembina lainnya 51,2
48,8 Jumlah 490,3
309,7 Rata-rata 61,29
38,71
7. Mendapat penghargaan di bidang pendidikan
Tabel 4.50 Penghargaan di Bidang Pendidikan
Jenis Kelamin Frekuensi
kegiatan L P
Jumlah
34 41,5 22 26,8 56 68,3 1 9
11 13
15,9 22
26,8 2
0 0 0 0 0 0 3 1
1,2 1
1,2 4
0 0 0 0 0 0 5 3
3,7 3
3,7 5 0 0 0 0 0 0
Jumlah 47
57,3 35
42,7 82
100
Tabel 4.44 menunjukkan bahwa sebanyak 56 guru atau 68,3 yang terdiri dari 34 guru laki-laki atau 41,5 dan 22 guru perempuan atau
26,8 belum pernah mendapatkan penghargaan di bidang pendidikan. Sebanyak 26 guru atau 31,7 yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau
15,8 dan 13 guru perempuan atau 15,9 pernah mendapat penghargaan di bidang pendidikan. Panghargaan di bidang pendidikan
seperti satya lencana karya satya 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penghargaan guru inovatifguru favorit; penghargaan KB Lestari dan lain-lain. Jadi hanya guru tertentu saja yang dapat menerima
penghargaan ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN