Profesionalisme guru pasca sertifikasi.

(1)

xi

ABSTRAK

PROFESIONALISME GURU PASCA SERTIFIKASI

Survey Pada Guru-Guru Bidang Studi SMA Selain BK yang Lulus Sertifikasi Tahun 2007 di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta

Benedecta Yudha wastuti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai kegiatan yang menunjang profesionalisme guru bidang studi SMA selain BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta pasca lulus sertifikasi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2009 di SMA Kabupaten Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, sampel yang diambil sebanyak 17 sekolah dengan jumlah responden berjumlah 82 guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik non-tes dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 komponen portofolio.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1) kegiatan yang sering dilakukan guru guna mempertahankan dan menunjang profesionalismenya, antara lain: pendidikan dan pelatihan (69,5%), perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (93%), dan keikutsertaan dalam forum ilmiah (61,6%); 2) kegiatan yang jarang dilakukan guru guna mempertahankan dan menunjang profesionalismenya, antara lain: prestasi akademik (68,15%), karya pengembangan profesi (70,73%), pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial (61,28%), dan penghargaan di bidang pendidikan (68,3%).


(2)

xii

ABSTRACT

TEACHER PROFESSIONALISM AFTER CERTIFICATION A Survey on Teachers of Senior High Schools Who Have Passed Teacher’s

Certification In 2007 except Counseling Teachers In Sleman Regency

Yogyakarta

Benedecta Yudha Wastuti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This study aims for finding out various activities which supported teacher’s professionalism in Senior High School who have passed teacher’s certification except Counseling Teachers in Sleman Regency Yogyakarta.

This research is a descriptive research. This research was conducted from July until September 2009 in all Senior High Schools in Sleman Regency, Yogyakarta. The technique used to take samples was purposive sampling. The samples were 82 teachers from 17 schools of Senior High School. The technique used to collect the data was non test technique with questionnaire which consisted of portfolio components.

Based on the results of this research, it can be concluded: 1) activities which were often done by the teachers to maintain and support their professionalism were: education and training (69,5%), the learning’s planning and implementation (93%), participation in scientific forum (61,6%); 2) activities which were rarely done by the teachers to maintain and support their professionalism were: academic achievement (68,15%), profession development work (70,73%), the experiences in education and social organization (61,28%), achievement in educational field (68,3%).


(3)

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Benedecta Yudha Wastuti NIM.051334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009


(4)

i SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Benedecta Yudha Wastuti NIM.051334027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009


(5)

(6)

(7)

iv

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

Jesus Kristus, juru selamatku

Bunda Maria, Bunda penuh kasih

Bapak A. Warjiman dan Ibu M. Murtilah, yang selalu

mengasihiku..

Adikku Yohanes Ade Yudha Subhakti doamu sungguh berarti…

Sahabat-sahabatku…..


(8)

v

MOTTO

Life is amazing! Why, because I say it is. You can say it

too. Choose life to be amazing. It is!


(9)

(10)

(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan berkat-Nya sehingga skrpsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini. 7. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah


(12)

ix

8. Dosen-dosenku yang baik : ”Pak Wid, Pak Heri, Pak Ruby, Bu Cornel, Bu Catur, Bu Prem, Bu Indah” terimakasih atas ilmu dan didikan yang telah diberikan pada saya selama ini.

9. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.

10. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Antonius Warjiman dan Ibu Maria Murtilah). Tiada kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan perhatian kalian kepadaku.

11. Adikku Yohanes Ade Yudha Subhakti, terima kasih atas segala doa dan dukungan sehingga kakak tetap semangat mengerjakan skripsi ini.

12. Seluruh keluargaku: Pakde Tijo, Budhe Timah, Mbak No, Mbah Harto, Aulia, Budhe Jiyah, Bule Ni, Wulan, terima kasih untuk segala perhatian, nasihat, dukungan moril, materiil dan spiritual. Semua yang telah Pakde, Budhe, Simbah, Om, Bulek, Mbak dan Adik berikan begitu berarti bagiku. 13. Sahabat-sahabatku: Ida (Semoga kerja keras yang kamu lakukan selama ini

akan membantumu meraih cita-citamu), Ruci (Kamu bisa n tetap semangat ya!!!!), Agnes (Ayo tetap semangat Nez), terima kasih atas dukungan, semangat, canda tawa yang selalu menghiburku dikala mengalami kepenatan dalam menyusun skripsi ini dan atas sumbang saran dan bantuannya sehingga aku dapat menyelesaikan skirpsi ini.

14. Rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2005 Program Studi Pendidikan Akuntansi: Ms Adi, Ms Eka, Ms Kris Ms Dwi, Singgih, Itok, Wika, Arnon, Lilik, Robet, Yansen, Bangkit, Tosu, Febran, Yanto, Veri, Pilip, Vila, Rita,


(13)

x

Rosa, Santi, Yuni, Eka, Tri, Riri, Dwix, Widi, Rini, Rina, Tia, Andri, Dens, Asih, Ruci, Esti, Dany, Ertin, Marsya, Lilis, Heni, Niken, Kur, Leny, Agnes, Meri, Chan, Galuh, Bo’im, Tite, Mita, Sus. Margaret, Era, atas bantuan, dukungan kerjasama serta semangat yang telah diberikan dalam proses penyempurnaan skripsi ini dan atas semua kenangan dan canda tawa selama kita kuliah bersama di kampus kita tercinta.

15. Anak-anak Kost Brojowikalpo 2B: Nonok, Ruci, Mbak Tian, Dewi, Sinta, Budhe, Mbak Danik, atas semua dukungan, cerita, canda tawa, dan kebersamaan dalam suka dan duka selama dikost (kalian adalah keluarga keduaku).

16. Anak-anak Sing Sip-Sip: Mas Cunk, Mas Jiek, Mas Didik, Mas Purbo, Mas Hendry, Mas Ceye, Kur2, Mbak Iyem, Mbak Katrin, Mbak Ragil, No2k, Lina, Novin ( Tetep semangat berlatih & kita puji Tuhan dengan suara kita).

17. Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu atas semua dukungan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

sebagaimana mestinya.

Penulis,


(14)

xi

ABSTRAK

PROFESIONALISME GURU PASCA SERTIFIKASI

Survey Pada Guru-Guru Bidang Studi SMA Selain BK yang Lulus Sertifikasi Tahun 2007 di Wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta

Benedecta Yudha wastuti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai kegiatan yang menunjang profesionalisme guru bidang studi SMA selain BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta pasca lulus sertifikasi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2009 di SMA Kabupaten Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, sampel yang diambil sebanyak 17 sekolah dengan jumlah responden berjumlah 82 guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik non-tes dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 komponen portofolio.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: 1) kegiatan yang sering dilakukan guru guna mempertahankan dan menunjang profesionalismenya, antara lain: pendidikan dan pelatihan (69,5%), perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (93%), dan keikutsertaan dalam forum ilmiah (61,6%); 2) kegiatan yang jarang dilakukan guru guna mempertahankan dan menunjang profesionalismenya, antara lain: prestasi akademik (68,15%), karya pengembangan profesi (70,73%), pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial (61,28%), dan penghargaan di bidang pendidikan (68,3%).


(15)

xii

ABSTRACT

TEACHER PROFESSIONALISM AFTER CERTIFICATION A Survey on Teachers of Senior High Schools Who Have Passed Teacher’s

Certification In 2007 except Counseling Teachers In Sleman Regency

Yogyakarta

Benedecta Yudha Wastuti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This study aims for finding out various activities which supported teacher’s professionalism in Senior High School who have passed teacher’s certification except Counseling Teachers in Sleman Regency Yogyakarta.

This research is a descriptive research. This research was conducted from July until September 2009 in all Senior High Schools in Sleman Regency, Yogyakarta. The technique used to take samples was purposive sampling. The samples were 82 teachers from 17 schools of Senior High School. The technique used to collect the data was non test technique with questionnaire which consisted of portfolio components.

Based on the results of this research, it can be concluded: 1) activities which were often done by the teachers to maintain and support their professionalism were: education and training (69,5%), the learning’s planning and implementation (93%), participation in scientific forum (61,6%); 2) activities which were rarely done by the teachers to maintain and support their professionalism were: academic achievement (68,15%), profession development work (70,73%), the experiences in education and social organization (61,28%), achievement in educational field (68,3%).


(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru ... 9

1. Pengertian Guru ... 9

2. Syarat-syarat Menjadi Guru ... 9

3. Kode Etik ... 10

4. Peranan Guru... 10

5. Tanggung Jawab Guru ... 12

B. Profesionalisme Guru... 13


(17)

xiv

1. Kompetensi Pedagogik ... 16

2. Kompetensi Kepribadian... 17

3. Kompetensi Profesional ... 18

4. Kompetensi Sosial... 19

D. Sertifikasi Guru ... 19

1. Pengertian sertifikasi... 19

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi... 22

3. Dasar Hukum Sertifikasi dan Penyelenggaraan Sertifikasi Guru23 4. Prosedur dan Mekanisme ... 24

5. Portofolio Sertifikasi Guru... 28

E. Pasca Pengumuman Sertifikasi... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Jenis Data ... 41

F. Teknik Analisis Data... 42

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 43

B. Analisis Data dan Pembahasan... 50

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 84

B. Saran ... 85

C. Keterbatasan ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Jenis kelamin Responden... 43

2. Tabel 4.2 Usia Responden ... 44

3. Tabel 4.3 Jam mengajar ... 45

4. Tabel 4.4 Mata Pelajaran ... 46

5. Tabel 4.5 Masa Kerja ... 46

6. Tabel 4.6 Golongan Jabatan... 47

7. Tabel 4.7 Status Kepegawaian... 48

8. Tabel 4.8 Jalur Lulus Sertifikasi ... 49

9. Tabel 4.9 Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Relevan 50

10. Tabel 4.10 Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Tidak Relevan ... 51

11. Tabel 4.11 Pendidikan dan Pelatihan... 52

12. Tabel 4.12 Pembuatan RPP... 52

13. Tabel 4.13 Pembuatan Silabus ... 53

14. Tabel 4.14 Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi 54 15. Tabel 4.15 Pembuatan dan Penerapan Model Pembelajaran yang Baru/Inovatif ... 55

16. Tabel 4.16 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran ... 56

17. Tabel 4.17 Perolehan Kejuaraan Dalam Lomba Akademik ... 56

18. Tabel 4.18 Perolehan Sertifikat Keahlian/Keterampilan ... 57

19. Tabel 4.19 Tugas Sebagai Instruktur ... 58

20. Tabel 4.20 Tugas Sebagai Guru Inti ... 58

21. Tabel 4.21 Tugas Sebagai Tutor ... 59

22. Tabel 4.22 Tugas Sebagai Pemandu ... 60

23. Tabel 4.23 Pembimbing Mahasiswa PPL ... 60


(19)

xvii

25. Tabel 4.25 Pembimbing Siswa Lomba dan Tidak Memperoleh Juara ... 62

26. Tabel 4.26 Prestasi Akademik ... 63

27. Tabel 4.27 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Nasional dan Ber ISBN ... 63

28. Tabel 4.28 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Propisi dan ber ISBN64 29. Tabel 4.29 Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Kabupaten/Kota Dan ber ISBN... 64

30. Tabel 4.30 Penulisan Artikel pada Surat Kabar/Majalah/Jurnal... 66

31. Tabel 4.31 Menjadi Reviewer Buku... 67

32. Tabel 4.32 Penulisan Soal Ujian UN/UASDA ... 67

33. Tabel 4.33 Penulisan Diktat/Modul ... 68

34. Tabel 4.34 Pembuatan Media/Alat Pembelajaran... 69

35. Tabel 4.35 Penelitian di Bidang Pendidikan... 70

36. Tabel 4.36 Pembuatan Karya Seni/Karya Teknologi ... 71

37. Tabel 4.37 Karya Pengembangan Profesi ... 72

38. Tabel 4.38 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Relevan... 72

39. Tabel 4.39 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Tidak Relevan .... 73

40. Tabel 4.40 Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah ... 74

41. Tabel 4.41 Pengurus Organisasi di Bidang Pendidikan... 75

42. Tabel 4.42 Pengurus Organisasi di Bidang Sosial ... 76

43. Tabel 4.43 Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah ... 77

44. Tabel 4.44 Tugas Tambahan Sebagai Wakil Kepala Sekolah ... 78

45. Tabel 4.45 Tugas Tambahan Sebagai Wali Kelas ... 79

46. Tabel 4.46 Tugas Tambahan Sebagai Pembina Pramuka ... 79

47. Tabel 4.47 Tugas Tambahan Sebagai Pembina Ekstrakurikuler ... 80

48. Tabel 4.48 Tugas Tambahan Sebagai Pembina Lainnya ... 81

49. Tabel 4.49 Pengalaman Organisasi di Bidang Pendidikan dan Sosial.... 82


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR


(21)

xix

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 10 Tahun 2009 Tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan ... 92

Lampiran 2 Kutipan Undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen ... 99

Lampiran 3 Kuesioner... 103

Lampiran 4 Data Responden... 107

Lampiran 5 Data Induk ... 111

Lampiran 6 Analisis Data... 114


(22)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan yaitu: 1) sarana gedung, 2) buku yang memadai, 3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2005: 3). Pendidikan yang bermutu juga sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Karena keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.

Untuk mendorong keberadaan guru yang berkualitas, pemerintah berupaya meningkatkan mutu guru dengan mengembangkan kebijakan yang langsung mempengaruhi mutu dengan melaksanakan sertifikasi guru. Kebijakan ini tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dengan diberlakukan UU Guru dan Dosen, undang-undang tersebut minimal memiliki tiga fungsi, yaitu: 1) sebagai landasan


(23)

yuridis bagi guru dari perbuatan semena-mena dari siswa, orang tua dan masyarakat, 2) untuk meningkatkan profesionalisme guru, 3) untuk meningkatkan kesejahteraan guru baik yang berstatus sebagai pegawai negeri (PNS) ataupun non PNS.

Keberadaan UU Guru dan Dosen tersebut merupakan pengakuan bahwa profesi guru merupakan pekerjaan profesional, sebagaimana pekerjaan dokter, lawyer, pilot, dan tidak sembarang orang bisa menjadi guru. Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana (S-1) atau diploma empat (D-4). Sedangkan kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebagai salah satu wujud keprofesionalannya, seorang guru dapat mengikuti sertifikasi.

Bagi kebanyakan guru tujuan untuk mengikuti sertifikasi tersebut mempunyai dua motif, yaitu motif ekonomi dan motif psikologis. Motif ekonomi didasari dengan naiknya gaji guru 100 % apabila mereka berhasil lulus sertifikasi, sehingga kesejahteraan mereka pun ikut naik. Sedangkan motif psikologis mereka adalah lebih dihormatinya mereka dikarenakan pangkat/jabatan mereka lebih tinggi. Sertifikasi sebenarnya


(24)

merupakan sarana atau instrumen untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru. Dengan kata lain sertifikasi bukanlah tujuan akhir. Ironisnya, sebagian orang/guru memandang sertifikasi sebagai suatu tujuan akhir khususnya untuk menggapai tunjangan profesi demi meningkatkan penghasilan guru. Bila perlu, demi lulus sertifikasi, guru siap membeli piagam atau mengeluarkan uang hanya untuk mendapatkan lembaran-lembaran piagam.

Menurut data Bapeda Kabupaten Sleman terdapat 1159 guru yang lulus sertifikasi pada tahun 2006 dan 2007 dengan perincian guru SMA sebanyak 143 orang, SMK 166 orang, SMP 247 orang, SD sebanyak 487

orang dan TK sebanyak 116 orang. (http://www.slemankab.go.id/?hal=detail_berita.php&id=1921). Data tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Sleman memiliki banyak guru yang dapat dikatakan profesional.

Namun, kesuksesan mereka seringkali tidak diikuti dengan profesionalisme mereka dalam mengajar, malah terkadang mereka kurang rajin dalam mengajar, hal ini dikarenakan mereka telah mempunyai gaji yang cukup sehingga mereka mulai jarang untuk melaksanakan tugas mengajar. Pembantu Rektor (PR) III Unlam Ir H Hamdani MS ketika membuka Seminar Pendidikan Nasional: Profesionalitas Tenaga Pendidik, Substansi dan Formalitas di Aula Rektorat Unlam (http://www. cynthiawati.co.cc/?p=79 - 26k – ) mengemukakan bahwa “……dikhawatirkan guru yang sudah


(25)

bersertifikat kembali bekerja asal-asalan. Hal ini akan memberikan pengaruh secara luas bukan hanya kepada rekan-rekan guru yang lain, melainkan juga kepada kualitas pendidikan.”

Fakta menunjukkan bahwa para guru yang telah lulus sertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesinya cair, ironisnya justru banyak yang

berpangku tangan (http://hdn.zamrudtechnology.com/2008/08/07/sindrom-sertifikasi-guru/).

Para guru tidak berpacu meningkatkan kompetensinya dengan berbagai karya ilmiah, yakni semakin banyak guru yang menjauh dari buku-buku aktual, hilangnya kebiasaan diskusi, pudarnya budaya menulis, tidak melakukan riset atau penelitian ilmiah.

Selain itu masih ada guru yang telah lulus sertifikasi tidak mampu menguasai teknologi-teknologi dasar pendidikan, misalnya masih banyak guru yang gagap teknologi, tidak bisa mengoperasikan komputer, email, dan internet, padahal komputer seharusnya menjadi alat bantu utama bagi seorang guru dalam pengajaran di sekolah. Hal ini dapat menghambat perkembangan pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dari uraian di atas menunjukkan bahwa guru yang telah lulus sertifikasi belum tentu profesional.

Maka dari itu, guru yang telah memiliki sertifikat pendidik harus terus melakukan peningkatan kompetensinya melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas guru berkelanjutan (continous professional development). Peningkatan profesionalisme ini harus


(26)

berlangsung secara berkesinambungan karena prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning person, belajar sejak di gendongan ibu hingga kematian mendatanginya. Sebagai guru profesional yang telah menyandang sertifikat pendidik, guru wajib untuk terus mempertahankan profesionalitasnya sebagai guru (Suyatno, 2008: 18).

Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continous professional development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu 1) kelompok kerja guru (KKG) untuk tingkat SD, 2) musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di tingkat SMP dan SMA, 3) di perguruan tinggi dan di tempat lainnya yang merupakan wahana pemeliharaan dan peningkatan kompetensi. Aktifitas guru di KKG/MGMP tidak saja untuk menyelesaikan persoalan pengajaran yang dialami guru dan berbagi pengalaman mengajar antar guru, tetapi dengan strategi mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri.

Agar kinerja guru lulus sertifikasi tidak turun, setelah menerima sertifikat pendidik dan tunjangan, kinerja guru akan terus dipantau oleh Kepala Sekolah, pengawas dan guru di lingkugan kerjanya (Rosida dalam http://www. malangraya.web.id/2008/09/05/siapkan-tim-pemantau-guru

-pasca-sertifikasi/ - 48k –). Selain itu, sudah waktunya otoritas pendidikan mulai dari instansi pusat, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kerja (P4TK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Dinas Pendidikan


(27)

Provinsi/Kabupaten/Kota serta Perguruan Tinggi memperbanyak dan menganekaragamkan wahana yang bisa melancarkan proses sertifikasi serta pentingnya pembinaan pasca sertifikasi.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian dalam dunia pendidikan dengan judul ”PROFESIONALISME GURU PASCA SERTIFIKASI” hal ini penting untuk dibahas sehingga dapat memberikan motivasi agar guru-guru yang telah lulus sertifikasi tetap menjalankan tugas-tugasnya secara profesional.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan mengkaji profesionalisme guru pasca sertifikasi. Pada penelitian ini hanya akan ditujukan bagi guru-guru bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) selain BK yang telah lulus uji sertifikasi tahun 2007 baik melalui penilaian portofolio maupun melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Lokasi Penelitian hanya dibatasi pada SMA di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah guru-guru bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) selain BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah memiliki sertifikat sebagai pendidik profesional tetap menjalankan tugasnya secara


(28)

profesional dan melakukan berbagai kegiatan yang menunjang profesionalismenya?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah guru-guru bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) selain BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah memiliki sertifikat sebagai pendidik profesional tetap menjalankan tugasnya secara profesional dan melakukan berbagai kegiatan yang menunjang profesionalismenya?”

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya mengenai sertifikasi dan memberikan gambaran dalam mengambil keputusan dalam bidang pendidikan serta dapat menjadi sumber refleksi dan perbaikan akan pelaksanaan sertifikasi guru pada pelaksanaan berikutnya.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan menambah referensi kepustakaan. Disamping itu diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


(29)

3. Bagi Mahasiswa FKIP

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan refleksi bagi mahasiswa FKIP sebagai calon guru agar tetap menjaga profesionalisme ketika menjadi guru kelak.

4. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan jiwa profesionalisme pasca sertifikasi.


(30)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Guru

1. Pengertian Guru

Kamus Umum Bahasa Indonesia mengemukakan arti guru sebagai orang yang pekerjaan atau mata pencahariannya, profesinya mengajar. Sementara itu Hamzah (2007;15), mengemukakan guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

2. Syarat-syarat Menjadi Guru

Untuk menjadi seorang guru diperlukan suatu persyaratan, karena profesi guru adalah suatu pekerjaan yang profesional. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa seorang tenaga pengajar (guru) SMA/MA atau bentuk lainnya yang sederajat harus memiliki : 1) Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1), 2) Latar pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang


(31)

diajarkan, 3) Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA. Menurut Hamalik (2001: 118), Syarat bagi seorang guru diantaranya sebagai berikut:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat dan berbadan sehat e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas f. Memiliki jiwa Pancasila dan Warga Negara yang baik

3. Kode Etik

Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada kode etik profesional guru. Menurut Mulyasa (2007;47) kode etik tersebut berisi sebagai berikut :

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya

g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial

4. Peranan Guru

Undang-undang Guru Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik…..” dan pasal 4 “ berfungsi untuk meningkatkan manfaat dan peran


(32)

guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Menurut Hamalik (2001:123), di zaman modern seperti sekarang ini peranan guru tidak hanya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, melainkan juga sebagai ilmuwan ( teacher as scientist ) dan guru sebagai pribadi ( teacher as person ).

Menurut Mulyasa (2007;19) mengungkapkan bahwa peran dan fungsi guru adalah :

a. Sebagai pendidik dan pengajar; bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur, dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mernguasai berbagai bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktik pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. b. Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul

dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.

c. Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.


(33)

d. Sebagai administrator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan disekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.

e. Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas.

Peranan guru akan menjadi semakin luas karena ia juga akan berfungsi sebagai penghubung antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan masyarakat. Dalam hal ini guru memodernisasi masyarakat dituntut serta secara aktif dalam pembangunan karena telah menghubungkan masyarakat dengan IPTEK.

Sehubungan dengan hal ini Hamalik (2001: 124) menyebutkan bahwa: a. Guru sebagai penghubung ( teacher as communicator )

b. Guru sebagai modernisator

c. Guru sebagai pembangun ( teacher as contructor )

5. Tanggung Jawab Guru

Profesi guru merupakan suatu profesi yang mulia dan luhur, oleh karena itu guru sudah seharusnya memiliki tanggung jawab yang besar. Hamalik (2001: 127) merangkum tanggung jawab guru adalah sebagai berikut:


(34)

a. Guru harus menuntut murid-muridnya belajar. b. Guru turut serta dalam membina kurikulum sekolah.

c. Guru melakukan pembinaan terhadap diri siswa dalam hal kepribadian, watak,dan jasmaniah.

d. Guru memberikan bimbingan kepada murid.

e. Guru melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.

f. Guru menyelenggarakan penelitian yang merupakan tanggung jawab profesional.

g. Guru mengenal masyarakat dan aktif ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang ada di dalam masyarakat.

h. Guru bertanggung jawab menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila.

i. Guru turut serta dalam membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa serta perdamaian pembangunan.

j. Guru turut serta menyukseskan pembangunan.

k. Guru bertanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru.

B. Profesionalisme Guru

Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Profesional itu sendiri diartikan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi ( Undang-undang No. 14 Bab I pasal 1 No. 2 tentang Guru dan Dosen ).

Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru,


(35)

dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Dr. Nana Sudjana dalam Moeh Uzer Usman, 1995:14).

Guru profesional adalah guru yang secara administratif, akademis, dan kepribadian telah memenuhi persyaratan dalam bentuk hubungan multidimensional dengan muridnya (Ainurrofiq Dawam,2004:25).

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.

Memposisikan guru sebagai profesi, merupakan suatu hal yang mendesak diberlakukan di Indonesia. Pasalnya, menempatkan guru seperti itu akan memperbaiki nasib para guru yang selama ini sering termarginalkan, maka dari itu dengan memposisikan guru sebagai profesi diharapkan tanggung jawab seorang guru dalam menjalankan tugasnya akan lebih baik.

Dalam melaksanakan tugas guru, seorang guru yang profesional perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar (Hamzah; 2007,16) antara lain :


(36)

1. Guru harus dapat meningkatkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

2. Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.

3. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apresiasi).

4. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.

5. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.

6. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung/meneliti dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.

7. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

8. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Secara singkat dapat dikatakan pengertian guru profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang kependidikan dan keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru yang bermutu.

Prinsip-prinsip profesionalisme guru menurut UU tentang Guru dan Dosen Pasal 5 ayat 1 menyebutkan:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,

2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya,

3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, 4. Mematuhi kode etik profesi,

5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas,

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara

berkelanjutan,

8. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya,


(37)

9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, guru tidak hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi, dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar.

C. Kompetensi Keguruan

Profesi guru menuntut adanya kompetensi dalam bidang keguruan yang meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pendagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi personal.

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Sedangkan dalam RPP tentang guru dikemukakan bahwa, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:


(38)

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik

c. Pengembangan kurikulum / silabus d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g. Evaluasi hasil belajar

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007, kompetensi pedagogik guru meliputi:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.


(39)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, kompetensi kepribadian guru meliputi:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Standar Nasional Pendidikan.

Ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan.


(40)

4. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki potensi untuk:

a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, dan orang tua/wali peserta didik. d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

D. Sertifikasi Guru

1. Pengertian Sertifikasi

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu benar adanya. Sedangkan sertifikat pendidik adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal


(41)

pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.

National Comission on Educational Services (NCES) dalam Mulyasa:2007, 34 memberikan pengertian sertifikasi secara lebih umum. Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach.

Jadi sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

Secara formal, Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional, Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional. Sebagai tenaga profesional, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik S-1 (Strata satu) atau D-4 (Diploma empat) dalam bidang yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-1/D-4 dibuktikan dengan ijazah yang diperolehnya di lembaga pendidikan tinggi dan persyaratan


(42)

relevansi dibuktikan dengan kesesuaian antara bidang pendidikan yang dimilki dengan mata pelajaran yang diampu di sekolah. Sementara itu, persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran (yang meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial) dibuktikan dengan sertifikat sebagai pendidik, atau uji sertifikasi.

Tentang ujian sertifikasi ini diperjelas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 tahun 2009 yang menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung. Ujian kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.

Ujian sertifikasi berupa empat standar kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi yang diujikan berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab. Pemberian sertifikat pendidik secara langsung dilakukan melalui verifikasi dokumen.

Guru yang telah lulus sertifikasi melalui uji kompetensi dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung berhak mendapatkan sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh tunjangan profesi. Sertifikat kompetensi adalah pengakuan


(43)

terhadap penguasaan kompetensi pada bidang pekerjaan tertentu, yang diberikan oleh satuan pendidikan kedinasan yang berakreditasi atau lembaga sertifikasi profesi yang diakreditasi.

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Dalam buku pedoman sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009 menyatakan bahwa secara umum tujuan sertifikasi guru adalah : meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetansi yang ditentukan. Secara khusus program sertifikasi bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya. b. Menetapkan kemampuan mengajar guru.

c. Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu bertindak secara profesional.

d. Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah lain, serta memanfaatkan teknologi komunikasi informasi untuk kepentingan pembelajaran dan perluasan wawasan.

Suyatno (2008;2) mengemukakan bahwa tujuan utama sertifikasi guru adalah :

a. Menentukan kelayakan dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. c. Meningkatkan martabat guru.


(44)

Adapun manfaat sertifikasi guru (Muslich:2007, 9) antara lain sebagai berikut: 1) melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri, 2) melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia, 3) menjadi wahana penjamin mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan, 4) menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

3. Dasar hukum sertifikasi guru dan penyelenggaraan sertifikasi guru

Secara umum sertifikasi guru dapat dianggap sebagai amanah dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara khusus, sertifikasi guru dilakukan dengan mengacu pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), terutama pasal 8 dan 11.

Pasal 8 UUGD menyatakan :

... guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 11 ayat 1 UUGD menyatakan :

... sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sedangkan pedoman operasional sertifikasi


(45)

guru mengacu pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan.

Dasar hukum penyelenggaraan sertifikasi guru adalah UUGD pasal 11 ayat (2) yang menyatakan :

... sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

4. Prosedur dan mekanisme

Penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung kepada peserta sertifikasi guru dilakukan oleh Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Secara umum, alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan tahun 2009 disajikan dalam Gambar 2.1.


(46)

Gambar 2.1 Alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2009

Prosedur sertifikasi bagi guru dalam jabatan meliputi sebagai berikut: a. Uji Kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio

1) Guru dalam jabatan peserta sertifikasi guru yang memenuhi persyaratan, menyusun portofolio dengan mengacu Pedoman Penyusunan Portofolio (Buku 3).

2) Portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota atau dinas pendidikan provinsi (peserta guru SLB) untuk diteruskan kepada Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru untuk dinilai.


(47)

3) Penilaian portofolio dilakukan oleh 2 (dua) asesor yang relevan dan memiliki Nomor Induk Asesor (NIA) dengan mengacu pada rubrik penilaian portofolio (Buku 3).

4) Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dapat mencapai angka minimal kelulusan dan memenuhi perrsyaratan kelulusan, maka dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat pendidik. 5) Apabila skor hasil penilaian portofolio telah dapat mencapai angka

minimal kelulusan dan memenuhi persyaratan kelulusan, namun secara administrasi masih ada kekurangan maka peserta harus melengkapi kekurangan tersebut (melengkapi administrasi atau MA).

6) Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru belum mencapai angka minimal kelulusan, maka Rayon LPTK menetapkan alternatif sebagai berikut:

a) Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk melengkapi kekurangan portofolio (misal melengkapi substansi atau MS peserta yang memperoleh skor 841 s/d 849). Apabila dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan Rayon LPTK peserta tidak mampu melengkapi akan di ikutsertakan dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

b) Mengikuti PLPG yang mencakup empat kompetensi guru dan diakhiri dengan uji kompetensi. Penyelenggaraan PLPG dilakukan berdasarkan proses baku sebagaimana tertuang dalam


(48)

Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Buku 5 dan Suplemen Buku 5). Peserta yang lulus uji kompetensi memperoleh sertifikat pendidik. Jika peserta belum lulus, diberi kesempatan ujian ulang dua kali (untuk materi yang belum lulus). Peserta yang tidak lulus pada ujian ulang kedua dikembalikan ke dinas pendidikan kabupaten/kota atau dinas pendidikan provinsi untuk dilakukan pembinaan/peningkatan kompetensi.

b. Pemberian Sertifikat pendidik secara langsung

1) Guru yang berkualifikasi akademik S-2/S-3 dan sekurang-kurangnya golongan IV/b atau guru yang memiliki golongan serendah-rendahnya IV/c mengumpulkan dokumen.

2) Dokumen yang telah disusun kemudian diserahkan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota atau dinas pendidikan provinsi untuk diteruskan ke LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru sesuai wilayah rayon dengan surat pengantar resmi.

3) LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru melakukan verifikasi dokumen. Verifikasi dokumen dilakukan oleh 2 (dua) asesor yang relevan dan memiliki Nomor Induk Asesor (NIA) dengan mengacu pada rubrik verifikasi dokumen (Buku 3).

4) Apabila dokumen yang dikumpulkan oleh peserta dinyatakan memenuhi persyaratan, maka kepada peserta diberikan sertifikat pendidik. Sebaliknya, apabila dokumen yang dikumpulkan tidak


(49)

memenuhi persyaratan, maka peserta dikembalikan ke dinas pendidikan di wilayahnya (kabupaten/kota/provinsi) dan diberikan kesempatan untuk mengikuti sertifikasi guru melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio.

5. Portofolio Sertifikasi Guru

a. Pengertian Portofolio

Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial). Dalam Peraturan Depdiknas tahun 2008 tentang Panduan Penyusunan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, dan pedoman sertifikasi guru dalam jabatan membagi komponen portofolio menjadi 3 unsur yaitu unsur A, B dan C. Unsur A (kualifikasi akademik dan tugas pokok) meliputi: (1) kualifikasi akadaemik, (2) pengalaman mengajar (3) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Unsur B (pengembangan profesi) meliputi : (1) pendidikan dan pelatihan, (2) penilaian dari atasan dan pengawasan (3) prestasi akademik, (4) karya pengembangan profesi. Sedangkan Unsur C (pendukung profesi) meliputi : (1) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (2) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (3) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.


(50)

b. Fungsi Portofolio

Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru, khususnya guru dalam jabatan adalah untuk menilai kompetensi guru sebagai pendidik dan agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antaralain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawasan. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik.

Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktifitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidikan dan belum); dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.


(51)

c. Komponen Portofolio

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan, komponen portofolio meliputi: 1) Kualifikasi Akademik

Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3 maupun non gelar D4 diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikasi diploma.

2) Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar yaitu masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan, surat tugas, atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang (pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan).

3) Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan dan kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar.


(52)

Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual.

Kegiatan ini mencakup:

a.) Tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi)

b.) Kegiatan Inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media dan sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa)

c.) Penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut)

Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola oleh guru.

Khusus untuk guru bimbingan dan konseling, komponen pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan guru bimbingan dan konseling (konselor) dalam mengelola dan mengevaluasi pelayanan bimbingan dan konseling yang meliputi bidang pelayanan bimbingan pendidikan/belajar, karier, pribadi, sosial, akhlak mulia/budi pekerti. Jenis dokumen yang dilaporkan berupa:

a) Agenda kerja guru bimbingan dan konseling. b) Daftar konseli (siswa).

c) Data kebutuhan dan permasalahan konseli. d) Laporan bulanan.

e) Laporan semeseran/tahunan.

f) Aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling (pemahama, pelayanan langsung, pelayanan tidak langsung).


(53)

g) Laporan hasil evaluasi program bimbingan dan konseling.

h) Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi rekaman atau dokumen laporan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang disahkan oleh atasan.

Dokumen ini dinilai oleh asesor dengan menggunakan format penilaian.

4) Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.

5) Penilaian dari Atasan dan Pengawas

Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek: ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama dengan menggunakan Format Penilaian Atasan.


(54)

6) Prestasi Akademik

Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.

Komponen ini meliputi:

a) lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau nonkependidikan)

b) sertifikat keahlian/ketrampilan tertentu pada guru SMK dan guru olah raga, dan capaian skor TOEFL

c) pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor)

d) pembimbingan siswa kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR)

Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia

7) Karya Pengembangan Profesi

Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; artikel yan dimuat dalam media jurnal/majalah/bulletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi,


(55)

dan internasional; menjadi review buku, penulis soal EBTANAS atau UN; modul atau buku cetak lokal (kabupaten dan kota) yang minimal mencangkup materi pembelajaran selama 1 semester; media dan alat pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas (individu atau kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari lukis, sastra, dan lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut. 8) Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah

Keikuitsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya (seminar, semiloka, symposium, sarasehan, diskusi panel dan jenis forum ilmiah lainnya) pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta.

Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat atau piagam bagi nara sumber, dan serifikat atau piagam bagi peserta.

9) Pengalaman Organisasi di Bidang Kependidikan dan Sosial

Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan, organisasi sosial, dan/atau mendapat tugas tambahan.

Pengurus organisasi di bidang kependidkan antara lain: a) Pengurus Forum Komunikasi kepala Sekolah (FKKS) b) Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG)


(56)

d) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) e) Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) f) Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) g) Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI) h) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

Pengurus organisasi sosial antara lain: a) Ketua RT

b) Ketua RW

c) Ketua LMD/BPD

d) Pembina kegiatan keagamaan

Mendapat tugas tambahan antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain.

Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.

10) Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan

Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kaupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.


(57)

d. Pengisian Portofolio

1) Identitas guru peserta sertifikasi.

Identitas guru peserta sertifikasi meliputi; a) Nama (lengkap dengan gelar akademik) b) Nomor peserta

c) NIP/NIK

d) Pangkat/golongan e) Jenis Kelamin f) Tempat tanggal lahir g) Pendidikan terakhir h) Akta mengajar

i) Sekolah tempat tugas (nama, alamat, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nomor telepon, e-mail, nomor stistik sekolah).

j) Guru mata pelajaran/guru kelas, k) Beban mengajar seminggu

Pangkat dan golongan bagi guru non-PNS mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Halaman identitas ini ditandatangani oleh penyusun dan disahkan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Pendidikan setelah portofolio selesai disusun.

2) Daftar isi

Peserta sertifikasi perlu melengkapi dokumen portofolio dengan daftar isi agar memudahkan tim penilai (asesor) dalam melaksanakan tugasnya. Daftar isi ini menjelaskan tentang nama komponen dan halaman berapa komponen tersebut disusun.


(58)

3) Dokumen portofolio

Dokumen portofolio ini memuat sepuluh komponen portofolio yang di dalam instrumen ditampilkan dalam bentuk tabel. Peserta sertifikasi diminta untuk mengisi tabel tersebut sesuai dengan pengalaman dan hasil karya yang dimiliki secara jujur dan bertanggung jawab. Peserta juga diminta melampirkan bukti-bukti fisik berupa dokumen dan/atau hasil karya sesuai dengan yang dituliskan dalam tabel. Untuk dokumen-dokumen seperti sertifikat/piagam/surat keterangan dapat berupa foto kopi dokumen-dokumen tersebut yang telah dilegalisasi oleh atasan. Untuk dokumen foto kopi ijazah/akta mengajar harus dilegalisasi oleh perguruan tinggi yang mengeluarkannya atau oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk ijazah luar negeri.

4) Penutup

Komponen penutup berisi peryataan dari penyusun dan pemilik dokumen yang memuat tentang jaminan keaslian dan tidak melanggar kode etik dalam membuat dan atau mendapatkannya. Di samping itu, pernyataan juga berisi kesiapan menerima sanksi atas pelanggaran yang terkait dengan hak cipta, apabila ditemukan atau di kemudian hari ditemukan bukti terjadinya pelanggaran.

E. Pasca Sertifikasi

Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menuliskan bahwa ”pasca-” merupakan imbuhan yang bermakna


(59)

sesudah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasca sertifikasi adalah menunjuk pada sejauh mana guru yang sudah lulus sertifikasi tetap menjalankan tugasnya secara profesional dan melakukan berbagai kegiatan yang menunjang profesionalismenya.

Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik harus terus menerus melakukan peningkatan kompetensinya melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas guru berkelanjutan (continous profesional development). Peningkatan profesionalisme ini harus berlangsung secara berkesinambungan karena prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning person, belajar sejak dari gendongan ibu hingga kematian mendatanginya. Sebagai guru guru profesional yang telah menyandang sertifikat pendidik, guru wajib untuk terus mempertahankan profesionalitasnya sebagai guru.

Pembinaan profesi guru secara terus menerus (continous professional development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu 1) kelompok kerja guru (KKG) untuk tingkat SD, 2) musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di tingkat SMP dan SMA, 3) di perguruan tinggi dan di tempat lainnya yang merupakan wahana pemeliharaan dan peningkatan kompetensi.


(60)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsif karena dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta, identifikasi dan meramalkan hubungan dalam dan antara variabel (Basuki,2006: 111). Oleh karena itu, digunakan metode survei, yang lebih menekankan pada penentuan informasi tentang variabel dari pada informasi tentang individu. Survei (survey) atau jajak pendapat (self-administered survey) adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden secara tertulis (Jogiyanto,2008: 3). Alasan lain digunakan metode survei adalah bahwa penelitian ini akan mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada.

Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai upaya guru dalam mempertahankan atau meningkatkan profesionalismenya pasca sertifikasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA baik negeri maupun swasta di wilayah

Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2009.


(61)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru-guru bidang studi SMA selain BK di wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah lulus program sertifikasi guru pada tahun 2007 baik melalui penilaian portofolio maupun melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang seluruhnya berjumlah 143 orang. Populasi tersebar di sekitar 51 sekolah, yang terdiri dari 17 SMA negeri dan 34 SMA swasta.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara mengambil sampel yang memenuhi kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 82 responden dari populasi sebanyak 143 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui aktivitas guru dalam mempertahankan atau mengembangkan profesionalitasnya setelah lulus program sertifikasi guru. Kuesioner adalah instrumen survei untuk mendapat datanya (Jogiyanto, 2008:17). Item-item pertanyaan pada kuesioner mengacu


(62)

pada komponen-komponen yang ada dalam portofolio.

E. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data identitas responden dan data tentang komponen portofolio yang terdiri dari sepuluh (10) komponen portofolio. Data penelitian ini secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut:

1. Data responden a. Nama responden b. Jenis kelamin

c. Umur / Tanggal lahir d. Tempat mengajar e. Jenjang akademik f. Tahun lulus sertifikasi

g. Jumlah jam mengajar per minggu h. Jumlah mata pelajaran yang diampu i. Pangkat / Golongan

j. Status kepegawaian k. Masa kerja

l. Nilai / skor portofolio pada saat mengikuti sertifikasi guru m. Lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio / mengikuti PLPG

2. Komponen Portofolio a. Kualifikasi akademik b. Pengalaman mengajar c. Perencanaan pembelajaran d. Pendidikan dan pelatihan

e. Penilaian dari atasan dan pengawas f. Prestasi akademik

g. Karya pengembangan profesi h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman menjadi pengurus organisasi di bidang kependidikan dan sosial


(63)

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan dianalisis secara deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melihat frekuensi setiap kegiatan yang menunjang profesionalisme guru yang dilakukan guru setelah memperoleh sertifikat pendidik profesional.

2. Melakukan analisis deskriptif kuantitatif terhadap pelaksanaan kegiatan yang menunjang profesionalisme guru yang dilakukan setelah guru memperoleh sertifikat.


(64)

43

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2009. Subyek penelitian ini adalah guru-guru bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) kecuali guru BK yang telah lulus sertifikasi tahun 2007 di wilayah kabupaten Sleman Yogyakarta.

1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Asal Sekolah

L P Total

SMA Immanuel Kalasan 1 1 2

SMA Kolese De Britto 13 1 14

SMA Kolombo 3 3 6

SMA Mandala Bhakti 1 0 1

SMA N 2 Ngaglik 2 3 5

SMA N I Depok 2 3 5

SMA N I Godean 2 2 4

SMA N I Kalasan 1 3 4

SMA N I Minggir 0 2 2

SMA N I Mlati 4 0 4

SMA N I Ngaglik 2 5 7

SMA N I Prambanan 3 2 5

SMA N I Seyegan 1 5 6

SMA N I Sleman 7 4 11

SMA N I Tempel 2 0 2

SMA N I Turi 2 1 3

SMA St. Mikael Sleman 1 0 1

Jumlah 47 35 82

Dari tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa jumlah seluruh responden dari guru SMA sebanyak 82 responden yang terdiri dari 47 guru laki-laki atau 57,32% dan 35 guru perempuan atau sebanyak 42,68%. Dari


(65)

tabel tersebut terlihat jelas bahwa responden guru laki-laki lebih banyak dibandingkan guru perempuan.

2. Usia

Tabel 4.2 Usia Responden

No Umur (Dalam Tahun) Frek Frek(%)

1. 37-39 3 3,7

2. 40-42 6 7,3

3. 43-45 5 6,1

4. 46-48 2 2,4

5. 49-51 5 6,1

6. 52-54 22 26,8

7. 55-57 28 34,1

8. 58-60 11 13,4

Total 82 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai usia 37-39 tahun sebanyak 3 guru atau 3,7%, usia 40-42 tahun sebanyak 6 guru atau 7,3%, usia 43-45 tahun sebanyak 5 guru atau 6,1%, usia 46-48 tahun sebanyak 2 guru atau 2,4%, usia 49-51 tahun sebanyak 5 guru atau 6,1%, usia 52-54 tahun sebanyak 22 guru atau 26,8%, usia 55-57 tahun sebanyak 28 guru atau 34,1%, usia 58-60 tahun sebanyak 11 guru atau 13,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai usia antara 55-57 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang telah lulus sertifikasi dan mendapat tunjangan profesi dalam jangka waktu 3-5 tahun akan segera pensiun.


(66)

3. Jam Mengajar

Tabel 4.3 Jam Mengajar

No Jam Mengajar Frek Frek(%)

1. 1-4 1 1,2

2. 5-8 5 6,1

3. 9-12 9 11

4. 13-16 8 9,8

5. 17-20 8 9,8

6. 21-24 38 46,3

7. 25-28 9 11

8. 29-32 4 4,9

Total 82 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jumlah jam mengajar per minggu 1-4 jam sebanyak 1 guru atau 1,2%, jam mengajar per minggu 5-8 jam sebanyak 5 guru atau 6,1%, jam mengajar per minggu 9-12 jam sebanyak 9 guru atau 11%, jam mengajar per minggu 13-16 jam sebanyak 8 guru atau 9,8%, jam mengajar per minggu 17-20 jam sebanyak 8 guru atau 9.8%, jam mengajar per minggu 21-24 jam sebanyak 38 guru atau 46,3%, jam mengajar per minggu 25-28 jam sebanyak 9 guru atau 11%, Jam mengajar per minggu 29-32 jam sebanyak 4 guru atau 4,9%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai jumlah mengajar per minggu antara 21-24 jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah mempunyai jam mengajar yang sesuai dengan ketentuan uji sertifikasi.


(67)

4. Mata Pelajaran

Tabel 4.4 Mata Pelajaran

No Jumlah Mata Pelajaran Frek Frek(%)

1. 1 78 95,1

2. 2 3 3,7

3. 3 1 1,2

Total 82 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang mengampu 1 mata pelajaran sebanyak 78 guru atau 95,1%, mengampu 2 mata pelajaran sebanyak 3 guru atau 3,7%, mengampu 3 mata pelajaran hanya 1 guru atau 1,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mengampu 1 mata pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru Sekolah Menengah Atas (SMA) mempunyai satu konsentrasi bidang studi yang diampu. Hasil temuan ini kurang relevan dengan jumlah jam mengajar guru yang rata-rata antara 21-24 jam, padahal guru yang mengampu 1 mata pelajaran biasanya mempunyai jumlah jam mengajar kurang dari 20 jam. Hal ini dapat diasumsikan bahwa guru tersebut mengajar disekolah yang mempunyai kelas paralel.

5. Masa kerja

Tabel 4.5 Masa Kerja

No Masa kerja (dlm tahun) Frek Frek(%)

1. 11-13 4 4,9

2. 14-16 8 9,8

3. 17-19 4 4,9

4. 20-22 3 3,7

5. 23-25 1 1,2

6. 26-28 32 39


(68)

8. 32-34 5 6,1

Total 82 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai masa kerja 11-13 tahun sebanyak 4 guru atau 4,9%, masa kerja 14-16 tahun sebanyak 8 guru atau 9,8%, masa kerja 17-19 tahun sebanyak 4 guru atau 4,9%, masa kerja 20-22 tahun sebanyak 3 guru atau 3,7%, masa kerja 23-25 tahun sebanyak 1 guru atau 1,2%, masa kerja 26-28 tahun sebanyak 32 guru atau 39%, masa kerja 29-31 tahun sebanyak 25 guru atau 30,5%, masa kerja 32-34 tahun sebanyak 5 guru atau 6,1%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai masa kerja antara 26-28 tahun. Dalam sertifikasi, guru yang mempunyai pengalaman mengajar yang banyak berkesempatan lebih besar lulus uji sertifikasi karena masa kerja lebih dari 25 tahun akan mendapatkan poin 175 dari total 850 poin.

6. Golongan Jabatan

Tabel 4.6 Golongan Jabatan

No Golongan Jabatan Frek Frek(%)

1. IV b 1 1,2

2. IV a 61 74,4

3. III d 5 6,1

4. III c 8 9,8

5. Tidak mempunyai golongan 7 8,5

Total 82 100

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang tidak mempunyai golongan jabatan sebanyak 7 guru atau 8,5%, golongan jabatan III c sebanyak 8 guru atau 9,8%, golongan jabatan III d sebanyak 5 guru


(69)

atau 6,1%, golongan jabatan IV a sebanyak 61 guru atau 74,4%, golongan jabatan IV b sebanyak 1 guru atau 1,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai golongan jabatan IV a. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah memiliki masa keerja lama dan sudah diangkat menjadi PNS sehingga mereka memiliki golongan jabatan.

7. Status Kepegawaian

Tabel 4.7 Status Kepegawaian

 

Jenis Kelamin Status

L % P % Jumlah %

PNS 30 36,6 31 37,8 61 74,39

Pegawai Tetap Yayasan 17 20,7 4 4,9 21 25,61

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 61 guru atau 74,39% yang terdiri dari 30 guru laki-laki atau 36,6% dan 31 guru perempuan atau 37,8%, berstatus Pegawai Tetap Yayasan sebanyak 21 guru atau 25,61% yang terdiri dari 17 guru laki-laki atau 20,7% dan 4 guru perempuan atau 4,9%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru diangkat dan bekerja dalam instansi milik pemerintah yang digaji oleh negara. Status guru menggambarkan prestasinya. Guru yang berstatus non PNS dipandang akan menjalankan tugas lebih berat untuk bisa menaikkan statusnya dibanding guru yang berstatus PNS. Hal ini dikarenakan,


(70)

meskipun jam mengajar guru PNS lebih sedikit dan kurang berprestasi tidak akan mengubah statusnya dan akan tetap memperoleh kenaikan pangkat berkala. Berbeda dengan guru yang berstatus non PNS, mereka perlu kerja keras menunjukkan keprofesionalannya untuk mendapatkan kenaikan pangkat.

8. Jalur Lulus Sertifikasi

Tabel 4.8

Jalur Lulus Sertifikasi

 

Jenis Kelamin Jalur Lulus Sertifikasi

L % P % Jumlah %

Portofolio 27 32,9 20 23,2 46 56,1

PLPG 20 24,4 16 19,5 36 43,9

Jumlah 47 42,7 36 42,7 82 100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang lulus sertifikasi jalur portofolio sebanyak 46 guru atau 56,1% yang terdiri dari 27 guru laki-laki atau 32,9% dan 20 guru perempuan atau 23,2%, jalur Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) sebanyak 36 guru atau 43,3% yang terdiri dari 20 guru laki-laki atau 24,4% dan 16 guru perempuan atau 19,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini lulus sertifikasi melalui jalur portofolio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru telah mencapai skor penilaian portofolio minimal 850. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian dari guru telah melakukan kegiatan-kegiatan dalam portofolio untuk meningkatkan profesionalismenya.


(71)

B. Analisis Data dan Pembahasan

Profesionalisme guru pasca sertifikasi diperoleh dari frequency table, dengan program olah data statistik SPSS versi 13.00 for Windows terhadap masing-masing kegiatan yang menunjang profesionalisme guru. Kuesioner dalam penelitian yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan yang menunjang profesionalisme guru dalam portofolio adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan dan Pelatihan

a. Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang relevan

Tabel 4.9

Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Relevan

 

Jenis Kelamin Frekuensi

kegiatan L % P % Jumlah %

0 6 7,3 8 9,8 14 17,1

1 13 15,9 6 7,3 19 23,2

2 8 9,8 11 13,4 19 23,2

3 7 8,5 2 2,4 9 11

4 3 3,7 7 8,5 10 12,2

5 5 6,1 0 0 5 6,1

>5 5 6,1 1 1,2 6 7,3

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebanyak 68 guru atau 82,9% telah mengikuti diklat yang relevan, berarti ada kemauan guru untuk menambah wawasan pengetahuan walaupun hanya satu kali. Sebanyak 14 guru atau 17,1% belum pernah mengikuti diklat yang relevan yang terdiri dari 6 guru laki-laki atau 7,3% dan 8 guru perempuan atau 9,8%. Relevan apabila materi diklat secara langsung meningkatkan kompetensi pendagogik dan kompetensi professional.


(72)

Hal ini menunjukkan bahwa guru yang belum pernah mengikuti diklat kemungkinan disebabkan oleh belum adanya kesempatan dan adanya kesibukan tugas mengajar. Bagi guru yang belum pernah mengikuti diklat yang relevan, diharapkan pada periode mendatang mengikuti program diklat yang relevan guna meningkatkan kompetensi pendagogik dan kompetensi profesional.

b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan

Tabel 4.10

Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Tidak Relevan

Jenis Kelamin Frekuensi

kegiatan L % P % Jumlah %

0 15 18,3 21 25,6 36 43,9

1 10 12,2 3 3,7 13 15,9

2 8 9,8 4 4,9 12 14,6

3 2 2,4 4 4,9 6 7,3

4 3 3,7 1 1,2 4 4,9

5 6 7,3 2 2,4 8 9,8

>5 3 3,7 0 0 3 3,7

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 46 guru atau 56,1% yang terdiri dari 32 guru laki-laki atau 39% dan 14 guru perempuan atau 17,1% pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan dengan bidang yang digeluti. Sebanyak 36 guru atau 43,9% belum pernah mengikuti diklat yang tidak relevan yang terdiri dari 15 guru laki-laki atau 18,3% dan 21 guru perempuan atau 25,6%. Tidak relevan apabila materi diklat tidak mendukung kinerja profesi guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang belum pernah mengikuti diklat kemungkinan disebabkan oleh belum adanya kesempatan, kesibukan


(73)

tugas mengajar dan guru lebih tertarik untuk mengikuti diklat yang relevan.. Bagi guru yang belum pernah mengikuti diklat yang tidak relevan, diharapkan pada periode mendatang mengikuti program diklat yang tidak relevan walaupun tidak menunjang kompetensi dalam bidang keguruan tetapi dapat menambah pengalaman.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 4.11

Pendidikan dan Pelatihan

No Keterangan Belum Pernah

a. Keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang relevan

17,1% 82,9% b. Keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan

yang tidak relevan

43,9% 56,1%

Jumlah 61% 139%

Rata-rata 30,5% 69,5%

2. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran a. Membuat RPP

Tabel 4.12 Pembuatan RPP

 

Jenis Kelamin Frekuensi

kegiatan L % P % Jumlah %

0 0 0 0 0 0 0

1 3 3,7 0 0 3 3,7

2 6 7,3 2 2,4 8 9,8

3 9 11 7 8,5 16 19,5

4 12 14,6 10 12,2 22 26,8

5 10 12,2 5 6,1 15 18,3

>5 7 8,5 11 13,4 18 22

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua guru telah membuat RPP. Namun dapat ditafsirkan bahwa banyak guru yang belum membuat RPP sesuai dengan ketentuan. Sebanyak 27 guru atau 33% hanya 1-3


(74)

kali membuat RPP dalam jangka waktu 2 tahun yang terdiri dari 3 guru atau 3,7% satu kali membuat RPP, 8 guru atau 9,8% dua kali membuat RPP, 16 guru atau 19,5% tiga kali membuat RPP. Proporsionalnya RPP dibuat setiap kali tatap muka atau untuk satu kali topik pembelajaran. Dalam jangka waktu 2 tahun guru dapat membuat berkali-kali RPP apabila guru membuat RPP sesuai dengan ketentuan. Hal ini menunjukkan kemungkinan sebagian guru menggunakan RPP yang lama, karena RPP yang lama terkadang masih relevan untuk digunakan.

b. Membuat silabus

Tabel 4.13 Pembuatan Silabus

 

Jenis Kelamin Frekuensi

kegiatan L % P % Jumlah %

0 0 0 0 0 0 0

1 3 3,7 4 4,9 7 8,5

2 10 12,2 8 9,8 18 22

3 11 13,4 5 6,1 16 19,5

4 13 15,9 9 11 22 26,8

5 6 7,3 4 4,9 10 12,2

>5 4 4,9 5 6,1 9 11

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua guru telah membuat silabus walaupun frekuensi setiap orang tidak sama. Sebagian besar guru membuat empat kali silabus yaitu sebanyak 22 guru atau 26,8% yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,9% dan 9 guru perempuan atau 11%. Sebagian besar guru membuat silabus sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 2 tahun. Hal ini mengasumsikan bahwa setiap satu


(75)

semester guru membuat satu kali silabus. Hal ini dimungkinkan karena silabus yang lama masih relevan untuk digunakan.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi

Tabel 4.14

Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi 

 

Jenis Kelamin Frekuensi

kegiatan L % P % Jumlah %

0 8 9,8 4 4,9 12 14,6

1 6 7,3 8 9,8 14 17,1

2 10 12,2 7 8,5 17 20,7

3 4 4,9 5 6,1 9 11

4 7 8,5 1 1,2 8 9,8

5 5 6,1 4 4,9 9 11

>5 7 8,5 6 7,3 13 15,9

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebanyak 13 guru atau 15,9% yang terdiri dari 7 guru laki-laki atau 8,5% dan 6 guru perempuan atau 7,3% telah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi lebih dari 5 kali. Sebagian besar guru melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi sebanyak 2 kali yaitu 17 guru atau 20,7% yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 12,2% dan 7 guru perempuan atau 8,5%. Sebanyak 12 guru atau 14,6% yang terdiri dari 8 guru laki-laki atau 9,8% dan 4 guru perempuan atau 4,9% belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar guru yang telah lulus sertifikasi belum dapat menggunakan teknologi informasi guna menunjang pelaksanaan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)