Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Kejang Demam pada Tahun 2014

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS AMPLAS MENGENAI KEJANG DEMAM PADA

TAHUN 2014 Oleh:

MUHAMMAD RAJA AGUNG 110100046

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS AMPLAS MENGENAI KEJANG DEMAM PADA

TAHUN 2014

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

MUHAMMAD RAJA AGUNG 110100046

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Kejang Demam pada Tahun 2014.

Nama : Muhammad Raja Agung NIM : 110100046

Pembimbing Penguji I

(dr. Feraluna Nasution, SpA) (dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP : 19580306 198311 2 001 NIP: 19731015 200112 2 002

Penguji II

(dr. Kristina Nadeak, Sp.KK (K)) NIP: 19631228 198903 2 003 Medan, 12 Januari 2015

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk ilmu yang dikaruniakan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Kejang Demam Tahun 2014

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

”. Besar harapan penulis, penelitian ini dapat bermanfaat. Penelitian ini bisa diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya:

2. dr. Feraluna Nasution, Sp.A, selaku dosen pembimbing.

3. dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes, dr. Kristina Nadeak, Sp.KK (K), dr. Amira Permatasari Tarigan, Sp.P selaku dosen penguji

4. Pimpinan dan staf Puskesmas Amplas tempat penelitian ini berlangsung.

5. Ir. H. Hamlet Harahap dan Hj.dr. Syamsidar Tanjung selaku kedua orang tua saya.

6. Dosen-dosen serta staff Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, terutama dosen dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. 7. Keluarga besar TBM FK USU yang selalu mengisi hari-hari serta

menyemangati.

8. Teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu namun memberikan dukungan dalam penyusunan proposal maupun penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Meskipun berbagai upaya dan kerja keras telah dilakukan dalam penelitian ini, penulis yakin bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna proses penyempurnaannya. Semoga penelitian ini pada akhirnya dapat memberi manfaat.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viiii

1.1. Latar Belakang ... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan umum ... 2

1.3.2. Tujuan khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1.Bagi peneleti ... 3

1.4.2.Bagi subyek peneliti ... 3

1.4.3.Bagi lembaga pemerintahan setempat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kejang Demam ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Faktor resiko ... 4

2.1.3. Epidemiologi ... 4

2.1.4. Etiologi ... 5

2.1.5. Klasifikasi ... 5

2.1.6. Patofisiologi ... 6

2.1.7. Manefestasi Klinis ... 7

2.1.8. Diagnosa ... 7

2.1.9. Diagnosa Banding ... 9


(6)

2.2. Pengetahuan ... 11

2.2.1. Definisi ... 12

2.2.2. Tingkat Pengetahuan ... 12

2.2.3. Pengukuran Pengetahuan ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.2.1. Waktu penelitian ... 18

4.2.2. Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi Penelitian ... 18

4.3.2. Sampel Penelitian ... 19

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4.4.1. Data primer dan data sekunder ... 20

4.4.2. Instrumen penelitian ... 20

4.4.3. Uji Validasi dan Realiable ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN HASIL ... 22

5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3. Gambaran Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 25

5.1.4. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pengetahuan mengenai Kejang Demam ... 25

5.1.5. Gambaran Usia Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 26 5.1.6. Gambaran Pekerjaan Ibu Terhadap Pengetahuan


(7)

Mengenai Kejang Demam ... 27

5.1.7. Gambaran Tingkat Ekonomi Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 27

5.1.8. Gambaran Jumlah Anak Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 28

5.2. Pembahasan ... 29

5.2.1. Analsa Karakteristik Responden ... 29

5.2.2. Tingkat Pengetahuan Ibu ... 29

5.2.3. Gambaran Kelompok Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 30

5.2.4. Gambaran Kelompok Usia Ibu dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 30

5.2.5. Gambaran Kelompok Pekerjaan Ibu dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 31

5.2.6. Gambaran Kelompok Tingkat Ekonomi Ibu dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 31

5.2.7. Gambaran Kelompok Jumlah anak Ibu dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Tabel Variabel, definisi, alat ukur, kategori, 16

dan skala pengukuran

4.2 Descriptive Statistics 21

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di

Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014 22 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Puskesmas Medan Amplas

Tahun 2014 23

5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014 23 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Ekonomi di Puskesmas Medan Amplas

Tahun 2014 24

5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah

Anak di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014 24 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan di Puskesmas Medan Amplas

Tahun 2014 25

5.7 Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap

Pengetahuan Mengenai Kejang Demam 25 5.8 Gambaran Usia Ibu Terhadap

Pengetahuan Mengenai Kejang Demam 26 5.9 Gambaran Pekerjaan Ibu Terhadap

Pengetahuan Mengenai Kejang Demam 27 5.10 Gambaran Tingkat Ekonomi Ibu Terhadap

Pengetahuan Mengenai Kejang Demam 27 5.11 Gambaran Jumlah Anak Ibu Terhadap


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 3 Lembar Persetujuan

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 5 Inform Consent

Lampiran 6 Kuisioner

Lampiran 7 Data Induk Responden Lampiran 8 Output SPSS

Lampiran 9 Etichal Clearence Lampiran 10 Surat Izin Penelitian


(11)

Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan

tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di

Asia sekitar 70%-90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan kejang demam kompleks. (Karemzadeh, 2008)

Terjadinya kejang merupakan peristiwa yang selalu menakutkan bagi orang tua atau orang yang melihatnya, Pengetahuan tentang kejang demam di masyarakat masih rendah. sehingga dokter dituntut untuk dapat mengatasi kejang dengan cepat dan tepat. Namun setelah kejang dapat diatasi, sering timbul pertanyaan selanjutnya apakah kejang tersebut dapat menyebabkan kerusakan saraf pusat, apakah anak akan mengalami kejang kembali, dan apakah memerlukan pengobatan lanjutan. (Widodo DP, 2005)


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4o

Terjadinya kejang merupakan peristiwa yang selalu menakutkan bagi orang tua atau orang yang melihatnya, Pengetahuan tentang kejang demam di masyarakat masih rendah. sehingga dokter dituntut untuk dapat mengatasi kejang dengan cepat dan tepat. Namun setelah kejang dapat diatasi, sering timbul pertanyaan selanjutnya apakah kejang tersebut dapat menyebabkan kerusakan saraf pusat, apakah anak akan mengalami kejang kembali, dan apakah memerlukan pengobatan lanjutan. (Widodo DP, 2005)

C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di Asia sekitar 70%-90% dari seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan kejang demam kompleks. (Karemzadeh, 2008)

Namun pada umumnya kasus kejang demam dapat sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi (2%-7%), dengan angka kematian 0,64%-0,75%. Maka dari itu prognosis kejang demam biasanya baik, namun bangkitan kejang demam cukup mengkhawatirkan bagi orang tuanya. Hasil penelitian di Kanada dan Belanda menunjukan bahwa 17% di antara orang tua anak dengan kejang demam tidak mempunyai pengetahuan tentang kejang, dan 47%-77% menganggap anaknya sakit berat dan akan berakhir dengan kematian (Van Stuijvenberg, 1999). Sedangkan hasil penelitian di India mendapatkan bahwa 77,9% para orang tua pasien kejang demam tidak mempunyai pengetahuan mengenai kejang demam dan 90% menganggap anaknya akan meninggal (Parmar RC, 2001).


(13)

Dan pada dasarnya kejang demam merupakan kasus yang menimbulkan masalah baru apabila tidak ditangani dengan cepat dan penatalaksanaan yang tepat (Purwanti OS, 2008). Sebagai orang terdekat dan paling mengerti akan perubahan dari anak maka peranan keluarga atau khususnya ibu dalam melakukan preventif dan penatalaksanaan atau merujuk anak ke rumah sakit merupakan komponen terpenting untuk melindungi anak dari dampak buruk dari suatu penyakit.

Puskesmas Amplas merupakan tempat pelayanan kesehatan untuk masyarakat di wilayah Kecamatan Amplas termasuk wilayah tempat tinggal penulis. Menurut hasil informasi dari bagian administrasi Puskesmas Amplas bahwa ibu yang berkunjung ke Puskesmas Amplas pada bulan April dan Mei 2014 sebanyak 212 orang dengan kasus kejang demam sebanyak 10 orang.

Atas dasar pertimbangan dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu menjadi hal yang harus dalam penatalaksanaan kejang demam pada anak. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang berobat jalan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam pada tahun 2014.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan ibu yang berobat jalan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam pada tahun 2014?”

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang berobat jalan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam pada tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam pada anak di Puskesmas Amplas Medan tahun 2014.


(14)

b. Untuk mengetahui tindakan ibu mengenai kejang demam pada anak yang berkunjung ke Puskesmas Amplas Medan tahun 2014.

c. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu yang berkunjung ke Puskesmas Amplas Medan tahun 2014.

d. Untuk mengetahui gambaran usia ibu yang berkunjung ke Puskesmas Amplas Medan tahun 2014.

e. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu yang berkunjung ke Puskesmas Amplas Medan tahun 2014.

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Bagi Peneliti

1. Menjadi kesempatan bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dari materi kuliah dalam bentuk melakukan penelitian ilmiah secara mandiri.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kejang demam dan penatalaksanaanya.

3. Sebagai prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran.

1.4.2. Bagi subyek penelitian

Sebagai informasi atau pengetahuan dalam tindakan penatalaksanaan kejang demam pada anak.

1.4.3. Bagi lembaga pemerintahan setempat

Sebagai bahan evaluasi mengenai program kesehatan terkait tentang promosi kejang demam kepada ibu-ibu di Puskesmas Amplas Medan.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kejang Demam

2.1.1. Definisi

Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009).

2.1.2. Faktor Risiko

Beberapa faktor yang berperan menyebabkan kejang demam antara lain adalah demam, demam setelah imunisasi DPT dan morbili, efek toksin dari mikroorganisme, respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit (Dewanto et al, 2009) .

Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (IDAI, 2009) - Riwayat kejang demam dalam keluarga

- Usia kurang dari 18 bulan

- Temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang

- Lamanya demam.

Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah (IDAI, 2009) - Adanya gangguan perkembangan neurologis

- kejang demam kompleks - riwayat epilepsi dalam keluarga - lamanya demam

2.1.3. Epidemiologi

Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan hingga 5 tahun. Di Amerika insidensinya 2%-5% anak dengan usia dibawah 5 tahun.


(16)

Sedangkan di Asia insidensinya meningkat dua kali lipat, seperti di jepang berkisar 8,3% - 9,9% bahkan di kepulauan Guam sudah mencapai 14%. (Sapiman, 2005)

Pada umumnya kasus kejang demam sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi (2%-7%), dengan angka kematian 0,64%-0,75%. Maka dari itu prognosis kejang demam biasanya baik .(Knudzen, 2010)

2.1.4. Etiologi

Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8o

Jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam yang dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronchitis, dan infeksi saluran kemih ( Soetomenggolo,2000).

C dan terjadi disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh (Dona Wong L, 2008).

2.1.5. Klasifikasi

Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Terdapat perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekaman otak, dan lainnya (Lumbantobing, 2004).

Studi epidemiologi membagi kejang demam menjadi 3 bagian yaitu: kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang demam berulang (Baumann, 2001).

Berikut penjelasannya menurut Soetomenggolo (2010) mengenai klasifikasi kejang demam :

- kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih dari 1 kali kejang per episode demam). - Kejang demam sederhana ialah kejang demam yang bukan kompleks.


(17)

- Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari satu episode demam. Epilepsi ialah kejang tanpa demam yang terjadi lebih dari satu kali

2.1.6. Patofisiologi

Terjadinya infeksi di ekstrakranial seperti otitis media akut, tonsillitis dan bronchitis dapat menyebabkan bakteri yang bersifat toksik tumbuh dengan cepat, toksik yang dihasilkan dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen dan limfogen. Pada keadaan ini tubuh mengalami inflamasi sistemik. Dan hipotalamus akan merespon dengan menaikkan pengaturan suhu tubuh sebagai tanda tubuh dalam bahaya secara sistemik. Disaat tubuh mengalami peningkatan suhu 1°C secara fisiologi tubuh akan menaikkan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen sebesar 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.

Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seeorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Dari kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus


(18)

temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2002).

2.1.7. Manifestasi Klinis

kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam diikuti hemiparesis sementara (Hemeparesis Tood) yang berlangsung beberapa jam sampai hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. Kejang berulang dalam 24 jam ditemukan pada 16% paisen (Soetomenggolo, 2000).

Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 39°C atau lebih. Kejang khas yang menyeluruh, tonik-klonik beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat pasca-kejang. Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik yang memerlukan pengamatan menyeluruh (Nelson, 2000).

2.1.8. Diagnosa

Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan diagnosis kejang demam antara lain:

1. Anamnesis, dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukung diagnosis ke arah kejang demam, seperti: (Dewanto et al, 2009, dalam Pohan, 2010)

- Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum dan saat kejang, frekuensi, interval pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat.


(19)

- Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam, seperti genetik, menderita penyakit tertentu yang disertai demam tinggi, serangan kejang pertama disertai suhu dibawah 39° C.

- Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kejang demam berulang adalah usia< 15 bulan saat kejang demam pertama, riwayat kejang demam dalam keluarga, kejang segera setelah demam atau saat suhu sudah relatif normal, riwayat demam yang sering, kejang demam pertama berupa kejang demam akomlpeks.

2. Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah: (Dewanto et al, 2009, dalam Pohan, 2010)

- Suhu tubuh mencapai 39°C.

- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang

- Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang tergantung pada jenis kejang.

- Kulit pucat dan mungkin menjadi biru.

- Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar.

3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium

Kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan fisik neurologi maupun laboratorium. Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan fisik neurologi berupa hemiplegi. Pada pemeriksaan EEG didapatkan gelombang abnormal berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam. Perlambatan aktivitas EEG kurang mempunyai nilai prognostik, walaupun penderita kejang demam kompleks lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. EEG juga tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari (Soetomenggolo, 2000).


(20)

2.1.9. Diagnosa Banding

Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang diikuti hemiperesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan dengan kejang demam. Anak dengan kejang demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat, dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam (Soetomenggolo, 2000).

2.1.10. Penatalaksanaan

Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu: 1. Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu pasien sedang kejang semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan kepalanya apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Pengisapan lendir dilakukan secra teratur, diberikan oksiegen, kalau perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital sperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adalah pilihan utama dengan pemberian secara intravena atau intrarektal (Soetomenggolo, 2000).

2. Mencari dan Mengobati Penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai meningitis atau apabila kejang demam berlangsung lama. Pada bayi kecil sering mengalami meningitis tidak jelas, sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan laboratorium lain perlu dilakukan utuk mencari penyebab (Soetomenggolo, 2000).


(21)

3. Pengobatan Profilaksis

Kambuhnya kejang demam perlu dicegah, kerena serangan kejang merupakan pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan bagi keluarga. Bila kejang demam berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan otak yang menetap (cacat).

Adapun 3 upaya yang dapat dilakukan: - Profilaksis intermitten, pada waktu demam.

- Profilaksis terus-menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari - Mengatasi segera bila terjadi kejang.

Profilaksis intermitten

Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak. Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik kerena penyerapannya lebih cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,5°C atau lebih. Diazepam dapat pula diberikan sacara oral dengan dosis 0,5 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan hipotonia (Soetomenggolo, 2000).

Profilaksis terus- menerus dengan antikonvulasan tiap hari

Pemberian fenobarbital 4-5 mg/kg BB/hari dengan kadar darah sebesar 16 mgug/ml dalam darh menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulanggnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam adalah asam valproat yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan efek fenobarbital tetapi kadang-kadang menunjukkan efek samping hepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg BB/hari. Profilaksis terus


(22)

menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjandinya epilepsi di kemudian hari (Soetomenggolo, 2000).

Consensus Statement di Amerika Serikat mengemukakan kriteria yang dapat dipakai untuk pemberian terapi rumat. Profilaksis tiap hari dapat diberi pada keadaan berikut:

1. Bila terdapat kelainan perkembangan neurologi (misalnya cerebral palsy, retardasi mental, mikrosefali).

2. Bila kejang demam berlangsung lama dari 15 menit, bersifat fokal, atau diikuti kelainan neurologis sepintas atau menetap.

3. Terdapat riwayat kejang-tanpa-demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara kandung.

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang , hindarilah rasa panik dan lakukanlah langkah-langkah pertolongan sebagai berikut :

1. Telungkupkan dan palingkan wajah ke samping 2. Ganjal perut dengan bantal agar tidak tersedak

3. Lepaskan seluruh pakaian dan basahi tubuhnya dengan air dingin. Langkah ini diperlukan untuk membantu menurunkan suhu badanya.

4. Bila anak balita muntah, bersihkan mulutnya dengan jari.

5. Walupun anak telah pulih kondisinya, sebaiknya tetap dibawa ke dokter agar dapat ditangani lebih lanjut (Widjaja, 2001).


(23)

2.2. PENGETAHUAN 2.2.1. Defenisi

Pengetahuan adalah proses belajar dan mengetahui apa yang terjadi dalam cara yang dapat diramalkan (Kaplan, 1998). Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Sudigdo, 2006).

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Sudigdo, (2006) pegetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajarinya, antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi


(24)

ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merecanakan, meringkaskan, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat


(25)

disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2003) Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam Notoatmodjo, 2003). Mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu :

a) Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai–nilai.

b) Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c) Faktor–faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tingkat Pengetahuan ibu terhadap : - Tingkat Pendidikan ibu - Umur ibu

- Tingkat Ekonomi ibu - Pekerjaan ibu


(27)

Tabel 3.1. Variabel, definisi, alat ukur, cara ukur, kategori, dan skala pengukuran

No Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur

Cara

Ukur Kategori Skala

1 Pengetahuan ibu tentang kejang demam pada anak Segala sesuatu yang ibu ketahui mengenai kejang demam pada anak meliputi : pengertian, Penyebab, factor resiko, pengobatan, komplikasi dan pencegahan

Kuisioner Angket 1. Tinggi : apabila jawaban responden memiliki nilai >75 % dari jumlah nilai keseluruhan pertanyaan yang diberikan 2. Sedang : apabila jawaban

responden memiliki nilai 40-75% dari jumlah nilai keseluruhan pertanyaan yang diberikan

3. Rendah : apabila jawaban responden memiliki nilai <40% dari jumlah nilai keseluruhan pertanyaan yang diberikan

Ordinal

2 Tingkat Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang diperoleh baik tamat maupun tidak tamat saat dilakukan wawancara

Kuisioner Angket 1. Tinggi : Perguruan Tinggi 2. Sedang : SMA

3. Rendah : SMP, SD-Tidak bersekolah

Ratio

3 Usia Lamanya

hidup yang dihitung sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir sebelum wawancara. Apabila saat wawancara usia responden

Kuisioner Angket 1. ≤20 tahun 2. 21-40 tahun

3. ≥41 tahun


(28)

bulan maka dihitung menjadi usia terakhir ulang tahun. Dan apabila usia responden lebih dari 7-11 bulan maka dihitung menjadi usia selanjutnya 4 Tingkat

Ekonomi Jumlah rata-rata penghasilan pekerjaan per bulan

Kuisioner Angket 1. Tinggi : >2xUMR= > Rp 3.011.700,00

2. Sedang : UMR-2xUMR= > Rp 1.505.850,00-3.011.700,00 3. Rendah : <UMR= Rp

1.505.850,00

Ordinal

5 Pekerjaan Aktivitas yang

ditekuni dan dilakukan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri ataupun keluarga.

Kuisioner Angket 1. Ibu rumah tangga 2. Wirausaha 3. Wiraswasta 4. Pegawai negeri 5. Pegawai Swasta

Nominal

6 Multiparitas Jumlah

kelahiran anak yang hidup dan mengalami atau pernah mengalami proses tumbuh kembang.

Kuieioner Angket 1. Sedikit : memiliki <2 anak 2. Sedang : memiliki 2 anak 3. Banyak : memiliki >2 anak


(29)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian adalah metode cross sectional, yaitu melakukan pengukuran hanya dilakukan pada satu waktu yang bersamaaan. Dan penelitian ini bersifat survei deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai suatu obyek atau kasus yang ditemukan yang menggambarkan tentang faktor risiko, efek ataupun hasil.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan November 2014.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian diadakan di Puskesmas Amplas, Kecamatan Medan Amplas, Medan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang berobat jalan ke Puskesmas Amplas Medan pada saat pengumpulan data penelitian pada bulan Juli dan Agustus 2014.


(30)

4.3.2 Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 80 orang karena jumlah sampel minimum sebanyak 72 orang. Penghitungan besar sampel menggunakan data proporsi untuk populasi tidak terbatas (infinit).

n = Z21-α/2 p (1-p) / d2 keterangan :

n = jumlah sampel minimum Z21-α/2

p = harga proporsi di poplulasi

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (95%) d = kesalahan absolute yang dapat ditolerir

Harga proporsi didapat berdasarkan informasi dari bagian administrasi Puskesmas tersebut pada saat survey awal penelitian. Berdasarkan data pada bulan Mei 2014, jumlah kunjungan ke poli ibu dan anak sebanyak 212 orang. Sedangkan jumlah kasus kejang demam pada anak yang didapati sebanyak 10 orang. Sehingga harga proporsi didapat sebesar 0, 05.

Maka didapat jumlah sampel, n = 1,962 x 0,05 x 0,95 / 0,052 n = 79 orang

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menngunakan teknik consecutive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kepada sampel yang berkunjung ke tempat penilitian. Dan memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk ke kriteria eksklusi.


(31)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer dan Data Sekunder 1. Data primer

Data dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung pada responden dengan instrumen penelitian berupa kuesioner, agar didapat respon rate yang tinggi.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan setelah ujian seminar proposal dan dilakukan pada ibu -ibu sebanyak 20 orang yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel, namun diambil diluar daerah populasi. Jumlah pertanyaan yang akan di uji validitas dan reliabilitasnya sebanyak 16 pertanyaan yang sesuai dengan variabel - variabel yang diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai demam terhadap kejang demam pada anak. Pertanyaan dapat dikatakan valid apabila pada saat uji validitas dilakukan mempunyai nilai r >0,5 dan nilai s <0,05. Pertanyaan - pertanyaan yang valid tersebut dilanjutkan uji realibilitasnya. dengan metode cronbach’s alpha. Dikatakan reliabel jika nilai r >0,60. Informed consent diberi bersamaan dengan kuesioner tersebut yang menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh ibu sambil diamati oleh peneliti untuk memastikan tidak ada terjadi kecurangan dalam pengisian kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, setelah kuesioner dikembalikan kepada peneliti.


(32)

4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Table 4.2 Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Total Status Alpha Status

P1 1.65 .745 20 Valid 2,206 Reliable

P2 1.80 .410 20 Valid Reliable

P3 1.50 .513 20 Valid Reliable

P4 1.60 .598 20 Valid Reliable

P5 1.75 .444 20 Valid Reliable

P6 1.50 .513 20 Valid Reliable

P7 1.50 .513 20 Valid Reliable

P8 1.45 .510 20 Valid Reliable

P9 1.50 .607 20 Valid Reliable

P10 1.55 .686 20 Valid Reliable

P11 1.30 .470 20 Valid Reliable

P12 1.80 .410 20 Valid Reliable

P13 1.25 .444 20 Valid Reliable

P14 1.80 .410 20 Valid Reliable

P15 2.30 .571 20 Valid Reliable

P16 2.75 .550 20 Valid Reliable

Untuk mengetahui keterandalan instrumen kuesioner yang digunakan maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil yang terlihat dalam tabel 4.2

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan terlebih dahulu dicek kelengkapannya dengan memeriksa instrumen pengumpulan data, kemudian data ditabulasi. Analisa data dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product Service Solution). Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai kejang demam pada anak berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Amplas. Hasil


(33)

dari analisa data tersebut disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi atau proporsi.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Puskesmas Amplas. Puskesmas Amplas merupakan salah satu dari Puskesmas induk yang terdapat di Kecamatan Medan Amplas. Berdasarkan fungsi dan luas geografisnya, Puskesmas Amplas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer di kecamatan Medan Amplas.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 80 orang responden yang merupakan ibu-ibu yang berobat jalan di Puskesmas Amplas. Karakteristik yang diamati terhadap responden adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan status sosial ekonomi.

a. Umur Responden

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014

No Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase(%)

1 <=20 Tahun 12 15

2 30-40 Tahun 46 57,5 3 >=41 22 27,5 Total 80 100,0

Distribusi responden berdasarkan umur (Tabel 5.1). dan diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok umur 21-40 tahun yaitu sebanyak 46 orang (57,5%).


(35)

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase(%)

1 Tinggi 13 16,3

2 Sedang 52 65,0

3 Rendah 15 18,8

Total 80 100,0

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan (Tabel 5.2), diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan sedang yaitu sebanyak 52 orang (65%) dan yang paling sedikit berpendidikan Tinggi yaitu sebanyak 13 orang (16,3%).

c. Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014

No Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase(%) 1 Ibu Rumah Tangga 53 66,3 2 Pegawai Negeri Sipil 5 6,3

3 Pegawai Swasta 6 7,5

4 Wiraswasta 9 11,3

5 Buruh 7 8,8

Total 80 100,0

Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan (Tabel 5.3), diketahui bahwa sebagian besar dari responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 53 orang (66,3%), dan sebagian kecil pegawai negeri sebanyak 5 orang (6,3%).


(36)

d. Status Sosial Ekonomi

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014

No Tingkat Ekonomi Frekuensi (n) Persentase(%)

1 Tinggi 19 23,8

2 Sedang 17 21,3

3 Rendah 44 55,0

Total 80 100,0

Distribusi responden dapat dilihat di Tabel 5.4, frekuensi kelompok yang berpenghasilan di bawah Rp 1.505.850 sebanyak 44 orang (55%) dan kelompok yang berpenghasilan diantara Rp 1.505.850,00-3.011.700,00 didapati menjadi frekuensi kelompok tersedikit sebanyak 17 orang (21,3%).

e. Jumlah Anak

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Puskesmas Medan Amplas Tahun 2014

No Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase(%)

1 Sedikit 13 16,3

2 Sedang 39 48,8 3 Banyak 28 35,0 Total 80 100,0

Distribusi responden berdasarkan jumlah anak (Tabel 5.5). dan diketahui bahwa responden terbanyak terdapat pada kelompok yang memiliki jumlah anak yang sedang yaitu sebanyak 39 orang (48,8%).


(37)

5.1.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Kejang Demam

Tabel 5.6 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejang Demam No Gambaran Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 21 26,3

2 Cukup 31 38,8

3 Buruk 28 35,30

Total 80 100,0

Berdasarkan hasil uji pengetahuan diatas, gambaran pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan buruk. Dari hasil penelitian diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 31 orang (38,8%) dan kelompok responden dengan kategori pengetahuan buruk sebanyak 28 orang (35,0%) sebanyak dan dengan kategori yang baik sebanyak 21 orang (26,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.8.

5.1.4 Gambaran Tingkat Pendidikan ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Tabel 5.7 Gambaran Tingkat Pendidikan ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Kelompok Pengetahuan TINGKAT

PENDIDIKAN

Pengetahuan buruk

Pengetahuan cukup

Pengetahuan baik Tinggi

Persentase

0 0 13

.0% .0% 100.0%

Sedang Persentase

13 31 8

25.0% 59.6% 15.4%

Rendah Persentase

15 0 0


(38)

Karakteristik tingkat pendidikan dalam penanganan kejang demam diperoleh bahwa Ibu yang tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 13 orang dari 13 orang (100%) dalam melakukan penatalaksanaan. Dapat dilihat pada table 5.8

5.1.5 Gambaran Usia Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam Tabel 5.8 Gambaran Usia ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai

Kejang Demam

Kelompok Pengetahuan

Usia Pengetahuan

buruk

Pengetahuan cukup

Pengetahuan baik <= 20 Tahun (ibu usia muda)

Persentase

0 5 7

.0% 41.7% 58.3% 21-40 Tahun (ibu usia menengah)

Persentase

12 21 13

26.1% 45.7% 28.3% >= 41 Tahun (ibu usia tua)

Persentase

16 5 1

72.7% 22.7% 4.5%

Dari Karekteristik usia ibu dalam penanganan kejang demam diperoleh bahwa Ibu yang umur diantara 21-40 atau ibu usia menengah tahun memiliki pengetahuan yang baik (13 orang) paling banyak diantara ibu dengan usia yang lain. Sedangkan pengetahuan yang buruk lebih banyak pada ibu yang usia tua.


(39)

5.1.6 Gambaran Pekerjaan Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Tabel 5.9 Gambaran Pekerjaan Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Kelompok Pengetahuan

PEKERJAAN Pengetahua

n buruk

Pengetahua n cukup

Pengetahua n baik Ibu Tumah Tangga (tidak

bekerja) Pesrsentase

27 25 0

51.9% 48.1% .0%

Bekerja Persentase

1 6 21

3.6% 21.4% 75.0%

Dilihat dari table 5.10 ibu yang bekerja 75% tingkat pengetahuan baik sebanyak. Sedangkan ibu yang tidak bekerja 51,9% tingkat pengetahuannya buruk.

5.1.7 Gambaran Tingkat Ekonomi Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Tabel 5.10 Gambaran Tingkat Ekonomi Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Kelompok Pengetahuan TINGKAT EKONOMI Pengetahuan

buruk

Pengetahua n cukup

Pengetahua n baik > Rp 3.011.700,00

Persentase

0 2 17

.0% .11,2% 80.8% Rp

1.505.850,00-3.011.700,00 Persentase

0 15 2

.0% 88.2% 11.8%

Rp 1.505.850,00 Persentase

28 16 0


(40)

Dilihat dari table 5.11 ibu yang Tingkat ekonomi tinggi tingkat pengetahuan baik sebanyak 100%. Sedangkan ibu yang tingkat ekonomi buruk sebanyak 63,6% tingkat pengetahuannya buruk.

5.1.8 Gambaran Jumlah anak Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Tabel 5.11 Gambaran Jumlah Anak Ibu Terhadap Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Kelompok Pengetahuan JUMLAH ANAK

Pengetahuan buruk

Pengetahuan cukup

Pengetahuan baik Sedikit (dibawah 2 anak)

Persentase

1 5 7

7.7% 38.5% 53.8%

Sedang (2 anak) Persentase

8 18 13

20.0% 46.0% 33.0%

Banyak (diatas 2 anak) Persentase

19 8 1

67.9% 28.6% 3.6%

Dilihat dari table 5.12 ibu yang memiliki anak yang sedikit tingkat pengetahuannya baik sebanyak 53,8%. Sedangkan ibu yang memiliki banyak anak sebanyak 67,9% tingkat pengetahuannya buruk.


(41)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jumlah penghasilan. Karakteristik seseorang seperti umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan lainnya termasuk dalam faktor predisposisi, dan menurut Lawrence Green bahwa perilaku kesehatan akan dipengaruhi oleh faktor predisposisi tersebut. Demikian juga dengan pengetahuan kejang demam dan cara mengatasinya oleh seorang ibu akan dipengaruhi oleh faktor predisposisi dari ibunya.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur antara 21-40 tahun sebanyak 57,5% (Tabel 5.1). Berdasarkan kelompok tingkat pendidikan terbanyak adalah kelompok tingkat pendidikan yang sedang sebanyak 65% (Tabel 5.2). Berdasarkan Perkerjaan kelompok pekerjaan yang terbanyak adalah kelompok pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 66,3% (Tabel 5.3). Berdasarkan kelompok tingkat ekonomi yang terbanyak adalah kelompok tingkat ekonomi dengan penghasilaan 1.505.850,00 sebanyak 55% (Tabel 5.4). Berdasarkan kelompok jumlah anak terbanyak adalah kelompok jumlah anak sedang sebanyak 48,8% (Tabel 5.5).

5.2.2 Tingkat Pengetahuan Ibu

Dari penelitian ini didapatkan pengetahuan ibu Mngenai kejang demam sebagian besar ialah pengetahuannya cukup yaitu sebesar 38,8% penelitian ini mempunyai hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan di sukoharjo yang menyatakan tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam masih sedang. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh pohan (2010) di kecamatan medan tembung yang mendapatkan hasil bahwa ibu sudah mempunyai pengetahuan yang baik tentang kejang demam. Ini mungkin bisa dikarenakan perbedaan sifat pertanyaan dari masing-masing kuisioner, yang mana pada penelitian ini bersifat pertanyaan terbuka yang memiliki 3 opsi sedangkan


(42)

penelitian yang di Kecamatan Medan Tembung bersifat pertanyaan tertutup yang mana sebagian pertanyaannya hanya memilih anatara benar atau salah.

5.2.3 Gambaran Kelompok Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Pengetahuan Mengenai kejang Demam

Dari penelitian ini didapatkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu maka akan sedikit pula yang tingkat pengetahuannya buruk. Dilihat dari table 5.8 bahwa 100% ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat mengetahui dengan baik tentang kejang demam pada anak. Karena tingkat pendidikan tersebut mempengaruhi proses belajar-mengajar serta daya nalar individu untuk menerima informasi ataupun ilmu yang disampaikan (Riandita A. 2012). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di kecamatan Medan Tembung yang menyatakan bahwa Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi dapat mengetahui dengan baik mengenai kejang demam.

5.2.4 Gambaran Kelompok Usia Pendidikan Ibu Dengan Pengetahuan Mengenai kejang Demam

Dari Penelitian ini didapatkan bahwa Usia ibu yang menengah atau diantara 21- 40 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik paling banyak diantara 2 kelompok usia ibu lainnya ini sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, Usia, Pekerjaan dan social ekonomi. (Notoadmojo, 2003). Penelitian yang dilakukan desa Sukodadi Kecamatan Kendal juga didapati usia yang menengah lebih baik pengetahuannya dari pada usia ibu yang sudah tua. Dikarenakan pada usia menengah ibu masih menggunakan wawasan dan semangatnya dalam mengetahui kejang demam sedangkan pada usia ibu yang tua menggunakan pengalamannya. Dan pada usia ibu yang lebih muda, dilihat dari penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan hal ini juga bisa dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.


(43)

5.2.5 Gambaran Kelompok Pekerjaan Ibu Dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Dari penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang menjadi responden banyak dari kelompok ibu yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 66,3% . dan penelitian juga mendapatkan kelompok ibu yang bekerja lebih baik pengetahuaanya mengenai kejang demam dari pada yang tidak bekerja. Penelitian ini sesuai dengan penelitian di Kabupaen Takalar yang menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang bekerja lebih baik dari pada ibu yang tidak bekerja. Ini dikarenakan ibu yang bekerja akan lebih mudah mendapatkan informasi akibat banyaknya interaksi yang dilakukan setiap harinya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. (Notoadmojo, 2005)

5.2.6 Gambaran Kelompok Tingkat Ekonomi Ibu Dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Dari penelitian ini di dapatkan bahwa ibu yang menjadi responden penelitian ini sebagian besar merupakan ibu yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah ini sejalan dengan hasil dari kelompok ibu yang tidak bekerja. hubungan tingkat ekonomi yang tinggi dengan pengetahuan juga sudah pernah di teliti oleh Eka yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkatan ekonomi dengan pengetahuan seorang ibu. Ini berbeda dengan hasil penelitian ini yang menyebutkan bahwa ibu yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah akan lebih buruk tingkat pengetahuannya. Menurut peneliti hasil berbeda ini diakibatkan tempat dilakukan penelitian yang mayoritas tempat berobatnya ibu yang memiliki tingkatan ekonomi yang rendah menjadikan dominasi resonden tingkat ekonominya rendah lebih banyak menjadi responden lainnya.

5.2.7 Gambaran Kelompok Jumlah Anak Ibu Dengan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

Dari penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang menjadi responden terbanyak merupakan ibu yang memiliki jumlah anak sedang atau berjumlah 2 orang sebanyak 48%. Dalam kelompok jumlah anak terhadap pengetahuan


(44)

didapati bahwa ibu yang memiliki sedikit anak memiliki pengetahuan yang lebih baik dari pada yang lain. Menurut peneliti ini dikarenakan jumlah anak mempengaruhi sikap ibu terhadap anak.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Gambaran pengetahuan ibu di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 31 orang (38,8%) dan kelompok responden dengan kategori pengetahuan buruk sebanyak 28 orang (35,0%) sebanyak dan dengan kategori yang baik sebanyak 21 orang (26,3%).

2. Gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap pengetahuan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam diperoleh kelompok tingkat pendidikan yang tinggi memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 13 orang dari 13 orang (100%) dan kelompok tingkat pendidikan yang sedang memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 8 orang dari 52 orang (15,4%) serta kelompok tingkat pendidikan yang rendah memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 0 orang dari 15 orang (0%).

3. Gambaran usia ibu terhadap pengetahuan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam diperoleh kelompok usia tua memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 1 orang dari 22 orang (4,5%) dan kelompok usia menegah yang memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 13 orang dari 46 orang (28,3%) serta kelompok usia muda memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 7 orang dari 12 orang (58,3%).

4. Gambaran Pekerjaan ibu terhadap pengetahuan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam diperoleh kelompok ibu bekerja memiliki


(46)

gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 21 orang dari 28 orang (75%) dan kelompok ibu tidak bekerja yang memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 0 orang dari 52 orang (0,0%) .

5. Gambaran tingkat ekonomi ibu terhadap pengetahuan di Puskesmas Amplas mengenai kejang demam diperoleh kelompok tingkata ekonomi tinggi memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 17 orang dari 19 orang (80,8%) dan kelompok tingkat ekonomi sedang yang memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 2 orang dari 17 orang (11,8%) serta kelompok tingkat ekonomi rendah memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 0 orang dari 44 orang (0,0%). 6. Gambaran jumlah anak terhadap pengetahuan di Puskesmas Amplas

mengenai kejang demam diperoleh kelompok Jumlah anak banyak memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 1 orang dari 28 orang (3,6%) dan kelompok jumlah anak sedang yang memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 13 orang dari 39 orang (13%) serta kelompok jumlah anak sedikit memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 7 orang dari 13 orang (53,8%).


(47)

6.2. Saran

Beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini adalah:

1. Diharapkan ini dapat menjadi masukkan bagi instansi pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai penyuluhan tentang kejang demam dan kejang demam yang tepat.

2. Diharapakan ini juga sebagai bahan evaluasi untuk puskesmas terkait dalam hal memberikan edukasi kepada masyarakat akan kejang demam yang masih cukup untuk ditingkatkan menjadi baik.

3. Diharapkan kepada para ibu agar bisa memanfaatkan hasil penelitian ini dan makin menambah wawasan dan pengetahuan tentang kejang demam yang tepat.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih baik dalam menyusun parameter penilaian terhadap pengetahuan dan mengkaji variable-variabel lain. Selain itu, diharapkan agar penelitian ini bisa lebih dijadikan penelitian analitik sehingga dapat memberikan hasil yang lebih bermakna untuk dijadikan acuan dalam penyuluhan tentang kejang demam yang tepat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto. 2009. Kejang pada Anak. Dalam. Pohan, 2010. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Kejang Demam Apakah Menakutkan?. [Online]Available at

Kania Nia. 2007. Penatalaksanaan Demam pada Anak.

[ Accessed 7 mei 2014].

Available at :

Kaplan. J.S. 1998. Beyond behavior modification. Austin, TX: ProEd.3th Ed.

Karimzadeh, 2008. Febrile Convulsions: The Role Played By Paracinical Evaluation. [Online] Available at :

2014].

Knudsen. F.U. 2010. Febril Seizure : Treatment and Prognosis. Eilepsia Journal 2-9.

Lumbantobing SM. 2007. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Notoatmodjo. Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 118, 124-133.


(49)

Notoatmodjo. S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Notoatmodjo. Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rieneka Cipta, 87, 91.

Parmar RC. Sahu DR. Bavdekar SB, 2001. Knowledge attitude and practices of parents of children with febrile convulsion. J Postgrad Med 47:19-23.

Purwati OS. Maliya Arina, 2008. Kegawatdaruratan kejang demam pada anak. Universitas Muhammadyah Surakarta.

Pusponegoro HD. Widodo DP, Ismael S, 2006. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. IDAI: Jakarta.

Sapirman V K. 2005. Update Prophylactic Therapy for Recurrent Febrile Seizure. Mt Pediatr 104

Soetomenggolo. 2000. Kejang Demam. Dalam: Soetomenggolo, Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 244-252.

Sudigdo. S. I. S. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 2. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan.

Sudigdo. S. Sp.A (K) dan Sofyan, I.,Sp.A (K), 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi ke-4. Jakarta.

Schwartz. M. W. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Staf Pangajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. Kejang Demam. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 847-855.


(50)

Van Stuijvenberg M, de Vos S, Tjiang G C, Steyerberg E W, Derksen-Luben G, Moll H A. 1999. Parents fear regarding fever and febrile seizures. Acta Paediatr 88:618-22.

Widjaja MC. 2001. Kejang-Kejang Karena Demam. Dalam: Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Widodo DP. 2005. Kejang demam: Apa yang perlu diwaspadai? Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm. 58-66.


(51)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Raja Agung

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 1 April 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Bajak V Villa Mutiara Blok K-2 Marendal Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Nurul Asyiah Jamil (1998-1999) 2. SD Swasta Harapan 3 (1999-2002) 3. SD Negeri 2 Panyabungan (2002-2003) 4. SD Negeri 2 Sosa (2003-2004)

5. SD Swasta Harapan 3 (2004-2005)

6. SMP Swasta Darul Ilmi Murni (2005-2008) 7. SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan (2008-2011) Riwayat Pelatihan : 1. Seminar dan Workshop Basic Life Support and Traumatology

2. Seminar dan Workshop Terapi Cairan dan Manajemen Luka

3. Workshop Sirkumsisi

4. Pelatihan BASARNAS Vertical Rescue 5. Pelatihan Tim Bantuan Medis


(52)

6. Seminar dan Workshop Advance Cardio Pumonary Resucitation


(53)

LAMPIRAN 2

UJI VALIDITAS

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16

P1 Pearson Correlation 1

-.757 ** -.757** -.803** -.596** -.757**

.757** .298 .524* -.015 .616 ** .447 * -.040

.275

-.359 -.353

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006 .000 .000 .203 .018 .948 .004 .048 .868 .240 .121 .127

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P2 Pearson Correlation -.757**

1 .500* .514* .866** .500* -.500* -.553* -.423 -.149 -.764 ** -.250

.000 -.250 .494 *

.466*

Sig. (2-tailed) .000 .025 .020 .000 .025 .025 .011 .063 .529 .000 .288 1.00 0

.288 .027 .038

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation -.757**

.500 *

1 .686** .577** 1.000 **

-1.000 **

-.302 -.338 -.224 -.655 ** -.500 * -.346

-.500* .539 *

.466*

Sig. (2-tailed) .000 .025 .001 .008 .000 .000 .196 .145 .342 .002 .025 .135 .025 .014 .038

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation -.803**

.514 *

.686** 1 .198 .686** -.686**

-.069 -.145 .179 -.299

-.343

.000 -.343 .370 -.160 Sig. (2-tailed) .000 .020 .001 .403 .001 .001 .773 .542 .449 .200 .139 1.00

0

.139 .109 .501

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P5 Pearson Correlation -.596**

.866 **

.577** .198 1 .577** -.577**

-.638**

-.488* -.388 -.882 ** -.289 -.200

-.289 .518 *

.808**

Sig. (2-tailed) .006 .000 .008 .403 .008 .008 .002 .029 .091 .000 .217 .398 .217 .019 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P6 Pearson Correlation -.757**

.500 *

1.000 **

.686** .577** 1 -1.000 **

-.302 -.338 -.224 -.655 ** -.500 * -.346

-.500* .539 *

.466*


(54)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 P7 Pearson Correlation .757**

-.500 * -1.000 ** -.686** -.577** -1.000 **

1 .302 .338 .224 .655 **

.500 *

.346 .500* -.539 *

-.466*

Sig. (2-tailed) .000 .025 .000 .001 .008 .000 .196 .145 .342 .002 .025 .135 .025 .014 .038

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P8 Pearson Correlation .298 -.553 *

-.302 -.069 -.638**

-.302 .302 1 .255 .458 *

.504 *

.452 *

.174 .452* -.668 **

-.515*

Sig. (2-tailed) .203 .011 .196 .773 .002 .196 .196 .278 .042 .023 .045 .463 .045 .001 .020

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P9 Pearson Correlation .524* -.423

-.338 -.145 -.488* -.338 .338 .255 1 -.190

.369 .211 .293 .211 -.152

-.552* Sig. (2-tailed) .018 .063 .145 .542 .029 .145 .145 .278 .424 .110 .371 .210 .371 .523 .012

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P10 Pearson Correlation -.015 -.149

-.224 .179 -.388 -.224 .224 .458* -.190 1 .440 .411 .043 .411 -.443

-.453* Sig. (2-tailed) .948 .529 .342 .449 .091 .342 .342 .042 .424 .052 .072 .857 .072 .050 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P11 Pearson Correlation .616** -.764 **

-.655**

-.299

-.882** -.655**

.655** .504* .369 .440 1 .327 .126 .327 -.353

-.712** Sig. (2-tailed) .004 .000 .002 .200 .000 .002 .002 .023 .110 .052 .159 .597 .159 .127 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P12 Pearson Correlation .447* -.250

-.500* -.343 -.289 -.500* .500* .452* .211 .411 .327 1 .289 .375 -.629 **

-.233

Sig. (2-tailed) .048 .288 .025 .139 .217 .025 .025 .045 .371 .072 .159 .217 .103 .003 .323

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P13 Pearson Correlation -.040 .000 -.346 .000 -.200 -.346 .346 .174 .293 .043 .126 .289 1 .289 -.518 *

-.162

Sig. (2-tailed) .868 1.00 0


(55)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 P14 Pearson Correlation .275

-.250

-.500* -.343 -.289 -.500* .500* .452* .211 .411 .327 .375 .289 1 -.629 **

-.233

Sig. (2-tailed) .240 .288 .025 .139 .217 .025 .025 .045 .371 .072 .159 .103 .217 .003 .323

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P15 Pearson Correlation -.359 .494 *

.539* .370 .518* .539* -.539* -.668**

-.152 -.443 -.353 -.629 ** -.518 * -.629**

1 .251

Sig. (2-tailed) .121 .027 .014 .109 .019 .014 .014 .001 .523 .050 .127 .003 .019 .003 .285

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P16 Pearson Correlation -.353 .466 *

.466* -.160 .808** .466* -.466* -.515* -.552* -.453 * -.712 ** -.233 -.162

-.233 .251 1

Sig. (2-tailed) .127 .038 .038 .501 .000 .038 .038 .020 .012 .045 .000 .323 .496 .323 .285

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(56)

LAMPIRAN 3

Lembar Penjelasan Penelitian

” Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Penatalaksanaan Kejang Demam Tahun 2014”.

Saya, Muhammad Raja Agung, mahasiswa tingkat III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Penatalaksanaan Kejang Demam Tahun 2014.

gambaran tingkat pengetahuan ibu yang berobat jalan di Puskesmas Amplas mengenai penatalaksanaan kejang demam pada tahun 2014.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan Anda dapat mengisi lembar persetujuan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan Anda dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa bekerja sama dengan orang lain. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian ini saja. Seandainya Anda menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak mendapat sanksi apapun.

Medan, ...2014 Hormat saya,


(57)

LAMPIRAN 4

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama :

Tempat/ Tgl.Lahir : Alamat :

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Penatalaksanaan Kejang Demam pada Tahun 2014

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk menjawab kuesioner melalui wawancara yang memerlukan waktu sekitar 10-15 menit dan saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian tersebut.

Medan, ...2014

Peneliti, Responden,


(58)

LAMPIRAN 5

Kode Responden : .

KUISIONER PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS AMPLAS MENGENAI PENATALAKSANAAN KEJANG

DEMAM PADA TAHUN 2014

I. Identitas Ibu

1. Nama :

2. Usia : _____tahun

3. Pendidikan : ________________ 4. Pekerjaan : ________________

5. Penghasilan : a. < Rp. 1.505.850,00 per bulan

b. Rp. 1.505.850,00- Rp. 3.011.700,00 per bulan c. > Rp. 3.011.700,00 per bulan

5. Jumlah Anak : _____orang

II. Pengetahuan tentang Kejang Demam dan Penatalaksanaan Kejang Demam

PETUNJUK:

1. Jawablah apa adanya sesuai apa yang Ibu ketahui

2. Berilah tanda silang (X) atau tanda melingkar (O) pada jawaban yang dipilih 3. Plihlah satu jawaban yang benar menurut Ibu

1.Menurut Ibu, apakah pegertian dari kejang demam?

a. Kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 380 b. Karena terjadinya gangguan mental pada anak

C


(59)

2. Apakah penyebab kejang demam pada anak ibu?

a. Radang otak c. Tidak tahu

b. Demam dengan suhu >39°C

3. Menurut Ibu, pada umur berapa anak sering mengalami kejang demam?

a. 5-10 Tahun c. Tidak tahu

b. 0-2 Tahun

4. Bagaimana gambaran ataupun gejala yang terlihat disaat anak kejang demam? a. Anak akan meraung-raung dan teriak saat terjadi kejang

b. Kaki dan tangan anak akan menghentak-hentak serta anak tidak sadar jika di panggil

c. Tidak tahu

5. Apabila anak Ibu mengalami kejang demam, bagaimanasikap yang harus ibu lakukandisaat kejang demam itu terjadi?

a. Memegang tangan dan kakinya agar tidak meghentak-hentak kembali. b. Tenang dan melakukan tindakan bantuan

c. Tidak tahu

6. Tindakan apa yang ibu lakukan pertama kali?

a. Memegang tangan dan kakinya agar tidak meghentak-hentak kembali. b. Memposisikan anak telungkup dan kepala menghadap samping c. Tidak tahu

7. Hal yang sering terjadi saat anak kejang ialah anak mengalami tersedak, menurut ibu apa yang dilakukan agar anak tidak tersedak?

a. Mengganjal perut anak dengan bantal b. Membuka mulut anak


(60)

8. Kemudian untuk membantu anak agar kejangnya selesai dapat dilakukan dengan menurunkan panas tubuh anak, menurut ibu apa yang ibu lakukan?

a. Membuka bajunya dan membasahinya dengan air. b. Memberi anak obat dari mulut

c. Tidak tahu

9. Disaat kejang selain tersedak, yang paling sering terjadi pada anak adalah muntah. Bagaimana tindakan bantuan yang akan ibu lakukan apabila anak mengalami muntah?

a. Tepuk pundak anak agar muntahnya semua keluar b.Bersihkan mulutnya dengan jari

c. Tidak tahu

10. Setelah itu, apa yang kita lakukan untuk menghentikan kejangnya? a. Beri obat anti kejang c. Tidak tahu

b. Beri obat penurun panas

11. Apakah jenis obat anti kejang yang ibu ketahui ?

a. Diazepam c. Tidak tahu

b. Paracetamol

12. Bagaimana menurut ibu cara pemberian obat anti kejang pada saat kejang terjadi? a. Melalui Mulut (Oral) c. Tidak tahu

b. Melalui Lubang pantat (Rectal)

13. Setelah kejang berhenti apa yang ibu lakukan?

a. Membawa anak ke dokter untuk diberikan obat mencegah kejang berulang b. Memberi anak minum

c. Tidak tahu

14. Menurut ibu, apakah yang harus dilakukan agar tidak terjadi kejang demam berulang?


(61)

a. Menurunkan panas anak sebelum terjadi kejang

b. Mempersiapkan pengetahuan dan obat untuk menghentikan kejang apabila terjadi

c. Tidak tahu

15. Berikut pernyataan yang sering didengar dimasyarakat. Menurut ibu manakah yang benar tentangkejang demam?

a. Anak akan idiot c. Anak akan bodoh d. Semua pernyataan salah

16. Menurut ibu, bagaimana cara untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai Kejang demam dan penatalaksanaannya?

a. Televisi c. Penyuluhan dan Dokter


(62)

LAMPIRAN 7

DATA INDUK RESPONDEN

R E S P O N D E N U M U R P E N D I D I K A N P E K E R J A A N P E N D A P A T A N J U M L A H A N A K P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P1 0 P1 1 P1 2 P1 3 P1 4 P1 5 P1 6 P T O T T k. P E N G

1 2 3 1 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 3 2 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 5 1 3 3 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 8 2 4 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 1 5 3 2 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 6 2 1 5 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 3 15 3 7 3 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 3 3 8 2 8 2 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 8 2 9 1 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 3 3 8 2 10 2 3 1 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 11 2 2 1 3 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 3 8 2 12 3 3 1 3 2 1 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 13 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 3 13 3 14 1 1 5 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 16 3 15 3 3 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 1 16 2 1 5 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 16 3 17 2 1 5 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 15 3 18 2 1 5 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 3 15 3 19 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 13 3 20 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 4 1 21 2 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 8 2 22 2 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 15 3 23 2 3 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 4 1 24 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 3 4 1 25 2 2 1 3 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 3 3 8 2 26 1 1 3 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 14 3 27 1 1 4 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 14 3 28 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 3 13 3 29 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 8 2


(63)

30 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 3 12 2 31 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 3 12 2 32 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 3 1 2 1 2 2 3 11 2 33 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 11 2 34 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 3 11 2 35 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 3 12 2 36 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 14 3 37 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3 4 1 38 3 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3 7 2 39 2 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3 7 2 40 2 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 14 3 41 2 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 3 3 14 3 42 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 6 1 43 2 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3 14 3 44 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 3 13 3 45 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 3 13 3 46 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 5 1 47 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 3 14 3 48 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 3 13 3 49 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 3 12 2 50 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 3 11 2 51 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 12 2 52 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 12 2 53 2 2 1 3 3 1 2 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 5 1 54 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 3 12 2 55 2 2 1 3 3 1 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 5 1 56 1 2 1 3 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 3 9 2 57 3 2 1 3 3 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 5 1 58 3 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 3 9 2 59 3 3 1 3 2 1 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 5 1 60 1 1 5 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 15 3 61 3 1 4 1 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 15 3 62 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3 10 2 63 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 11 2 64 2 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 3 10 2 65 3 2 1 3 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 3 8 2 66 2 2 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 3 5 1 67 3 3 1 3 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 1 68 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2 3 4 1 69 3 2 1 3 3 1 2 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 5 1 70 2 2 1 3 3 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 5 1


(64)

71 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 5 1 72 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 3 1 73 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 10 2 74 2 2 1 3 3 1 2 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 5 1 75 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 3 11 2 76 2 2 1 3 3 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 5 1 77 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 5 1 78 2 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1 11 2 79 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 1 80 2 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 9 2


(65)

LAMPIRAN 8

OUTPUT SPSS

Statistics

UMUR

TINGKAT

PENDIDIKAN PEKERJAAN

TINGKAT

EKONOMI JUMLAH ANAK

N Valid 80 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0 0

Statistics Pengertian dari kejang demam Penyebab kejang demam Umur anak resiko kejang demam Gejala kejang demam

Sikap ibu disaat kejang demam

N Valid 80 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Tindakan pertama yg ibu

lakukan Cara mengatasi Tersedak saat Kejang Cara menurunkan panas di saat

kejang Cara mengatasi muntah disaat kejang Tindakan untuk menghentikan kejang demam

N Valid 80 80 80 80 80


(66)

Statistics

Apa obat yang diberikan

Cara Pemberian obatnya

Tindakan yang dilakukan setelah

kejang berhenti

Pencegahan kejang demam

berulang

N Valid 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0

Statistics

Pernyataan yang benar tentang kejang demam

Cara mendapatkan

info kejang demam

N Valid 80 80

Missing 0 0

Frequency Table

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <= 20 Tahun 12 15.0 15.0 15.0

21-40 Tahun 46 57.5 57.5 72.5

>= 40 Tahun 22 27.5 27.5 100.0


(67)

TINGKAT PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 13 16.3 16.3 16.3

Sedang 52 65.0 65.0 81.3

Rendah 15 18.8 18.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Tumah Tangga 53 66.3 66.3 66.3

Wirausaha 9 11.3 11.3 77.5

Buruh 7 8.8 8.8 86.3

Pegawai Negeri 5 6.3 6.3 92.5

Pegawai Swasta 6 7.5 7.5 100.0


(68)

TINGKAT EKONOMI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > Rp 3.011.700,00 19 23.8 23.8 23.8

Rp 1.505.850,00-3.011.700,00

17 21.3 21.3 45.0

Rp 1.505.850,00 44 55.0 55.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

JUMLAH ANAK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sedikit 13 16.3 16.3 16.3

Sedang 39 48.8 48.8 65.0

Banyak 28 35.0 35.0 100.0


(69)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

UMUR * Kelompok Pengetahuan

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

UMUR * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

buruk

Pengetahuan cukup

UMUR <= 20 Tahun (ibu usia muda) Count 0 5

% within UMUR .0% 41.7%

21-40 Tahun (ibu usia menengah)

Count 12 21

% within UMUR 26.1% 45.7%

>= 41 Tahun (ibu usia tua) Count 16 5

% within UMUR 72.7% 22.7%

Total Count 28 31


(70)

UMUR * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

baik Total

UMUR <= 20 Tahun (ibu usia muda) Count 7 12

% within UMUR 58.3% 100.0%

21-40 Tahun (ibu usia menengah)

Count 13 46

% within UMUR 28.3% 100.0%

>= 41 Tahun (ibu usia tua) Count 1 22

% within UMUR 4.5% 100.0%

Total Count 21 80

% within UMUR 26.3% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PEKERJAAN * Kelompok Pengetahuan


(71)

PEKERJAAN * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

buruk

Pengetahuan cukup PEKERJAAN Ibu Tumah Tangga (tidak

bekerja)

Count 27 25

% within PEKERJAAN 51.9% 48.1%

Bekerja Count 1 6

% within PEKERJAAN 3.6% 21.4%

Total Count 28 31

% within PEKERJAAN 35.0% 38.8%

PEKERJAAN * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

baik Total

PEKERJAAN Ibu Tumah Tangga (tidak bekerja)

Count 0 52

% within PEKERJAAN .0% 100.0%

Bekerja Count 21 28

% within PEKERJAAN 75.0% 100.0%

Total Count 21 80


(72)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TINGKAT PENDIDIKAN * Kelompok Pengetahuan

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

TINGKAT PENDIDIKAN * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

buruk

Pengetahuan cukup

TINGKAT PENDIDIKAN Tinggi Count 0 0

% within TINGKAT PENDIDIKAN

.0% .0%

Sedang Count 13 31

% within TINGKAT PENDIDIKAN

25.0% 59.6%

Rendah Count 15 0

% within TINGKAT PENDIDIKAN

100.0% .0%

Total Count 28 31

% within TINGKAT PENDIDIKAN


(73)

TINGKAT PENDIDIKAN * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

baik Total

TINGKAT PENDIDIKAN Tinggi Count 13 13

% within TINGKAT PENDIDIKAN

100.0% 100.0%

Sedang Count 8 52

% within TINGKAT PENDIDIKAN

15.4% 100.0%

Rendah Count 0 15

% within TINGKAT PENDIDIKAN

.0% 100.0%

Total Count 21 80

% within TINGKAT PENDIDIKAN

26.3% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TINGKAT EKONOMI * Kelompok Pengetahuan


(74)

TINGKAT EKONOMI * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan Pengetahuan

buruk

TINGKAT EKONOMI > Rp 3.011.700,00 Count 0

% within TINGKAT EKONOMI

.0%

Rp 1.505.850,00-3.011.700,00

Count 0

% within TINGKAT EKONOMI

.0%

Rp 1.505.850,00 Count 28

% within TINGKAT EKONOMI

63.6%

Total Count 28

% within TINGKAT EKONOMI


(1)

TINGKAT EKONOMI * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan

Pengetahuan cukup

TINGKAT EKONOMI > Rp 3.011.700,00 Count 0

% within TINGKAT EKONOMI

.0%

Rp 1.505.850,00-3.011.700,00

Count 15

% within TINGKAT EKONOMI

88.2%

Rp 1.505.850,00 Count 16

% within TINGKAT EKONOMI

36.4%

Total Count 31

% within TINGKAT EKONOMI


(2)

TINGKAT EKONOMI * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan

Pengetahuan

baik Total

TINGKAT EKONOMI > Rp 3.011.700,00 Count 19 19

% within TINGKAT EKONOMI

100.0% 100.0%

Rp 1.505.850,00-3.011.700,00

Count 2 17

% within TINGKAT EKONOMI

11.8% 100.0%

Rp 1.505.850,00 Count 0 44

% within TINGKAT EKONOMI

.0% 100.0%

Total Count 21 80

% within TINGKAT EKONOMI

26.3% 100.0%

Case Processing Summary

Cases


(3)

JUMLAH ANAK * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan

Pengetahuan buruk

Pengetahuan cukup

JUMLAH ANAK Sedikit (dibawah 2 anak) Count 1 5

% within JUMLAH ANAK 7.7% 38.5%

Sedang (2 anak) Count 8 18

% within JUMLAH ANAK 20.5% 46.2%

Banyak (diatas 2 anak) Count 19 8

% within JUMLAH ANAK 67.9% 28.6%

Total Count 28 31


(4)

JUMLAH ANAK * Kelompok Pengetahuan Crosstabulation

Kelompok Pengetahuan

Pengetahuan

baik Total

JUMLAH ANAK Sedikit (dibawah 2 anak) Count 7 13

% within JUMLAH ANAK 53.8% 100.0%

Sedang (2 anak) Count 13 39

% within JUMLAH ANAK 33.3% 100.0%

Banyak (diatas 2 anak) Count 1 28

% within JUMLAH ANAK 3.6% 100.0%

Total Count 21 80


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.

13 61 72

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Mengenai Kejang Demam di Puskesmas Ciputat Timur 2012

1 9 66

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

2 13 90

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN FREKUENSI KEJANG ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 1 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN FREKUENSI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 3 16

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

0 0 13

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

0 0 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kejang Demam 2.1.1. Definisi - Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Kejang Demam pada Tahun 2014

0 1 11