Diagnosa Banding Tingkat Pengetahuan

2.1.9. Diagnosa Banding

Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang diikuti hemiperesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan dengan kejang demam. Anak dengan kejang demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat, dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam Soetomenggolo, 2000.

2.1.10. Penatalaksanaan

Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu:

1. Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu pasien sedang kejang semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan kepalanya apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Pengisapan lendir dilakukan secra teratur, diberikan oksiegen, kalau perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital sperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adalah pilihan utama dengan pemberian secara intravena atau intrarektal Soetomenggolo, 2000.

2. Mencari dan Mengobati Penyebab

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai meningitis atau apabila kejang demam berlangsung lama. Pada bayi kecil sering mengalami meningitis tidak jelas, sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan dianjurkan pada pasien berumur kurang dari 18 bulan. Pemeriksaan laboratorium lain perlu dilakukan utuk mencari penyebab Soetomenggolo, 2000. Universitas Sumatera Utara

3. Pengobatan Profilaksis

Kambuhnya kejang demam perlu dicegah, kerena serangan kejang merupakan pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan bagi keluarga. Bila kejang demam berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan otak yang menetap cacat. Adapun 3 upaya yang dapat dilakukan: - Profilaksis intermitten, pada waktu demam. - Profilaksis terus-menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari - Mengatasi segera bila terjadi kejang. Profilaksis intermitten Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada pasien. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak. Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik kerena penyerapannya lebih cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,5°C atau lebih. Diazepam dapat pula diberikan sacara oral dengan dosis 0,5 mgkg BB hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan hipotonia Soetomenggolo, 2000. Profilaksis terus- menerus dengan antikonvulasan tiap hari Pemberian fenobarbital 4-5 mgkg BBhari dengan kadar darah sebesar 16 mgugml dalam darh menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulanggnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam adalah asam valproat yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan efek fenobarbital tetapi kadang-kadang menunjukkan efek samping hepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40 mgkg BBhari. Profilaksis terus Universitas Sumatera Utara menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjandinya epilepsi di kemudian hari Soetomenggolo, 2000. Consensus Statement di Amerika Serikat mengemukakan kriteria yang dapat dipakai untuk pemberian terapi rumat. Profilaksis tiap hari dapat diberi pada keadaan berikut: 1. Bila terdapat kelainan perkembangan neurologi misalnya cerebral palsy, retardasi mental, mikrosefali. 2. Bila kejang demam berlangsung lama dari 15 menit, bersifat fokal, atau diikuti kelainan neurologis sepintas atau menetap. 3. Terdapat riwayat kejang-tanpa-demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara kandung. Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang , hindarilah rasa panik dan lakukanlah langkah-langkah pertolongan sebagai berikut : 1. Telungkupkan dan palingkan wajah ke samping 2. Ganjal perut dengan bantal agar tidak tersedak 3. Lepaskan seluruh pakaian dan basahi tubuhnya dengan air dingin. Langkah ini diperlukan untuk membantu menurunkan suhu badanya. 4. Bila anak balita muntah, bersihkan mulutnya dengan jari. 5. Walupun anak telah pulih kondisinya, sebaiknya tetap dibawa ke dokter agar dapat ditangani lebih lanjut Widjaja, 2001. Universitas Sumatera Utara 2.2. PENGETAHUAN 2.2.1. Defenisi Pengetahuan adalah proses belajar dan mengetahui apa yang terjadi dalam cara yang dapat diramalkan Kaplan, 1998. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Sudigdo, 2006.

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Sudigdo, 2006 pegetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: a Tahu Know Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,yang termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajarinya, antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi Universitas Sumatera Utara ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merecanakan, meringkaskan, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. f Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.

13 61 72

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Mengenai Kejang Demam di Puskesmas Ciputat Timur 2012

1 9 66

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

2 13 90

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN FREKUENSI KEJANG ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 1 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN FREKUENSI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

0 3 16

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

0 0 13

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

0 0 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kejang Demam 2.1.1. Definisi - Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Kejang Demam pada Tahun 2014

0 1 11