4. Kondisi perairan Waduk Cengklik berdasarkan parameter fisik
Hasil pengukuran kualitas air Waduk Cengklik berdasarkan parameter fisik yang meliputi suhu, turbiditas dan penetrasi cahaya pada
masing-masing stasiun hampir memiliki jumlah yang sama. Pada stasiun 1 diperoleh suhu 29
C dan penetrasi cahaya sebesar 25.451 Lux. Kemudian untuk stasiun 2 diperoleh suhu 28
C dan penetrasi cahaya sebesear 25.451 Lux. Sedangkan untuk stasiun 3 memiliki hasil yang sama seperti pada
stasiun 1 yaitu diperoleh suhu air 29 C dan penetrasi cahaya sebesar
15.451 Lux. Dari hasil uji berdasarkan parameter fisika yang telah diperoleh akan dibahas sebagai berikut :
a. Suhu air Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu air
berkisar antara 28 – 29 C. Suhu yang relatif hampir disemua
stasiun atau lokasi pengambilan data, hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan waduk memang relatif konstan baik di lokasi
karamba, enceng gondok dan pemancingan. Karena lingkungan yang terbuka dari sinar matahari maka suhu air relatif tinggi.
Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20
– 30 C Effendi, 2003.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu air waduk mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton atau makhluk hidup
lainnya. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolism organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan
air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu
melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di
dalam air, dan sebaliknya Kordi, 2010. Maka dari itu selain dari pengukuran suhu dilakukan juga pengukuran DO untuk
mengetahui kandungan oksigennya. b. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan
dengan menggunakan lempengankepingan Secchi disk.Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan.Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan dari ketiga titik atau lokasi pengambilan data diperoleh hasil pada lokasi karamba nilai
kecerahannya 29 cm sedangkan untuk lokasi enceng gondok dan pemancingan diperoleh nilai kecerahannya 28 cm.
Nilai kecerahan yang normal untuk kehidupan fitoplankton pada suatu perairan tidak kurang dari 25 cm dan nilai kecerahan
yang baik untuk suatu perairan adalah berkisar antara 30-40 cm Kordi, M.G.H.K., 2010.Berdasarkan sumber tersebut maka nilai
kecerahan di perairan Waduk Cengklik baik untuk kehidupan fitoplankton dan kurang baik untuk perairan seperti waduk atau
danau.Kekeruhan pada suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya plankton, jasad renik atau lumpur.Fitoplankton yang dapat
menyebabkan keruhnya suatu perairan adalah fitoplankton dari jenis
Cyanophyceae, Microcystis,
Anabaena dan
juga Bacillariophyta Kordi, M.G.H.K., 2010.
c. Penetrasi Cahaya Dari pengukuran penetrasi cahaya yang telah dilakukan
diperoleh nilai yang sama dari masing-masing lokasi pengamatan. Pengukuran yang dilakukan dilokasi karamba, enceng gondok dan
pemancingan semua memiliki nilai penetrasi cahaya sebesar 25.451 Lux. Persamaan nilai intensitas cahaya dilokasi waduk
dikarenakan semua lokasi pengambilan data merupakan lokasi terbuka yang secara langsung mengalami pemaparan cahaya.
Cahaya yang mencapai perairan akan diubah menjadi energi panas. Air memiliki sifat pemanasan yang khas karena
memiliki kapasitas panas spesifik yang tinggi. Hal ini berarti bahwa energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu air
sebesar 1
C lebih besar dari energi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan suhu materi lain sebesar 1
C Jeffries dan Mills, 1996. Intensitas cahaya yang ada di Waduk Cengklik memiliki
nilai yang merata sehingga suhu air di waduk tersebut juga merata dengan intensitas cahaya dan suhu yang relatif merata maka lokasi
waduk secara keselurahan mendukung untuk pertumbuhan makhluk hidup air seperti fitoplankton maupun ikan.
5. Kondisi perairan Waduk Cengklik berdasarkan parameter kimia