spesies    Microcystus  flosaqua,  Spirulina  dan  Tabellaria  fenestrata. Berikutnya  untuk  spesies  yang  hanya  ditemukan  di  stasiun  3  saja  adalah
Pachus  longicaula .  Spesies  yang  hanya  ditemukan  pada  stasiun-stasiun
tertentu  rata-rata  memiliki  jumlah  yang  sedikit  dan  bisa  dikatakan pertumbuhan  spesies  fitoplankton  tidak  terlalu  subur  di  waduk  tersebut.
Nilai densitas
paling tinggi
adalah pada
spesies Nitzschia
lorenziana dengan  nilai  rata-rata  densitasnya  50026,3  Indml.  Sedangkan
untuk  nilai  densitas  paling  rendah  yaitu  pada  jenis  spesies  Pachus longicaula
dengan nilai rata-rata 320 Indl. Dari  hasil  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  tidak  semua  spesies
fitoplankton ditemukan disemua lokasi pengambilan sampel. Hal ini dapat disebabkan karena persebaran fitoplankton  yang tidak merata pada lokasi
waduk  tersebut.  Selain  itu  faktor  fisika  dan  kimia  juga  dapat  menjadi faktor  penentu  ketidak  merataan  spesies  pada  setiap  lokasi  pengambilan
sampel,  yang  dimana  faktor  fisika  dan  kimia  tidak  menunjang  untuk kehidupan jenis fitoplankton tertentu pada lokasi pengambilan sampel.
3. Nilai Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Waduk Cengklik
Berdasarkan analisis data yang diperoleh disemua titik atau stasiun penelitian,  menunjukkan  bahwa  indeks  keanekaragaman  fitoplankton
memiliki  hasil  yang  berbeda-beda.  Indeks  keanekaragaman  tertinggi
berada pada stasiun 1 atau lokasi karamba dengan indeks keanekaragaman fitoplankton  sebesar  2,03.  Untuk  stasiun  2  atau  lokasi  enceng  gondok
memiliki  nilai  indeks  keanekaragaman  fitoplankton  sebesar  1,85  dan untuk  stasiun  3  atau  lokasi  pemancingan  memiliki  nilai  indeks
keanekaragaman fitoplankton paling rendah. Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton pada lokasi pemancingan yaitu 1,63.
Indeks keanekaragaman
fitoplankton di
waduk cengklik
berdasarkan klasifikasi indeks keanekaragaman Shannon-Wiener termasuk dalam kategori sedang  yaitu
berada diantara nilai 1,0 H‟  3,0 dan dari hasil  analisis  nilai  indeks  keanekaragaman  fitoplankton  dimasing-masing
stasiun  memiliki  nilai  antara  1,63 –  2,03.  Berdasarkan  indeks
keanekaragaman  Shannon-Wiener  maka  waduk  Cengklik  memiliki keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang.
Menurut Krebs 1989 keanekaragaman fitoplankton dalam waduk tesebut  sedang  dengan  penyebaran  individu  tiap  jenis  sedang  dan
kestabilan  komunitas  sedang  namun  komunitas  tersebut  mudah  berubah. Tinggi  rendahnya  nilai  indeks  keanekaragaman  fitoplankton  dipengaruhi
oleh jumlah spesies, jumlah individu serta penyebaran individunya. Perbedaan  nilai  indeks  keanekaragaman  fitoplankton  di  Waduk
Cengklik  ini  tidak  terlepas  dari  faktor-faktor  abiotik  dan  biotik  pada
Waduk Cengklik. Faktor abiotik yang diukur pada saat penelitian meliputi kondisi  fisika  dan  kimia.  Kondisi  fisika  yang  diukur  meliputi  suhu,
penetrasi  cahaya  dan  kekeruhan.  Sedangkan  untuk  kondisi  kimia  yang diukur meliputi pH, DO, BOD, COD, fosfat dan nitrat. Dari hasil tersebut
dilihat  dari  parameter  fisika  kualitas  perairan  paling  baik  berada  pada stasiun 1 karena memiliki nilai suhu yang optimum yaitu 29 °C kemudian
nilai  kekeruhan  29  cm  dan  untuk  penetrasi  cahaya  pada  semua  lokasi pengambilan data memiliki nilai yang sama yaitu 25451 Lux. Pada stasiun
2  memiliki  nilai  suhu  yang  lebih  rendah  yaitu  28°C  dan  untuk  nilai kekeruhan  28  cm.  Selanjutnya  pada  stasiun  3  memiliki  nilai  suhu  yang
sama  dengan  stasiun  1  yaitu  29°C  dan  nilai  kekeruhannya  sama  dengan stasiun 2 yaitu 28 cm. Nilai suhu pada stasiun 1 dan 3 memiliki nilai yang
sama  yaitu  29°C  kemudian  untuk  kekeruhannya  stasiun  1  memiliki  hasil yang lebih baik daripada stasiun 2 dan 3, nilai kekeruhan tersebut 29 cm.
Dari hasil tersebut stasiun 1 memiliki kualitas air yang lebih baik daripada stasiun 2 dan 3 dilihat dari parameter fisika karena stasiun 1 memiliki nilai
parameter fisika yang lebih baik secara keseluruhan. Kemudian  dilihat  dari  parameter  kimia  kualitas  perairan  paling
baik terdapat pada stasiun 2 atau enceng gondok yaitu memiliki kadar DO paling tinggi dengan nilai 3,6 mgL , BOD, COD dan nitrat dengan kadar
paling  rendah  yaitu  dengan  nilai  masing-masing  secara  berurutan  3,0;
10,9; dan 0,47. Walaupun nilai  fosfat  pada stasiun  dua ini memiliki nilai paling tinggi namun  jika dibandingkan dengan stasiun  yang lainnya pada
stasiun  2  memiliki  kualitas  perairan  yang  paling  baik  jika  dilihat  dari parameter  kimia.  Kualitas  perairan  yang  baik  selanjutnya  berada  pada
stasiun 1 atau lokasi karamba yang dimana memiliki selisih nilai kualitas yang tidak terlalu jauh dibandingkan lokasi enceng gondok. Pada stasiun 1
memiliki  nilai  fosfat  paling  rendah  yaitu  dengan  nilai  0,23.  Sedangan untuk kualitas perairan yang paling jelek adalah pada stasiun 3 atau lokasi
pemancingan  hal  ini  dikarenakan  pada  stasiun  3  memiliki  hasil  nilai kualitas  perairan  yang  paling  rendah  dilihat  dari  parameter  kimia.  Nilai
keanekaragaman  fitoplankton  paling  tinggi  berada  pada  lokasi  karamba yaitu dengan nilai 2,03. Stasiun 1 karamba memiliki nilai keanekaragaman
fitoplankton  paling  tinggi  hal  ini  dikarenakan  pada  Stasiun  1  memiliki kualitas perairan paling baik dilihat dari parameter fisika. Walaupun nilai
kualitas  perairan  pada  stasiun  1  dilihat  dari  parameter  kimia  tidak  lebih baik  dari  stasiun  2  namun  nilai  tersebut  masih  berada  pada  keadaan
normal. Selain itu jika mengacau terhadap nilai kekeruhan yang diperoleh disetiap  stasiun  maka  stasiun  1  memiliki  nilai  yang  paling  baik  dengan
nilai  29  cm.  Dengan  adanya  penetrasi  cahaya  yang  baik  perkembangan fitoplankton  di  stasiun  tersebut  juga  semakin  baik  karena  mendukung
untuk terjadinya proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton.
4. Kondisi perairan Waduk Cengklik berdasarkan parameter fisik