meningkatkan suhu materi lain sebesar 1
C Jeffries dan Mills, 1996. Intensitas cahaya yang ada di Waduk Cengklik memiliki
nilai yang merata sehingga suhu air di waduk tersebut juga merata dengan intensitas cahaya dan suhu yang relatif merata maka lokasi
waduk secara keselurahan mendukung untuk pertumbuhan makhluk hidup air seperti fitoplankton maupun ikan.
5. Kondisi perairan Waduk Cengklik berdasarkan parameter kimia
Untuk mengetahui kualitas air selain menggunakan parameter secara fisika digunakan juga parameter kimia untuk mengetahui kualitas perairan.
Parameter kimia tersebut meliputi pH, DO, BOD, COD, fosfat, nitrat.Dari hasil penelitian yang dilakukan dari masing-masing stasiun atau lokasi
pengambilan sampel air memiliki hasil yang berbeda-beda, namun untuk parameter tertentu ada beberapa stasiun yang memiliki kesamaan nilai. Uji
kualitas air berdasarkan parameter kimia akan di bahas sebagai berikut : a. pH
Pada penelitian yang dilakukan yaitu pengukuran pH pada air waduk diperoleh hasil antara 8,0
– 8,1. Perbedaan jumlah pH dari masing-masing stasiun tidak jauh berbeda, pada stasiun 1 yaitu di lokasi
karamba diperoleh nilai pH 8,1 nilai pH ini sama dengan nilai pH yang di peroleh di lokasi pemancingan atau stasiun 3. Untuk stasiun 2 yaitu
pada lokasi enceng gondok dip eroleh nilai pH 8,0, nilai tersebut hanya seisih sedikit dengan nilai pH yang diperoleh pada stasiun 1 dan 3.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Kisaran pH optimum bagi
pertumbuhan plankton adalah pada kisaran 5,6 – 9,4. Nilai pH dari
masing-masing stasiun merupakan nilai pH yang yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton.Selain itu niali pH yang diperoleh dari air
waduk tersebut merupakan nilai pH normal bagi suatu perairan alami.Menurut Kordi, M.G.H.K., 2010 nilai pH pada banyak perairan
alami berkisar antara 4 – 9.Dengan demikian pH pada perairan Waduk
Cengklik dapat dikatakan normal untuk suatu peairan dan memungkinkan untuk pertumbuhan fitoplankton. Dilihat dari parameter
pH kualitas perairan di Waduk Cengklik bisa dikatakan baik karena pH pada perairan alami berkisar antara 4-9 dan nilai pH di Waduk Cengklik
sendiri berada pada angka 8,0 – 8,1.
b. BOD Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai BOD
dari masing-masing stasiun yang berbeda-beda. Nilai BOD pada lokasi karamba diperoleh 3,4 mgL, kemudian untuk lokasi enceng gondok
diperoleh nilai BOD 3,0 mgL sedangkan untuk nilai BOD pada lokasi pemancingan diperoleh 4,0 mgL. nilai BOD paling rendah berada pada
lokasi enceng gondok dan paling tinggi pada lokasi pemancingan dengan selisih nilai 1,0 mgL.
Menurut Hefni Effendi 2000 kadar perairan yang dianggap tercemar, yaitu perairan yang mengandung konsentrasi BOD lebih dari
10 mgL. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan nilai BOD dari masing-masing lokasi pengambilan data masih berada pada kisaran
normal atau tidak tercemar. Dengan begitu kualitas perairan di Waduk Cengklik dilihat dari parameter BOD maka kualitas perairan tersebut
berada dalam kategori yang baik untuk suatu perairan. Karena nilai BOD di Waduk Cengklik tersebut berada pada kisaran 3,0
– 4,0 sedangkan suatu perairan dinyatakan tercemar apabila kandungan BOD-
nya berada pada kisaran 10 mgL, sehingga kualitas perairan di Waduk Cengklik tersebut masih berada pada kondisi normal dilihat dari
parameter BOD. c. COD
Pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai COD dari masing-masing stasiun atau lokasi pengambilan data dengan hasil yang
berbeda-beda. Untuk lokasi karamba nilai COD diperoleh 12,4 mgL kemudian untuk lokasi enceng gondok diperoleh nilai COD 10,9 mgL.
nilai COD pada lokasi enceng gondok merupakan nilai paling rendah dari ketiga lokasi pengambilan data. Sedangkan untuk lokasi
pemancingan nilai COD diperoleh 15,0 mgL, nilai COD tersebut
merupakan nilai yang paling tinggi diantara nilai COD dari lokasi pengambilan data lainnya.
Batas kandungan COD paada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mgL Effendi. 2003. Dari hasil penelitian di
tiga lokasi di Waduk Cengklik di peroleh nilai COD antara 10,9 – 15,0
mgL, nilai tersebut berada dibawah 20 mgL atau berada dibawah batas nilai kondisi tercemar. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa
kualitas perairan di Waduk Cengklik dilihat dari parameter COD masih berada pada kondisi normal atau tidak tercemar.
d. DO Pada penelitian yang dilakukan yaitu pengukuran nilai DO dari
air waduk diperoleh nilai yang berbeda-beda dari masing stasiun atau titik lokasi pengambilan data. Untuk lokasi pertama yaitu pada lokasi
karamba memiliki nilai DO sebesar 3,4 kemudian untuk lokasi kedua yaitu pada enceng gondok diperoleh nilai DO sebesar 3,6 dan dilokasi
ketiga yaitu pada pada pemancingan memiliki nilai DO 3,2. Dari ketiga lokasi tersebut nilai DO paling tinggi berada pada lokasi enceng gondok
dengan nilai DO 3,6 dan nilai DO terendah pada lokasi pemancingan yaitu dengan nilai 3,2.
Semakin tinggi suhu pada suatu perairan maka kadar oksigen dalam perairan tersebut juga akan semakin rendah. Menurut Cole 1983
nilai DO normal pada perairan tawar dengan suhu 28 – 29
C adalah
7,83 – 7,69 mgliter. Konsentrasi minimum yang masih dapat diterima
sebagian besar spesies biota air adalah 5 ppm atau 5 mgliter, meskipun beberapa spesies biota air mampu bertahan hidup pada perairan dengan
konsentrasi oksigen 3 mgliter Kordi. 2010. Dari nilai tersebut maka dapat dilihat bahwa nilai DO pada
perairan Waduk Cengklik berada jauh di bawah nilai normal, sehingga dari parameter DO kualitas air di Waduk Cengklik berada pada kondisi
yang tidak normal atau kualitas yang kurang baik. e. Nitrat
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai nitrat yang berkisar antara 0,47
– 0,61 mgL dari ketiga stasiun atau lokasi pengambilan data. Pda lokasi karamba memiliki nilai nitrat yang sama
dengan lokasi enceng gondok yaitu memiliki nilai 0,47 mgL. kemudian untuk lokasi berikutnya yaitu dilokasi pemancingan memiliki nilai nitrat
0,61 mgL, nilai tersebut lebih tinggi dari kedua nilai nitrat di kedua lokasi pengambilan data lainnya.
Menurut Lee eet al .1978 bahwa kisaran nitrat perairan berada antara 0,01
– 0,7 mgL. Sedangkan menurut effendi 2003 bahwa kadar nitrat nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
mgL, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mgL akan mengakibatkan eutrofikasi pengayaan yang selanjutnya menstimulir
pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat. Dari hasil penelitian yang diperoleh nilai nitrat berada diatas 0,2 mgL dengan begitu maka
nilai nitrat di perairan Waduk Cengklik tersebut dapat menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat. Kondisi Waduk
Cengklik dilihat dari parameter nitrat berada pada kondisi yang normal karena kisaran nilai nitrat suatu perairan berada diantara 0,01
– 0,7 mgL sedangkan nilai nitrat di Waduk Cengklik sendiri berada pada kisaran
0,47 – 0,61 mgL . Perkembangan tumbuhan air di lokasi waduk juga
berkembang pesat dimana tumbuhan enceng gondok yang semakin banyak di lokasi perairan tersebut.
f. Fosfat Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai fosfat yang
berbeda-beda dari masing-masing lokasi pengambilan data. Pada lokasi karamba diperoleh nilai fosfat 0,2360 mgL, lokasi enceng gondok
diperoleh nilai fosfat 0,3135 mgL dan untuk lokasi terakhir yaitu pada lokasi pemancingan diperoleh nilai fosfat 0,2814 mgL. Dari ketiga
lokasi tersebut nilai fosfat paling tinggi diperoleh pada lokasi enceng gondok.fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Fosfat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam sistem perairan
terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan Barus, 2004.
Menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu air kelas III kadar fosfat
1 mgL. Kadar fosfat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perairan mengalami keadaan eutrof sehingga
menjadi blooming dari salah satu jenis fitoplankton. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat lihat bahwa kadar fosfat di tiga lokasi pengambilan
data semuanya memiliki nilai fosfat kurang dari 1. Dengan begitu maka perairan di Waduk Cengklik berpotensi untuk terjadi blooming salah
satu jenis fitoplankton dan jenis-jenis fitoplankton yang banyak mendominasi perairan Waduk Cengklik adalah fitoplankton jenis
Nitzschia lorenziana dan Nitzschia vermicularis.Berdasarkan hasil
tersebut maka perairan waduk cengklik dilihat dari parameter fosfat berada pada kualitas yang kurang baik.
Tabel 4.7 Hubungan antara parameter fisika, kimia, dan nilai keanekaragamanFitoplankton
Parameter Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Suhu C° 29
28 29
Kekeruhan cm 29
28 28
Penetrasi Cahaya
Lux 29
28 28
DO mgL 3,4
3,6 3,2
BOD mgL 3,4
3,0 4,0
COD mgL 12,4
10,9 15,0
Fosfat mgL 0,2360
0,3135 0,2814
Nitrat mgL 0,47
0,47 0,61
pH 8,1
8,0 8,1
Nilai Keanekaragaman
2,038672 1,853521
1,632869 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai keanekaragman
fitoplankton oaing baik terdapat pada lokasi karamba. Dari ketiga lokasi pengambilan data lokasi karamba memiliki nilai parameter fisika yang paling
baik dibandingkan lokasi yang lain sedangkan untuk parameter kimia lokasi enceng gondok memiliki nilai yang paling baik diantara lokasi yang lain.
Walaupun lokasi enceng gondok memiliki nilai parameter kimia yang paling baik namun jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada stasiun lain
nilai yang diperoleh tersebut sama-sama masih dalam ambang batas normal. Nilai keanekaragaman fitoplankton yang diperoleh pada lokasi
karamba bisa lebih baik daripada lokasi enceng gondok dapat disebabkan oleh keberadaan enceng gondok itu sendiri. Keberadaan enceng gondok dapat
mengurangi penetrasi cahaya yang masuk ke badan perairan sehingga fitoplankton tidak dapat berfotosintesis dengan baik. Dengan terhalanginya
proses fotosintesis yang terjadi dilokasi enceng gondok maka nilai hasil
keanekaragamannya tidak lebih baik dari lokasi karamba. Untuk lokasi pemancingan dilihat dari hasil nilai parameter fisika dan kimia jelas memiliki
hasil nilai yang paling kurang baik sehingga sangat wajar jika pada lokasi pemancingan nilai keanekaragaman fitoplanktonnya paling rendah.
Parameter fisika dan kimia untuk kualitas perairan masih banyak yang belum diteliti oleh karena itu untuk penelitian lebih dapat dilakukan penelitian
untuk menguji parameter fisika dan kimia yang lain. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan di Waduk Cengklik lebih detail. Untuk
masyarakat berada di area waduk cengklik dan masyarakat yang memanfaatkan waduk cengklik diharapkan menjaga kelastarian waduk. Hal
tersebut bertujuan agar tidak terjadi pencemaran dan tidak terjadi kerusakan ekosistem
di Waduk
Cengklik.
65
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN
Hasil penelitian Keanekaragaman Fitoplankton di Waduk Cengklik dan Hubungannya dengan Kualitas Perairan, dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran
Biologi. Penelitian ini dapat diimplementasikan pada pembelajaran biologi kelas X smester II kurikulum 2013 yaitu pada bab keanekaragaman hayati dengan
kompetensi dasar 3.2 yang berisikan menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati gen, jenis, dan ekosistem di Indonesia.
Pada bab keanekaragaman hayati ini akan membahas materi tentang keanekaragaman hayati pada tingkat gen, jenis atau spesies dan tingkat ekosistem
baik flora maupun fauna yang dimana tingkat keanekaragaman hayati tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan abiotik.
Aplikasi dalam pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan kontekstual yang dimana konsep belajar tersebut membantu guru untuk mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami oleh siswa dan mendorong siswa untuk membuat suatu hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode diskusi, ceramah, dan tanya jawab. Model pembelajaran yang akan
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif dimana pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok. Dalam pembagian kelompok harus heterogen dimana dalam