pada kolom air, sedangkan zooplankton melakukan migrasi vertikal harian Jeffries and Mils, 1996.
2. Parameter air secara kimia
a. pH Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH yaitu
logaritma dari kepekatan ion-ion H hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan. Air murni H
2
O berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H
+
dan ion H
-
dalam konsentrasi yang sama konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air murni =
7. Semakin tinggi kosentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion OH- dan pH 7, perairan semacam ini bersifat asam.
Hal sebaliknya terjadi jika konsentrasi ion OH- yang tinggi dan pH 7, maka perairan bersifat alkalis basa. Perairan umum dengan
segala aktivitas fitosintesis dan respirasi organisme yang hidup didalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-karbonat.
Mackereth et al. 1989 berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbodioksida dan alkalinitas. Pada pH 5, alkalinitas
dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tiggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondiosida bebas. Larutan
yang bersifat asam pH rendah bersifat korosif Effendi, 2003. Nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4
– 9. Walaupun demikian, pada daerah hutan mangrove, pH dapat
mencapai nilai yang sangat rendah karena kandungan asam sulfat
pada tanah dasar tersebut tinggi. Karena nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negatif konsentrasi ion H
+
, maka yang harus diperhitungkan dalam menentukan rata-rata nilai pH rendah
bersamaan dengan rendahnya kandungan mineral yang ada dan sebaliknya. Dimana mineral tersebut digunakan sebagai nutrien di
dalam siklus produksi perairan dan pada umumnya perairan yang alkali adalah lebih produktif daripada perairan yang asam Kordi,
2010. b. Disolve Oxygen DO
Dilihat dari jumlahnya, oksigen O
2
adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang sangat banyak, yaitu
menempati urutan kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan, oksigen menempati
urutan teratas. Oksigen diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor
pembatas, sehingga bila ketersediannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota, maka segala aktivitas biota akan terhambat Kordi,
2010. Peningkatan suhu sebesar 1°C akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10 Brown, 1987. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut
hingga mencapai nol anaerob. Semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga
berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen dilaut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan
tawar Effendi, 2003. Perairan tawar, kadar oksigen terlarut berkisar antara 15
mgliter pada suhu 0°C dan 8 mgliter pada suhu 25°C, sedangkan di perairan laut berkisar antara 11 mgliter pada suhu 0°C dan 7 mg
liter pada suhu 25° McNeely et al., 1979. c. Biological Oxygen Demand
BOD Biological Oxygen Demand
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan
bahan-bahan organik di dalam air. Rendahnya nilai BOD menunjukkan sedikitnya jumlah bahan organik yang dioksidasi dan
semakin bersihnya perairan dari pencemaran limbah organik. Perairan dengan nilai BOD melebihi 10 mgl dianggap telah
mengalami pencemaran Effendi, 2000. Berdasarkan nilai BOD, Lee.Et. Al 1991 mengelompokkan kualitas perairan atas empat
yaitu tidak tercemar 3,0 ppm, tercemar ringan 3,0-4,9 ppm, tercemar sedang 4,9-15,0 ppm dan tercemar berat 15,0 ppm.
d. Chemical Oxygen Demand
COD Nilai
Chemical Oxygen Demand COD menunjukkan
jumlah oksigen total yang dibutuhkan di dalam perairan untuk mengoksidasi senyawa kimiawi yang masuk ke dalam perairan
seperti minyak, logam berat, maupun bahan kimiawi lain. Besarnya
nilai COD mengindikasikan banyaknya senyawa kimiawi yang ada di dalam perairan dan sebaliknya rendahnya nilai COD
mengindikasikan rendahnya senyawa kimiawi yang ada di dalam perairan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air bahwa kadar COD golongan III adalah sebesar 50 mgl.
e. Fosfat Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan Dugan, 1972. Fosfat terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk
ke dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama air hujan masuk ke sistem perairan Barus, 2004.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang baku mutu air kelas III kadar fosfat ≤ 1 mgL. Kadar fosfat yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan perairan mengalami keadaan eutrof sehingga menjadi bloming dari salah satu jenis fitoplankton yang
mengeluarkan toksin. Kondisi seperti itu bisa merugikan hasil kegiatan perikanan pada daerah perairan Wibisono, 2005. Hlm :66.
f. Nitrat Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Menurut Lee et al, 1978 bahwa kisaran nitrat di perairan berada
antara 0,01-0,7 mgl sedangkan menurut Effendi 2003 bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1
mgl, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mgl akan mengakibatkan
eutrofikasi pengayaan
yang selanjutnya
menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat.
E. Baku Mutu Air