PENGUKURAN KINERJA LANDASAN TEORI

c. Untuk menjamin bahwa public goods and services disediakan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta, misalnya perusahaan transportasi, rumah sakit, sekolah, dan perusahaan jasa lainnya yang menyediakan layanan yang serupa. d. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa karena adanya perbedaan agama maupun suku. e. Untuk melindungi hak dan kemerdekaan masyarakat dengan menetapkan peraturan perundangan yang kuat dan jelas.

B. PENGUKURAN KINERJA

1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Manajer sering kali tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga sebuah perusahaan instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot. Berikut ini adalah pengertian kinerja menurut para ahli: “Kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” Mangkunegara, 2000 “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan” Cushway, 2002 “Kinerja performance adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi” Mahsun, 2006 “ merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan” Rivai, 2004 Sedangkan pengukuran kinerja performance measurement menurut Robertson seperti dikutip oleh Mahsun 2006:25 yaitu “Suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan”. Sementara menurut Lohman 2003, “Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Menurut Whittaker BPKP, 2000 menjelaskan bahwa, “Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. 2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja seorang karyawan mempengaruhi kinerja sebuah tim dalam sebuah perusahaan atau instansi. Oleh karena itu mengetahui kinerja dari karyawan dan kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk evaluasi dalam pelaksanaan program suatu perusahaan atau instansi. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan menurut Mangkunegara 2000 adalah sebagai berikut: a. Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan ability pegawai Faktor ini terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan realita pendidikan. Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. b. Faktor motivasi Faktor ini terbentuk dari sikap attiude seorang pegawai dalam menghadapi situasi situasion kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. c. Sikap mental Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. Mc Cleland seperti dikutip oleh Mangkunegara 2001:68, berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. d. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja kinerja dengan predikat terpuji. Mc. Cleland seperti dikutip oleh Mangkunegara 2001:68 mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : a. Memiliki tanggung jawab yang tinggi b. Berani mengambil risiko c. Memiliki tujuan yang realistis d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan e. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan f. Mencari kesempatan Untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan Menurut Gibson 1987 ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja : a. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang b. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja c. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan reward system 3. Tujuan Penilaian Kinerja Menurut Alwi 2001:187, secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Untuk yang bersifat evaluation maka penilai harus menyelesaikan: a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi b. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan : a. Prestasi riil yang dicapai individu b. Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja c. Prestasi- pestasi yang dikembangkan Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja menurut Mardiasmo 2002:122 yaitu: a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik top down dan bottom up b. Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional. 4. Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Mardiasmo 2002:122, penilaian kinerja memiliki manfaat berikut ini: a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman reward and pusnishment secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimoinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif 5. Informasi yang Digunakan untuk Penilaian Kinerja Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan oleh sektor publik lebih banyak bersifat intangible output maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk menilai kinerja sektor publik. Oleh karena itu perlu digunakan penilaian kinerja nonfinasial. Berikut ini informasi yang digunakan untuk penilaian kinerja menurut Mardiasmo 2002:123-124: a. Informasi Finansial Penilaian laporan kinerja finansial dapat diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians selisih atau perbedaan antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Secara garis besar, analisis varians berfokus pada: 1 Varians Pendapatan Revenue Variance 2 Varians Pengeluaran Expenditure Variance a Varians belanja rutin Recurrent Expenditure Variance b Varians belanja investasimodal Capital Expenditure Variance Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah. b. Informasi Nonfinansial Penggunaan analisis varians saja terkadang dianggap belum cukup untuk menilai kinerja karena dalam analisis varians masih terdapat keterbatasan. Untuk menyempurnakan penilaian kinerja maka informasi nonfinansial dapat digunakan sebagai tolok ukur lainnya. Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajeman. Teknik penilaian kinerja yang komprehensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi yaitu dengan Balanced Scorecard. Pengukuran dengan metode Balanced Scorecard ini melibatkan 4 empat aspek, yaitu: 1 Perspektif Finansial Financial Perspective Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return on investment, operating income, dan cash flow. 2 Perspektif Kepuasan Pelanggan Customer Perspective Perspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention, customer profitability, dan market share 3 Perspektif Efisiensi Proses Bisnis Internal Internal Process Efficiency Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang menjadi kebutuhan pelanggan. 4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Learning and Growth Perspective Perspektif ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain yang perlu diperbaharui. 6. Kendala Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan megukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian tujuan melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, atau suatu proses. Pada organisasi swasta, ukuran kinerja ini berupa tingkat laba. Namun organisasi sektor publik tidak bisa menggunakan ukuran tersebut untuk menilai keberhasilan organisasi karena memang tujuan utama organisasi sektor publik bukan memperoleh laba melainkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, output organisasi sektor publik umumnya bersifat intangible dan indirect menjadi kendala tersendiri dalam melakukan pengukuran kinerja. Berikut ini beberapa kendala pengukuran kinerja organisasi sektor publik menurut Mahsun 2006:21-22 yaitu: a. Tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba Kinerja organisasi sektor publik tidak bisa dinilai hanya berdasar rasio-rasio keuangan karena sebenarnya organisasi ini tidak pernah ada net profit karena memang bukan profit oriented. b. Sifat output adalah kualitatif, intangible, dan indirect Pada umumnya output organisasi sektor publik tidak berwujud barang atau produk fisik tetapi berupa pelayanan. Sifat pelayanan ini cenderung kualitatif, intangible, dan indirect sehingga sulit diukur. c. Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung discretionary cost center Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban, organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas yang harus diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban responsibility centers. Karakteristik input biaya yang terjadi sebagian besar tidak bisa ditelusur atau dibandingkan secara langsung dengan outputnya sebagaimana sifat biaya kebijakan discretionary cost. Hal ini menyebabkan sulitnya ditetapkan standar bagi tolok ukur produktivitas. Tentu berbeda dengan departemen produksi perusahaan manufaktur swasta yang merupakan pusat biaya teknik engineered cost centers dimana pengukuran produktivitasnya bisa diukur dengan standar tertentu karena bisa ditelusur atau dibandingkan secara langsung antara input dengan outputnya. d. Tidak beroperasi berdasar market forces sehingga memerlukan instrument pengganti mekanisme pasar Organisasi sektor publik tidak beroperasi sebagaimana pasar persaingan sempurna sehingga tidak semua output yang dihasilkan tersedia di pasar secara bersaing. Oleh karena tidak ada pembanding yang independen maka dalam mengukur kinerja diperlukan instrument pengganti mekanisme pasar. e. Berhubungan dengan kepuasan pelanggan masyarakat Organisasi sektor publik menyediakan jasa pelayanan bagi masyarakat yang sangat homogen. Mengukur kepuasan masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan harapan yang beraneka ragam tidaklah mudah untuk dilakukan.

C. INDIKATOR KINERJA