C. INDIKATOR KINERJA
1. Pengertian Indikator Kinerja Definisi indikator kinerja menurut BPKP seperti dikutip oleh
Mahsun 2006:71 yaitu “Ukuran kuantitatif danatau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan. Sementara menurut Lohman seperti dikutip oleh Mahsun 2006:71, “Indikator Kinerja performance indicators adalah
suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara
kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi”. Jadi jelas bahwa
indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam
ukuran-ukuran tertentu. 2. Syarat Indikator Kinerja yang Ideal
Dalam menentukan indikator kinerja terkadang bisa berbeda- beda tergantung jenis organisasinya. Meskipun demikian, terdapat
persyaratan umum untuk mewujudkan suatu indikator yang baik dan ideal. Berikut ini merupakan syarat untuk indikator yang baik dan ideal
dalam pengukuran kinerja menurut Moeheriono 2012:34-35: a. Spesifik dan Jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada
kemungkinan kesalahan interpretasi arti.
b. Measureable, dapat diukur dan jelas ukuran yang digunakan, baik kuantitatif maupun kualitatif, dan dapat menunjukkan keberhasilan
masukan, keluaran, hasil, manfaat, dampak, dan proses. c. Attributable, indikator kinerja yang dibuat harus bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. d. Fleksibel dan Sensitif terhadap perubahan sewaktu-waktu atau
penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan. e. Efektif, indikator ini mengukur derajat kesesuaian output yang
dihasilkan dalam menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Indikator mengenai efektivitas ini menjawab pertanyaan mengenai apakah
kita melakukan sesuatu yang sudah benar are we doing the right things?
f. Efisien, indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses
menghasilkan output dengan menggunakan biaya serendah mungkin. Indikator ini menjawab pertanyaan mengenai apakah kita
melakukan sesuatu dengan benar are we doing things right? g. Consistency, digunakan untuk merumuskan indikator kinerja harus
konsisten, tidak berubah-ubah baik antara periode waktu tertentu maupun pada antarunit organisasi.
h. Comparability, setiap indikator kinerja seharusnya memiliki daya banding secara layak dan tepat diantara indikator yang lain.
i. Clarity, setiap indikator kinerja harus sederhana, dapat
diidentifikasikan secara jelas dan mudah dimengerti dan dipahami atau tidak bertele-tele pada seluruh anggota organisasi.
j. Controllability, pengukuran kinerja misalnya terhadap seorang
manajer pertimbangannya harus berdasarkan pada wilayah atau departemen yang dapat dikendalikannya.
k. Contingency, merumuskan indikator kinerja pertimbangannya bukan variabel yang independen dari lingkungan internal dan
ekternal saja tetapi struktur organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan eksternal harus
dipertimbangkan dalam perumusan indikator kinerja. l.
Comprehensiveness, merumuskan indikator kinerja harus dapat merefleksikan semua aspek perilaku yang cukup penting untuk
pembuatan keputusan manajerial. m. Boundedness, merumuskan indikator kinerja harus difokuskan
pada faktor-faktor utama yang merupakan perwujudan dan keberhasilan visi misi organisasi.
n. Relevance, merumuskan indikator kinerja membutuhkan indikator spesifik sehingga relevan dengan indikator lainnya dan untuk
kondisi dan kebutuhan tertentu. o. Feasibility, target-target yang dipergunakan sebagai dasar
perumusan indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat dicapai.
p. Timely, indikator kinerja yang sudah ditetapkan harus dikumpulkan datanya dan dilaporkan tepat pada waktunya sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. q. Efektif Data dan Informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja
yang bersangkutan dan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.
3. Jenis Indikator Kinerja Pemerintah Daerah Jenis indikator kinerja di pemerintah daerah berbeda dengan
indikator kinerja pada organisasi swasta. Berikut ini jenis indikator kinerja menurut Mahsun 2006:77-78 yaitu:
a. Indikator Masukan Input Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran
dana, sumber daya manusia, peralatan, material dan masukan lain yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan
meninjau distribusi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat pula
digunakan untuk perbandingan benchmarking dengan lembaga- lembaga relevan.
b. Indikator Proses Process Dalam proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan baik dari
segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan
kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan
organisasi. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan yang dimaksud dengan
ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang telah
ditentukan. c. Indikator Keluaran Output
Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau nonfisik.
Indikator atau tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran
yang dihasilkan
dari suatu
kegiatan. Dengan
membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator
keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang
terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.
Misalnya untuk kegiatan yang bersifat penelitian, indikator kinerja berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah.
d. Indikator Hasil Outcomes Indikator
hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah efek
langsung. Pengukuran indikator hasil yang seringkali rancu dengan indikator keluaran. Indikator ini lebih utama dari sekedar
output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome
menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator
ini organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya dan memberikan keguanaan yang besar bagi masyarakat banyak.
e. Indikator Manfaat Benefit Indikator manfaat adalah sesuatu yang berkaitan dengan tujuan
akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
Indikator manfaat
menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian,
khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator ini menunjukkan hal yang diharapkan dapat diselesaikan dan berfungsi
dengan optimal tepat lokasi dan waktu. f.
Indikator Dampak Impact Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif.
Sementara itu, menurut Palmer seperti dikutip oleh Mahsun 2006:78-79, jenis indikator kinerja pemerintah daerah antara lain:
a. Indikator biaya misalnya biaya total, biaya unit b. Indikator produktivitas misalnya jumlah pekerjaan yang mampu
dikerjakan pegawai dalam jangka waktu tertentu c. Tingkat penggunaan misalnya sejauh mana layanan yang tersedia
digunakan d. Target waktu misalnya waktu rata-rata yang digunakan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaan e. Volume pelayanan misalnya perkiraan atas tingkat volume
pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai f.
Kebutuhan pelanggan jumlah volume pelayanan yang disediakan dibandingkan dengan volume permintaan yang potensial
g. Indikator kulaitas pelayanan h. Indikator kepuasan pelanggan
i. Indikator pencapai tujuan
4. Langkah-langkah Penyusunan Indikator Kinerja Terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk
menyusun dan menetapkan indikator kinerja dalam kaitannya dengan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Menurut BPKP seperti dikutip oleh Mahsun 2006:79, langkah penyusunan indikator kinerja adalah sebagai berikut:
a. Susun dan tetapkan rencana strategis lebih dahulu visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran, strategi, program, anggaran
b. Identifikasi datainformasi
yang dapat
dijadikan atau
dikembangkan menjadi indikator kinerja. Dalam hal ini datainformasi yang relevan, lengkap, akurat, dan kemampuan dan
kita tentang bidang yang akan dibahas akan banyak menolong kita untuk menyusun dan menetapkan indikator kinerja yang tepat dan
relevan. c. Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan
berengaruh terhadap
keberhasilan pelaksanaan
kebijakanprogramkegiatan.
30
BAB III METODE PENELITIAN