5. Pembuatan cuplikan 6. Waktu pengembangan
7. Metoda deteksi dan identifikasi Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.2 Alat dan Teknik
Metode penurunan. Alat yang pokok adalah berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat yang di atasnya ditutup untuk mencegah
penguapan dari pelarut. Metode penaikan. Bejana yang digunakan untuk kromatografi penaikan
sama seperti untuk kromatografi penurunan, tetapi pelarut diletakkan di bagian bawah dari bejana, dan kertas dicelupkan di atasnya.
Metode mendatar. Dalam cara ini kertas dibentuk bulat di tengahnya diberi lubang sebagai tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat baik dari
gulungan kertas atau dari benang dimana melalui ini pelarut dapat naik yang kemudian membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa
senyawa yang dipisahkan Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.3 Kertas
Pekerjaan mula-mula dalam kromatografi kertas dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatmann No. 1 dan hingga sekarang masih dipakai.
Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Sedangkan fungsi dari kertas sendiri sangat kompleks. Efek-efek serapan
disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil di mana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus karboksil dalam selulosa dapat
menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion Sastrohamidjojo, 1985.
Tabel 2.3 Macam-macam Kertas Kromatografi
Kecepatan aliran Cepat
Sedang Lambat
Kertas-kertas tipis
No. 4 No. 54
No. 540 No. 7
No. 1 No. 2
No. 20
Kertas-kertas tebal
No. 31 No. 17
No. 3 No. 3 MM
Sastrohamidjojo, 1985. Kertas saring Whatman No.1 biasanya dipotong-potong menjadi beberapa
carik dan cuplikan ditotolkan pada salah satu ujung carik itu. Kromatogram dapat dikembangkan dengan cara menaik atau menurun. Untuk cara menaik, kertas
digantungkan pada penggantung berbentuk kail yang dipasang pada penutup bejana kromatografi. Pelarut berada di dasar bejana dan kertas dicelupkan ke
dalam pelarut di dalam wadah dan diberati dengan batang kaca supaya tetap pada tempatnya. Lembaran kertas diangkat, dikeringkan, dan ditampakkan dengan cara
yang sama seperti lapisan tipis Gitter, 1991.
2.4.4 Pelarut-Pelarut
Beberapa campuran pelarut dapat dilihat dalam daftar berikut:
Tabel 2.4 Pelarut-pelarut untuk Kromatografi Kertas Pemisahan
Pelarut Perbandingan
Asam-asam amino fenolair
n-butanolas.cukaair n-butanolas.cukaair
n-bu OHpiridinair Larutan jenuh
4 : 1 : 5 12 : 3 : 5
1 : 1 : 1 Karbohidrat gula
etil asetatpiridinair etil asetatn-PrOHair
etil asetatas.cukaair 2 : 1 : 2
6 : 1 : 3 3 : 1 : 3
Asam-asam lemak n-butanol1,5 M NH
3
Larutan jenuh Fe, Cl, Br, I
garam-garam Na Piridinair
90 : 10 Hg, Pb, Cd, Cu, Bi
klorida-klorida n-butanol3 M HCl
Larutan jenuh Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.5 Cara Pembuatan Cuplikan Pada Kertas
Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang berupa noda. Biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan.
Noda sebaiknya dibiarkan kering dalam udara, tetapi bila mungkin dapat dikeringkan dengan menggunakan udara panas, terutama jika larutan bersifat
asam, karena ia dapat menyebabkan kertas menjadi hitam Gritter, 1991. Harus dicegah penempatan larutan terlalu banyak. Karena kelebihan setiap
komponen akan menyebabkan tidak akan tercapainya kesetimbangan partisi selama bergerak, hingga akan mengakibatkan terjadinya kedudukanlokasi yang
kabur. Ada beberapa cara pembuatan noda. Salah satu cara adalah dengan menggunakan gelas kapiler dengan diameter yang sama, di mana cara ini yang
sering digunakan. Sedangkan cara yang lain dapat menggunakan alat penyuntik Sastrohamidjojo, 1985.
2.4.6 Identifikasi dari Senyawa-senyawa