Pembuatan Larutan Sampel Analisis data Secara Statistik

23 dimasukkan ke dalam tanur dan diabukan selama 1 jam dengan suhu 500°C, kemudian didinginkan Isaac, 1988.

3.10. Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 10 mL HNO 3 1:1, lalu dituangkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda Isaac, 1988. Kemudian disaring dengan Kertas Whatmann No. 42. Sebanyak 5 mL filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk analisis kuantitatif. 3.11. Pemeriksaan Kuantitatif 3.11.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi Larutan baku besi 1000 mcgmL dipipet sebanyak 2 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata konsentrasi 20 mcgmL. Larutan untuk kurva kalibrasi besi dibuat dengan memipet 2,5, 5, 7,5, 10, dan 12,5 mL larutan baku 20 mcgmL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata Larutan ini mengandung 1,0, 2,0, 3,0, 4,0, dan 5,0 mcgmL dan diukur pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.11.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium 1000 mcgmL dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata konsentrasi 50 mcgmL. Universitas Sumatera Utara 24 Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 1, 2, 3, 4, dan 5 mL larutan baku 50 mcgmL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata Larutan ini mengandung 2,0, 4,0, 6,0, 8,0, dan 10,0 mcgmL dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.11.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium 1000 mcgmL dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, dan dicukupkan hingga garis tanda denga n akua demineralisata konsentrasi 50 mcgmL. Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet 1, 2, 3, 4, dan 5 mL larutan baku 50 mcgmL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata Larutan ini mengandung 2,0, 4,0, 6,0, 8,0, dan 10,0 mcgmL dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.11.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku magnesium 1000 mcgmL dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata konsentrasi 10 mcgmL. Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet 1, 2, 3, 4, dan 5 mL larutan baku 10 mcgmL, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata Larutan ini mengandung 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, dan 1,0 mcgmL dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Universitas Sumatera Utara 25

3.12 Penetapan Kadar Besi, Kalium, Kalsium, dan Magnesium dalam

Sampel 3.12.1 Penetapan Kadar Besi Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm. Absorbansi yang diperoleh sebaiknya berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.12.2 Penetapan Kadar Kalium

Diperlukan pengenceran larutan sampel agar nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.12.3 Penetapan Kadar Kalsium

Diperlukan pengenceran larutan sampel agar nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan Universitas Sumatera Utara 26 atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.12.4 Penetapan Kadar Magnesium

Diperlukan pengenceran larutan sampel agar nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 285,2 nm. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Kadar besi, kalium, kalsium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Kadar mcgg = Konsentrasimcg mL ⁄ x Volume mL x Faktor pengenceran Berat sampel g 3.13. Validasi 3.13.1 Simpangan Baku Relatif Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang beragam. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah: Universitas Sumatera Utara 27 RSD = SD ẋ x 100 Keterangan: ẋ = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation Simpangan Baku Relatif

3.13.2 Uji Perolehan Kembali Recovery

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan baku standard addition method. Dalam metode ini, kadar logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan baku dengan konsentrasi tertentu Ermer dan McB. Miller, 2005. Bunga kecombrang yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 10 gram, lalu ditambahkan 1 ml larutan baku besi, 10 ml larutan baku kalium, 10 ml larutan baku kalsium, dan 10 ml larutan baku magnesium kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: = Jumlah logam setelah ditambah baku - Jumlah logam dalam sampel awal Kadar larutan baku yang ditambahkan x

3.13.3 Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi

Limit of Quantitation Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi Universitas Sumatera Utara 28 merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: S y x ⁄ = √ Σ Y-Yi n- Batas Deteksi LOD = 3 x S y x ⁄ slope Batas Kuantitasi LOQ = 10 x S y x ⁄ slope

3.14 Analisis data Secara Statistik

Menurut Sudjana 2005, kadar besi, kalium, kalsium, dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus: SD = √ Σ xi−ẋ 2 n−1 Keterangan : xi = Kadar sampel ẋ = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perulangan Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = x-ẋ SD √n ⁄ dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan λ5, α = 0,05, dk = n-1, dapat digunakan rumus : Universitas Sumatera Utara 29 Kadar logam μ = ẋ ± tα2, dk x SD√n Keterangan: ẋ = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat Kebebasan dk = n-1 α = Interval Kepercayaan n = Jumlah Perulangan Universitas Sumatera Utara 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kuantitatif 4.1.1 Kurva Kalibrasi Besi, Kalium, Kalsium, dan Magnesium Kurva kalibrasi besi, kalium, kalsium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar pada panjang gelombang masing- masing yaitu 248,3 nm untuk besi, 766,5 nm untuk kalium, 422,7 untuk kalsium, dan 285,2 nm untuk magnesium. Dari pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y= 0.01602X + 0,00025 untuk besi, Y= 0,0368X + 0,0016 untuk kalium, Y= 0,02696X - 0,0023 untuk kalsium, dan Y= 0,33415X – 0,0023 untuk magnesium. Kurva kalibrasi larutan standar besi, kalium, kalsium, dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.4. Gambar 4.1 . Kurva Kalibrasi Seri Larutan Standar Besi untuk Penetapan Kadar Besi r = Conc. mcgml r = 0.9999 Universitas Sumatera Utara