BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pertumbuhan Industri di Indonesia berkembang semakin pesat dengan kemajuan teknologi yang canggih khususnya perkembangan teknologi alat – alat untuk industri
seperti indutri karet.Indsutri karet berkembang dengan seiring banyaknya permintaan dari konsumen baik dalam maupun luar negeri. Barang yang diproduksi dari bahan
baku karet seperti perlengkapan untuk olahraga, pakaian, peralatan dan perabotan rumah tangga maupun untuk industri yang bergerak dibidang lainnya. Karet
merupakan komoditi devisa Negara terbesar karena banyaknya barang yang dapat diproduksi dari bahan baku karet. Karet yang digunakan untuk produksi biasanya
mengandung kadar karet kering KKK 60.
Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang barang jadi karet adalah PT.Industri Karet Nusantara. Barang yang diproduksi merupakan dari bahan baku lateks pekat
yang telah diberi tambahan bahan kimia yang disebut Compound. Perusahaan ini terbagi atas dua yaitu :
1. RAF Rubber article factory merupakan pabrik yang mengolah compound
menjadi barang jadi karet seperti perlengkapan di pelabuhan doc fender, dan perlengkapan pabrik.
Universitas Sumatera Utara
2. RTF Rubber thread factory merupakan pabrik yang mengolah lateks pekat
menjadi compound dan kemudian diolah lebih lanjut menjadi benang karet.
Benang karet yang dihasilkan harus memenuhi standard baik dari perusahaan maupun dari order pelanggan. Pembuatan benang karet melalui beberapa tahapan dan setiap
tahap memerlukan waktu yang telah ditetapkan. Sebelum bahan baku lateks pekat dijadikan compound harus diperiksa dahulu di laboratorium kendali mutu chemical
laboratory dengan beberapa parameter yaitu kadar air DRC, TSC, MST, pH, VPA, KOH No, Alkalinitas NH
3
, Viskositas dan Densitas. Namun untuk Viskositas, Densitas tidak di uji karena telah mengikuti standard dari pabrik yang mengirim bahan
baku Lateks pekat ke pabrik benang karet. Setelah lateks pekat dianalisa dengan parameter yang telah ditetapkan lateks tersebut ditambahkan bahan kimia yang
bersifat tidak aktif atau disebut dengan compound in active. Jika compound siap untuk diolah menjadi benang karet maka compound in active tersebut ditambahkan bahan
kimia aktifactivator sehinga menjadi compound active.
Untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas dan dapat bersaing dipasaran maka pabrik benang karet menetapkan kendali mutu baik itu pada bahan baku dan
sampai hasil benang karet itu sendiri. Salah satu kendali mutu yang ditetapkan ialah pada compound yaitu Swelling indeks compound, dimana parameter ini berpengaruh
terhadap sifat fisik benang karet yang dihasilkan yaitu tahanan putus Resistance at break. Pada produk benang karet yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik
karena tidak mudah putus dan mempunyai tingkat elastisitas yang tinggi, sehingga penetapan nilai Swelling sangat berpengaruh terhadap kualitas benang karet yang
diproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul
yaitu :“ Pengaruh Swelling Indeks Compound Pada Unit CCST Terhadap Tahanan Putus
Resistance at Break Pada Pembuatan Benang Karet Count 42 NS 40 PT. IKN” .
1.2 Permasalahan