BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lateks
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia.Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil
getah ini.lateks tak hanya diusahakan oleh perkebunan – perkebunan besar milik Negara yang memiliki areal mencapai ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh
swasta dan rakyat.
Sejarah mengenai lateks alam bermula ketika Christoper Columbus menemukannya pada tahun 1493. Kegunaannya mulai dikenal manusia ketika Goodyear dan Hancock
menemukan proses vulkanisasi dalam tahun 1840. Terdapat lebih dari 2000 spesies tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung Poliisoprena, tetapi hanya
Havea Brasiliensis saja yang bernilai komersil.Havea Brasiliensis berasal dari Lembah Amazon di Amerika Selatan, lalu diperkenalkan ke Asia Tenggara tahun
1877. Kebutuhan karet meningkat sejak tahun 1900 karena penggunaan banpneumatic pada kendaraan bermotor.
Lateks alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang.
Universitas Sumatera Utara
Lateks adalah jenis bahan bakuyang digunakan untuk menghasilkan berbagai produk seperti ban kendaraan, selang karet, tapak sepatu, suku cadang kendaraan, tikar karet
dan lain – lain. Pembuatan produk – produk karet tersebut memerlukan pengetahuan dalam bidang sains, teknologi dan rekayasa.Produk – produk karet hanya dapat
dihasilkan setelah lateks mentah diproses dengan prosedur tertentu sehingga memiliki
bentuk fisik dan sifat – sifat akhir yang diperlukanMorton, M.1987.
2.2 Pembuatan Lateks pusingan
Lateks pusingan centrifuged lateks juga membutuhkan penambahan gas amoniak pada lateks kebun seperti pada pembuatan creamed lateks, tetapijumlah yang
ditambahkan sedikit, cukup 2 – 3 g gas amoniak untuk setiap liter lateks.
Lateks yang telah diberi gas amoniak dibawa ke pabrik atau tempat pengolahan. Di sini lateks disaring dan dikumpulkan dalam tangki atau bejana dan diukur volume
serta kadar keringnya. Kadar amoniak diukur dengan titrasi memakai asam klorida.Bila ternyata jumlah gas amoniak yang ditambahkan pada lateks kebun kurang
dari jumlah yang seharusnya, maka penambahan harus segera dilakukan.
Selain baunya yang menyengat amoniak yang berlebihan akan terbawa dalam lateks skim. Asam untuk pembekuan letaks encer ataulateks skim akan diperlukan lebih
banyak untuk mengatasinya dan akan terjadi pula penghamburan gas amoniak.
Kadar karet kering yang diinginkan untuk hasil lateks pusingan adalah 60, namun kadarnya bisa turun 1 – 2 padaproses produksi. Penambahan amoniak dan
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan sering juga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar karet kering. Oleh karena itu, kadar karet kering hasil biasanya dibuat 62 untuk mengatasi
penurunan tersebut.
Proses pemusingan memisahkan lateks kebun menjadi dua bagian yang berlainan. Lateks pekat atau creamakan keluar dari bagian atas dan lateks encer atau skim akan
keluar dari bagian bawah.
Penambahan gas amoniak memungkinkan lateks pekat tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama.Pengangkutan lateks di pabrik biasanya dilakukan dengan tekanan
udara yang lebih rendah dari normal. Selain dengan cara di atas, lateks pekat juga bisa dibuat dengan cara penguapan evaporated, penyaringan, tekanan dialisis dan
elektroda dekantasiTim Penulis PS, 1999.
Getah karet mengandung lateks, dengan menggunakan penguapan pada lateks, maka air yang terkandung akan hilang dan dengan panambahan asam akan didapatkan karet
alam. Karet alam adalah polimer dari hidrokarbon isoprene C
5
H
8
, karet alam pelarut relatif terbatas karena kepekaannya terhadap oksidasi dan resistansinya terhadap suhu
adalah rendah dan pemakaian dalam waktu lama akan retak-retak dan mudah putus. Untuk menaikkan kemampuannya, maka karet alam perlu divulkanisasi, yaitu dengan
memanasi dan menambahkan sulfurpada karet alam tersebut. Dengan menambahkan sulfur 1 hingga 3 akan membuat karet menjadi lunak dan sangat elastis.Sedangkan
jika ditambah ± 25 sulfur, maka karet akan menjadi keras.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu perlu bahan pengisi seperti karbon putihwhite carbon. Sedangkan sebagai pelunak untuk memperbaiki sifat karet yaitu dengan menggunakan asam
stirik, paraffin, vaselin atau bitumen. Untuk bahan penguat digunakan seng, kaolin atau karbon. Kemampuan isolasi karet mentah murni lebih tinggi dibandingkan
dengan karet yang sudah divulkanisasi. Resistifitas karet berkisar antara 10
14
hingga 10
15
Ω cm dan tan δ pada frekuensi 50 Hz berkisar antara 0,01 hingga 0,03 dan permitivitas
ε antara 2,5 hingga produksi karet alam Indonesia terbesar ke-2 setelah Thailand, tetapi di Indonesia penelitian tentang karet masih minim sehingga
pengolahan dengan bahan karet masih terbatas.
Kondisi pembuatan part karet sekarang ini dalam proses vulkanisasi kebanyakan dengan menggunakan pemanasan kompor atau api. Dilihat dari segi pengaruh proses
pengepresannya mengenai variasi suhu, waktu dan tekanan tidak terkontrol dengan baik karena dalam prosesnya secara manual, sehingga hasil dimensi yang didapat
kurang bagushttp:etd.eprints.ums.ac.id79671D200030137.
2.3 Pengolahan Lateks Pekat menjadi Compound