Objek Hak Tanggungan HAK TANGGUNGAN MENURUT PERATURAN PERUNDANG-

kalah pentingnya adalah hambatan karena ketentuan yang berlaku kurang memberikan kepastian hukum. Pada pelaksanaan putusan yang isinya untuk memenuhi prestasi yang berupa perbuatan sering timbul masalah dalam menilai kepentingan yang akan diperoleh kreditur dengan uang dari barang berupa beras dan gula Lebih-lebih kalau prestasinya itu berupa pembayaran sejumlah uang yang tidak jelas jumlahnya. Hal ini menimbulkan berbagai pendapat dan penafsiran sehingga sering menyulitkan pelaksanaanya. Pada dasarnya para debitur tidak menginginkan barang jaminan berupa beras dan gula atau benda-benda lainnya dilelang oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN. Mereka tetap menginginkan supaya barang jaminan tidak dijual dan mereka tetap berharap supaya penbayaran hutang-hutangnya dapat diperpanjang. Walaupun dari pihak perbankan ataupun lembaga keuangan non bank telah melakukan somasi beberapa kali kepada debitur, namun mereka tetap tidak melaksanakan prestasinya tepat pada waktunya. Apabila hal itu tetap tidak diindahkan oleh debitur, lembaga perbankan, khususnya perbankan yang modal milik pemerintah sebanyak 51 lima puluh satu persen dan lembaga keuangan non bank mengajukan hal tersebut kepada Kantor Pelayanan Piutang Lelang Negara KP2LN.

B. Objek Hak Tanggungan

Pengertian jaminan fidusia menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya sehingga hal tersebut menjadi objek hak tanggungan. Dengan demikian bahwa dari pengertian diatas ada beberapa prinsip utama dari jaminan fidusia menurut Munir Fuady, antara lain: 25 1. Bahwa secara riil, pemegang fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang jaminan saja, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya 2. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada wan prestasi dari pihak debitor 3. Apabila hutang sudah dilunasi, maka objek jaminan fidusia harus dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia 4. Jika hasil penjualan barang fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia. Berdasarkan pengertian jaminan fidusia diatas maka hak jaminan berupa objek yang dapat dibebani secara fidusia adalah benda bergerak baik berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap penguasaan pemberi fidusia. Pada Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan menjelaskan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan. Selain hak-hak atas tanah sebagimana yang dimaksud pada Pasal 4 ayat 1 tersebut, Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan 25 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 4. menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan. Hal tersebut terdapat dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada maupun yang akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan. Apabila bangunan, tanaman, dan hasil karya sebagaimana dengan yang dimaksudkan diatas tidak memiliki oleh pemegang hak atas tanah, pembebanan Hak Tanggungan atas benda-benda tersebut hanya dapat dilakukan dengan penandatanganan serta pada Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan oleh pemiliknya atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya dengan akta otentik. 26 Pada Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Hak Tanggungan menjelaskan bahwa suatu objek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak Tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang dan apabila suatu objek Hak Tanggungan, peringkat masing-masing Hak Tanggungan ditentukan menurut tanggal pendaftarannya pada Kantor Pertanahan. Ada pula beberapa prinsip utama yang terdapat dalam jaminan fidusia yakni sebagai berikut : 27 1. Pemegang fidusia berfungsi sebagai jaminan bukan sebagai pemilik sebenarnya 26 Pasal 4 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tantang Hak Tanggungan. 27 Munir Fuady, Op. Cit, hal. 151. 2. Pemegang fidusia berhak untuk mengeksekusi barang jaminan jika ada wanpestasi dari debitor 3. Objek jaminan fidusia wajib dikembalikan kepada pemberi fidusia jika hutang sudah dilunasi 4. Jika hasil eksekusi barang fidusia melebihi jumlah hutang, maka sisanya harus dikembalikan kepada pemberi fidusia Pemberi fidusia dilakukan dengan Constitutum Possessorium yang artinya penyerahan kepemilikan benda tanpa menyerahkan fisik benda sama sekali. Secara umum ada beberapa asas yang berlaku bagi hak jaminan, baik gadai, hipotik, hak tanggungan maupun fidusia. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, asas-asas tersebut adalah sebagai berikut: 28 1. Hak jaminan memberikan kedudukan yang didahulukan bagi kreditor pemegang hak jaminan terhadap para kreditor lainnya. 2. Hak jaminan merupakan hak accesoir terhadap perjanjian pokok yang dijamin tersebut. Perjanjian pokok yang dijamin itu ialah perjanjian utang- piutang antara kreditor dan debitor. Artinya, apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka perjanjian hak jaminan demi hukum berakhir pula. 3. Hak jaminan memberikan hak separatis bagi kreditor pemegang hak jaminan itu. Artinya, benda yang dibebani dengan hak jaminan itu bukan merupakan harta pailit dalam hak debitor dinyatakan pailit oleh pengadilan. 4. Hak jaminan merupakan hak kebendaan. Artinya, hak jaminan itu akan selalu melekat diatas benda tersebut atau selalu mengikuti benda tersebut kepada siapapun juga benda beralih kepemilikannya. Sifat kebendaan dari hak jaminan diatur dalam Pasal 528 KUHPerdata. 5. Kreditor pemegang hak jaminan mempunyai kewenangan penuh untuk melakukan eksekusi atas hak jaminannya. Artinya, kreditor pemegang hak jaminan itu berwenang untuk menjual sendiri, baik berdasarkan penetapan pengadilan maupun berdasarkan kekuasaan yang diberikan undang- undang, benda yang dibebani dengan hak jaminan tersebut dan mengambil hasil penjualan tersebut untuk melunasi piutangnya kepada debitor. 28 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Jaminan dan Kepailitan, Makalah yang disampaikan dalam Sosialisasi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Jakarta, 10 Mei 2000, hal. 7. 6. Karena hak jaminan merupakan hak kebendaan, maka hak jaminan berlaku bagi pihak ketiga. Oleh karena hak jaminan berlaku bagi pihak ketiga, maka terhadap hak jaminan berlaku asas publisitas. Artinya, hak jaminan tersebut harus didaftarkan di Kantor Pendaftaran Hak Jaminan yang bersangkutan. Dan asas publisitas tersebut dikecualikan bagi hak jaminan gadai. Sedangkan ada pendapat lain mengenai Asas Jaminan Fidusia menurut Tan Kamello berdasarkan Undang-Undang Jaminan Fidusia, antara lain : 29 1. Bahwa kreditor penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditor yang diutamakan dari kreditor-kreditor lainnya. 2. Bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada. 3. Bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan yang lain disebut asas asesoritas. 4. Bahwa jaminan fdusia dapat diletakkan atas hutang yang baru akan ada kontinjen. 5. Bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada. 6. Bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap bangunan atau rumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain. 7. Bahwa jaminan fidusia berisikan uraian secara detail terhadap subjek dan objek jaminan fidusia. 8. Bahwa pemberian jaminan fidusia harus orang yang memiliki kewenangan hukum atas objek jaminan fidusia. 9. Bahwa jaminan fidusia harus didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia. 10. Bahwa benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh kreditor penerima jaminan fidusia sekalipun itu diperjanjikan. 11. Bahwa jaminan fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditor penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia dari kreditor yang mendaftarkan kemudian. 12. Bahwa pemberi jaminan fidusia yang tetap menguasai benda jaminan harus mempunyai itikad baik. 13. Bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi. Dengan demikian dari apa yang telah disampaikan di atas, maka jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok yakni perjanjian piutang dan hal ini juga sebagaimana yang disebutkan didalam Pasal 4 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yaitu yang berisi 29 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung: PT. Alumni Bandung, 2004, hal. 159-170. “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”. Perjanjian yang dapat menimbulkan hutang-piutang dapat berupa perjanjian pinjam meminjam maupun perjanjian lainnya. Berkaitan dengan asas dari jaminan fidusia tersebut, bahwa objek jaminan fidusia mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya jika debitor cidera janji. Objek yang terdapat didalam jaminan fidusia tersebut meliputi : 30 1. Benda dapat dimiliki dan dapat dialihkan; 2. Benda berwujud dan tidak berwujud; 3. Benda bergerak dan tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan Hak Tanggungan, Hipotik; 4. Benda yang sudah ada maupun benda yang akan ada; 5. Benda persediaan inventory, stok barang dagangan;

C. Para Pihak Dalam Hak Tanggungan